Anda di halaman 1dari 8

Keadilan Dan

Kesewenang-
wenangan
Sohebul Bahri
Abd.Haris
A. ADIL DAN RASA KEADILAN

1. Konsep Adil dan Rasa Keadilan


Adil adalah sifat perbuatan manusia. Menurut arti katanya, “adil” artinya tidak sewenang-wenang kepada diri sendiri
maupun kepada pihak lain. Pihak lain itu meliputi anggota masyarakat, alam lingkungan, dan tuhan Sang Pencipta.
Jadi, konsep adil berlaku kepada diri sendiri sebagai individu, dan kepada pihak lain sebagai anggota masyarakat, alam
lingukangan, dan tuhan sang pencipta.
Tidak sewenang-wenang dapat berupa keadaan yang :
a. Sama (seimbang), nilai bobot yang tidak berbeda;
b. Tidak berat sebelah, perlakuan yang sama, tidak pilih kasih;
c. Wajar, seperti apa adanya, tidak menyimpang, tidak lebih dan tidak kurang;
d. Patut/layak, dapat diterima karena sesuai, harmonis, dan proporsional;
e. Perlakuan kepada diri sendiri, sama seperti perlakuan kepada pihak lain dan sebaliknya.
Adil bersifat kodrati, artinya sudah di bekali oleh Tuhan Sang Pencipta kepada manusia sebagai bagian dari kehidupan.
Adil bersumber pada unsur rasa dalam diri manusia yang didukung oleh akal sehat dan diwujudkan pada perbuatan.
Sebagai makhluk budaya, manusia menilai peristiwa atau kejadian yang ada di sekitarnya, atau yang dia alaminya.
Hasil penilaian tersebut adalah perasaan yag tumbuh dalam dirinya bahwa keadaan perbuatan atau kejadian yang
dialaminya itu tidak sewenang-wenang, atau seimbang, atau tidak berat sebelah, atau wajar, patut, dan layak, baik
kepada diri pelaku sendiri maupun kepada pihak lain, yang di benarkan oleh akal sehat. Keadaan seperti ini di
sebut”keadilan”. Karena bersumber pada unsure rasa dalam diri manusia,maka di sebut”rasa keadilan”. Rasa keadilan
mendorong manusia untuk berbuat benar (akal), berbuat baik (rasa), berbuat jujur (karsa), dan bermanfaat.
2. Perlakuan Adil dan Tidak Adil
a. Perlakuan adil
Setiap manusia dapat melihat “perlakuan adil”itu dari sudut pandang masing-masing, sehingga tanggapannya
mungkin sama dan mungkin juga tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Kemungkinan ketidaksamaan
itu terletak pada nilai bobot kualitas perlakuannya.walaupun yang satu dan yang lainnya memandan perliaku
itusebagai perilaku adil,karena nilai bobotkualitas perlakuannya berbeda, maka timbulnya gradasi perlakuan
dri perlakuan adil ke perlakuan kurang adil, sampai ke perilaku tidak adil.

b. Perlakuan tidak adil


Sebaliknya, apabila perlakuan manusia tidak didasari oleh rasa keadilan, yang akan terjadi adalah perlakuan
tidak adil.perlakuan tidak adil adalah perlakuan sewenang-wenang. Akibat perlakuan sewenang-wenang
adalah penderitaan dan ketidakpastian, kehidupan manusia menjadi tidak menentu, tidak tentram, dan
gelisah, bahkan mungkin kematian.
B.KEADILAN MANUSIA DAN KEADILAN
TUHAN

1. Pengakuan Kepada Perlakuan Adil


Sebagai makhluk hidup budaya, dalam diri manusia selalu terdapat 3 (tiga) unsur budaya, yaitu cipta, rasa, dan karsa.
Atas dasar ini setiap manusia mempunyai rasa keadilan yang bersifat kodrati didalm dirinya. Setiap orang akan berlaku
adil dan akan memperoleh prilaku adil. Akan tetapi, perwujudan rasa keadilan dalm bentuk prilaku adil pengaruhnya
oleh keadaan, waktu, dan tempat, sehingga mungkin terjadi prilaku adil yang berbeda bentuk dan cara antara manusia
yang satu dan yang lainnya menurut keadaan, waktu, dan tempat.
Karena rasa keadilan bersifat kodrati dan asasi, maka perilaku adil diakui walaupn ada yang secara terbatas ataupun
secara universal. Perlakuan adil diakui secara terbatas hanya di kalangan orang-orang bersama kulit putih, sedangkan
di Negara-negara lain perlakuan adil di akui secara universal. Perbedaan itu muncul dalam budaya karena penekanan
usur budaya yang berbeda. Akan tetapi, karena ada pengaruh secara umum (universal) pada perilku adil, maka
cenderung untuk berbuat tidak adil dapat di kendalikan.perlakukan adil sesama manusia mendapat pengakuan secara
Universal dalam Declaration Of Human Rights.Ke prancis yang diakui dalam La Declaration de Droit de L’homme et du
citoyen sesudah Revolusi Prancis 1789.
Dindonesia pengakuan itu dapat dibaca dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945,dan Undang-undang No 31
Thn 1999 tentang Hak asasi manusia.
2. Keadilan Manusia
Setiap manusia mempunyai beberapa kebutuhan di antara kebutuhan tersebut ada yang hanya dapat di
penuhi dengan sempurna apabila hubungan dengan sesama manusia.Dalam hubungan itu timbul kewajiban
dan hak masing-masing pihak yang sifatnya seimbang, tidak berat sebelah.pihak-pihak manusia
kewajibannya dan memperoleh haknya seimbang pula dan juga tidak berat sebelah atau tidak sewenang-
wenang.Perbuatan kedua belah pihak tersebut didasari oleh rasa keadilan yang sudah ada dalam diri
mereka masing-masing.Keadilan manusia terjadi dalam hubungan antara sesama manusia,keadilan
manusia barsifat relatif.
Untuk mengukur apakah kewajiban dan hak pihak-pihak dapat di penuhi dan diperoleh secara
seimbang,wajah, dan patut/layak,manusia mnggunakan akal ,perasaan,dan kehendaknya.apabila ketiga
unsur tersebut difungsikan seimbag.diharapkan timbul kesamaan penilaian antara manusia yang satu dan
yang lain.dengan demikian,rasa keadilanitu sama,yang kemudian di wujudkan dalam perlakuan adil ke dua
bela pihak.dengan perlakuan adil manusia saling menghargai, saling menghormati,
tidak ingin memusuhi yang lain, kewajiban dan hak di penuhi secara seimbang, tidah berat sebelah, dan
tidak sewenang -wenang. Keadilan manusia seperti ini menciptakan kedamaian, kesejahteraan, dan
kebahagiaan.
Keadilan manusia yang terjadi dalam hubungan antara sesama manusia dapat di bedakan menjadi 3(tiga)
a. Keadilan koordinatif
keadilan koordinatif terjai dalam hubungan antara sesama anggota masyarakat(anggota kelompok). Dalam hubngan
tersebut, kedudukan pihak-pihak setara, sejajar, dan tidak melebihi satu sama lain.menurut prof.Djojodigoeno(1958),
hubungan koordinatif di bedakan menjadi 2(dua) tipe, yaitu hubungan pamri(gesellschaft) dan hubungan
paguyuban(gemeinschft).
Dalam hub8ngan payubang, sala satu pihak di bebani kewajiban pengabdian tanpa pengmbalan material. Suