Anda di halaman 1dari 17

PRINSIP dan MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Dr. Ari Anshori, M.Ag


Materi #10 Pengembangan Kurikulum

Konsep pembahasan: PRINSIP DAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM


: PRINSIP DAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Prinsip Pengembangan Model Pengembangan


Kurikulum Kurikulum

Efektivitas Kontinutas
Berorentasi Relevansi dan dan Integrasi Zais Tyler Beauchamp Oliva
pada tujuan Efisiensi Fleksibelitas
A. Prinsip Pengembangan Kurikulum


 1. Prinsip berorientasi pada tujuan.
Komponen tujuan atau kompetensi merupakan titik tolak dan fokus bagi
komponen-komponen lainnya dalam pengembangan sistem tersebut. Oleh
karena itu pengembangan kurikulum harus berorientasi pada tujuan dan
kompetensi. Prinsip ini menegaskan bahwa tujuan atau kompetensi
merupakan arah bagi perkembangan komponen-komponen lainnya dalam
pengembangan kurikulum. Tujuan kurikulum harus dapat dipahami dengan
jelas oleh para pelaksana kurikulum untuk dijabarkan menjadi tujuan-tujuan
atau kompetensi dasar dan indikator yang lebih spesifik dan operasional.
Tujuan kurikulum juga harus komprehensif, yakni meliputi berbagai aspek
dominan tujuan atau kompetensi baik aspek kognitif afektif maupun
psikomotor.
2. Prinsip Relevansi.

Istilah relevansi pendidikan dapat diartikan sebagai kesesuaian atau keserasian dengan tuntunan
kehidupan. Pendidikan dapat diartikan relevansi apabila pendidikan tersebut berguna atau funggsional
bagi kehidupan. Masalah relevansi dapat ditinjau sedikitnya dalam tiga hal:
1. Relevansi pendidikan dengan lingkungan hidup siswa.
Dalam menetapkan bahwa pendidikan/ materi pembelajaran yang akan dipelajari siswa, hendaknya
dipertimbangkan sejauhmana bahan tersebut sesuai dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar siswa.

2. Relevansi dengan perkembangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang.
Suatu alat atau cara yang banyak digunakan oleh orang-orang pada waktu lampau mungkin sudah
mulai ditinggalkan orang pada masa sekarang. Menghadapi situasi yang demikian tentunya di dalam
merencanakan program tentang cara-cara sesuatu, mempertimbangkan dengan perkembangan yang ada
pada masyarakat dan menjangkau wawasan perkembangan masa yang akan datang.

3. Relevansi dengan tuntunan dalam dunia pekerjaan.


Relevansi pendidikan dengan kehidupan bukan hanya berkisar pada segi bahan atau isi pendidikan,
juga menyangkut kegiatan dan pengalaman belajar implementasinya. Sehingga dalam penggunaan
kurikulum adalah mengusahakan pengembangan kurikulum sedemikian rupa, sehingga mutu
pendidikan dapat memenuhi jenis dan mutu tenaga kerja yang dibutuhkan oleh masyarakat.
3. Prinsip Efektivitas dan Efiseinsi
Efektivitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan seberapa jauh apa
yang direncanakan atau diinginkan dapat dilaksanakan atau tercapai.
Efektivitas kurikulum dapat di lihat dari dua aspek:

1. Efektivitas pembelajaran terutama menyangkut sejauhmana jenis-jenis


kegiatan pembelajaran yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Efektivitas belajar siswa.
Efesiensi usaha pada dasarnya merupakan perbandingan antara hasil
yang dicapai (output) dan usahan efesiensi dalam kegiatan pendidikan,
misalnya efesiensi waktu, tenaga, peralatan, sarana, biaya dan sebagainya.

Implikasinya, mengusahakan agar kegiatan pembelajaran


mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain secara cermat dan
tepat sehingga hasil kegiatan pembelajaran dapat memenuhi harapan.
4. Prinsip Kontinutas dan Fleksibilitas
1. Kontinutas
Kontinutas atau kesinambungan merupakan saling berhubungan

antara berbagai tingkat, artinya dalam menyusun kurikulum tingkat
satuan pendidikan hendaknya dipertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Materi-materi ajar yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada
tingkat berikutnya hendaknya sudah dibelajarkan pada tingkat sekolah
atau madrasah sebelumnya.
2. Materi-materi yang sebelumnya sudah dibelajarkan pada tingkat
sekolah tidak perlu lagi dibelajarkan pada tingkat sekolah berikutnya,
kecuali atas dasar pertimbangan-pertimbangan tertentu ( scope and
sequance of curriculum).
Imlikasinya, mengusahakan agar setiap kegiatan pembelajaran
merupakan bagian yang bersinambungan dengan kegiatan
pembelajaran lainnya baik secara vertikal maupun horizontal.
Lanjutan
2. Fleksibalitas 
Fleksibalitas yang dimaksud adalah tidak laku, artinya memberi
sedikit kebebasan dan kelonggaran dalam melakukan atau mengambil
suatu keputusan tentang suatu kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
pelaksana kurikulum. Prinsip fleksibilitas juga berkaitan dengan adanya
kebebasan siswa dalam menentukan program (jurusan, spesialisasi, atau
program pilihan seperti dalam keterampilan). Hal ini berarti bahwa
pengembangan kurikulum atau satuan pendidikan harus mampu
menyediakan berbagai program pilihan bagi siswa.

Implikasinya, mengusahakan agar kegiatan pembelajaran bersifat


luwes, disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.
5. Prinsip Integrasi
Integrasi atau keterpaduan adalah pengembangan yang
menunjukan adanya hubungan horizontal pengalaman belajar,
sehingga dapat membantu siswa memperoleh pengalaman itu
dalam satu kesatuan. Prinsip ini menekankan bahwa kurikulum
harus dirancang untuk mampu mengembangkan manusia yang
utuh dan pribadi yang terintegrasi. Artinya, manusia yang mampu
selaras dengan lingkungan hidup sekitarnya, mampu menjawab
berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupannya.
Lanjutan
Kecakapan hidup bukan hanya sekedar kecakapan manual dan kecakapan
Kecakapan hidup bukan hanya sekedar kecakapan manual dan kecakapan
bekerja, tetapi suatu kecakapan hidup yang dapat dipilih menjadi lima kategori:
bekerja, tetapi suatu kecakapan hidup yang dapat dipilih menjadi lima kategori:
1. Keterampilan mengenal diri sendiri (self awarness) atau kecakapan personal
1. Keterampilan mengenal diri sendiri (self awarness) atau kecakapan personal
( personal skill).
( personal skill).
2. Kecakapan berfikir rasional (thinking skill).
2. Kecakapan berfikir rasional (thinking skill).
3. Kecakapan sosial (social skill).
3. Kecakapan sosial (social skill).
4. Kecakapan akademi ( academic skill).
4. Kecakapan akademi ( academic skill).
5. Kecakpan vokasional (vocational skill).
5. Kecakpan vokasional (vocational skill).
Implikasinya, untuk mencapai keterpaduan tersebut, maka pembelajaran terpadu
Implikasinya, untuk mencapai keterpaduan tersebut, maka pembelajaran terpadu
(integrated learning) atau pembelajaran tematik merupakan salah satu cara yang bisa
(integrated learning) atau pembelajaran tematik merupakan salah satu cara yang bisa
dilakukan. Melalui pembelajaran terpadu atau tematik siswa diharapkan mempu
dilakukan. Melalui pembelajaran terpadu atau tematik siswa diharapkan mempu
mengetahui keterkaitan antara satu konsep atau bahan pelajaran dengan konsep atau
mengetahui keterkaitan antara satu konsep atau bahan pelajaran dengan konsep atau
bahan pelajaran yang lain. Pembelajaran terpadu ini dapat dilakukan dengan
bahan pelajaran yang lain. Pembelajaran terpadu ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya mengembangkan keterpaduan pada satu disiplin ilmu atau
berbagai cara, misalnya mengembangkan keterpaduan pada satu disiplin ilmu atau
keterpaduan antara disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lain.
keterpaduan antara disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lain.
B. Model Pengembangan Kurikulum
1. Model Pengembangan Kurikulum Zais (1976)
1. Model Pengembangan
Beberapa Kurikulumkurikulum
model pengembangan Zais (1976)yang dikemukakan
olehBeberapa model
Zais, sebagai pengembangan kurikulum yang dikemukakan
berikut:
oleh Zais, sebagai
a. Model berikut:
Administratif
a. Model
Model Administratif
administratif sering pula disebut sebagai model “garis dan
Model administratif
staf” atau dikatakan sering pula disebut
pula sebagai model sebagai
dari atasmodel “garisyang
ke bawah” dan
staf” atautopdikatakan
sifatnya pula sebagai
down. Kegiatan model darikurikulum
pengembangan atas ke bawah”
dimulaiyang
dari
sifatnya pendidikan
pejabat top down. Kegiatan pengembangan
yang berwenang kurikulum
membentuk dimulai
panitia dari
pengarah
pejabatterdiri
yang pendidikan
dari parayang berwenang
pengawas membentuk
pendidikan, panitia
kepala pengarah
sekolah, dan
yang terdiri
madrasah, daristaf
serta para pengawas
pengajar pendidikan,
inti. Panitia kepala
pengarah sekolah,
tersebut dan
diserahi
madrasah,
tugas untukserta staf pengajarmemberikan
merencanakan, inti. Panitia pengarah
pengarahan tersebut diserahi
tentang garis
tugas untuk merencanakan,
besar kebijaksanaan, memberikan
menyiapkan rumusanpengarahan tentangumum
filsafat dan tujuan garis
besar kebijaksanaan,
pendidikan. Setelahmenyiapkan
kegiatan rumusan
tersebutfilsafat dan tujuan
selesai, umum
membentuk
pendidikan.
kelompok-kelompokSetelah kerjakegiatan
sesuai tersebut selesai, membentuk
dengan keperluan. Yang para
kelompok-kelompok
anggotanya terdiri darikerja sesuai dan
staf pengajar dengan keperluan. Yang para
ahli kurikulum.
anggotanya terdiri dari staf pengajar dan ahli kurikulum.
Lanjutan
Kelompok-kelompok tersebut bertugas menyusun tujuan-tujuan
Kelompok-kelompok tersebut bertugas menyusun tujuan-tujuan
khusus pendidikan, garis-garis besar bahan pengajaran dan kegiatan
khusus pendidikan, garis-garis besar bahan pengajaran dan kegiatan
belajar. Hasil kerja dari kelompok tersebut dirivisi oleh panita
belajar. Hasil kerja dari kelompok tersebut dirivisi oleh panita
pengarah. Jika dipandang perlu, dilakukan uji coba atau piloting
pengarah. Jika dipandang perlu, dilakukan uji coba atau piloting
untuk mengetahui efektivitas dan kelayakan pelaksanaanya.
untuk mengetahui efektivitas dan kelayakan pelaksanaanya.
Pengembangan kurikulum model administratif menekankan
Pengembangan kurikulum model administratif menekankan
kegiatannya pada orang-orang yang terlibat sesuai dengan tugas dan
kegiatannya pada orang-orang yang terlibat sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing. Berhubung pengarahan kegiatan berasal
fungsinya masing-masing. Berhubung pengarahan kegiatan berasal
dari atas ke bawah, pada dasarnya model ini mudah dilaksanakan
dari atas ke bawah, pada dasarnya model ini mudah dilaksanakan
pada Negara yang menganut sistem sentralistik dan Negara yang
pada Negara yang menganut sistem sentralistik dan Negara yang
kemampuan professional tenaga pengajarnya masih rendah.
kemampuan professional tenaga pengajarnya masih rendah.
Kelemahan model ini terletak pada kurang pekanya terhadap adanya
Kelemahan model ini terletak pada kurang pekanya terhadap adanya
perubahan masyarakat.
perubahan masyarakat.
Lanjutan
Lanjutan
b. Model Akar Rumput ( Grassroots Approach)
Model ini biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum
yang berlaku. Mereka memiliki keinginan untuk memperbarui atau
menyempurnakannya. Tugas para administrator dalam pengembangan
model ini, tidak lagi berperan sebagai pengendali pengembangan
kurikulum, tetapi hanya sebagai motivator dan fasilitator. Perubahan
dan penyempurnaan kurikulum dapat di mulai oleh guru secara
individual atau dapat juga oleh kelompok guru, misalnya kelompok
guru mata pelajaran dari beberapa sekolah atau madrasah seperti
melalui wadah musyawarah guru mata pelajaran (MGMP).
2. Model Pengembangan Kurikulum Ralph W. Tyler

Model Tyler menekankan pada bagaimana merancang suatu kurikulum


disesuaikan dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan. Menurut tyler
(1970) ada empat hal yang dianggap mendasar untuk mengembangkan suatu
kurikulum. Pertama, berhubungan dengan tujuan pendidikan yang ingin
dicapai. Kedua, berhubungan dengan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan. Ketiga, berhubungan dengan pengorganisasian pengalaman belajar.
Keempat, berhubungan dengan pengembangan evaluasi.
Dalam pengembangan kurikulum, tujuan merupakan langkah pertama dan
utama yang harus dikerjakan, sebab tujuan merupakan arah atau sasaran
pendidikan. Akan dibawa kemana siswa itu? Semua bermuara pada tujuan.
Merumuskan tujuan kurikulum sangat tergantung dari filsafat dan teori
pendidikan serta model kurikulum yang dianut. Menurut tyler, pengalaman
belajar bukanlah isi atau materi pelajaran dan bukan pula aktivitas guru
memberikan pelajaran. Yang harus dipertanyakan dalam pengalaman belajar
ini adalah “apa yang akan atau telah dikerjakan siswa” bukan apa yang akan
atau diperbuat guru”.
3. Model Pengembangan Kurikulum Beauchamp

Model perkembangan kurikulum ini dikembangkan oleh Beauchamp seorang


ahli kurikulum. Beauchamp ( 1986) mengemukakan lima hal dalam proses
pengembangan suatu kurikulum.

1. Menetapkan wilayah atau area yang akan melakukan perubahan kurikulum.


Penetapan area ini ditentukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil
kebijakan dalam pengembangan kurikulum.

2. Menetapkan personalia, yaitu pihak-pihak yang akan terlibat dalam proses


pengembangan kurikulum. Pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan
kurikulum terdiri dari para ahli/spesialis kurikulum, para ahli pendidikan
termasuk di dalamnya para guru yang dianggap berpengalaman, para
professional dan tenaga lain dalam bidang pendidikan seperti pustakawan,
laboran, konsultan pendidikan. Semua kelompok yang terlibat itu perlu
dirumuskan tugas dan peranannya secara jelas.
Lanjutan
3 Menetapkan organisasi dan prosedur yang akan ditempuh yaitu

dalam hal merumuskan tujuan umum (standar kompetensi) dan
tujuan khusus (kompetensi dasar), memilih isi dan pengalaman
belajar serta menentukan evaluasi.
4. Implementasi kurikulum. Pada tahap ini perlu dipersiapkan secara
matang berbagai hal yang dapat berpengaruh baik langsung maupun
tidak langsung terhadap efektivitas penggunaan kurikulum.
5. Melaksanakan evaluasi kurikulum yang menyangkut: pertama,
evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru di sekolah.
Kedua, evaluasi terhadap desain kurikulum. Ketiga, evaluasi
keberhasilan belajar siswa. Keempat, evaluasi dari keseluruhan
sistem kurikulum.
4. Model Pengembangan Kurikulum Oliva

Menurut oliva (1988) suatu model kurkulum harus bersifat


sederhana, komprehensif, dan sistematik. Model
pengembangan kurikulum ini dapat digunakan dalam tiga
dimensi, yaitu:
1. Bisa digunakan untuk penyempurnaan kurikulum sekolah
dalam bidang-bidang khusus seperti mata pelajaran tertentu
di sekolah atau madrasah, baik dalam tataran perencanaan
kurikulum maupun dalam proses pembelajarannya.
2. Dapat digunakan untuk membuat keputusan dalam
merancang suatu program kurikulum.
3. Dapat digunakan dalam mengembangkan program
pembelajaran secara lebih khusus.
Refrensi

Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai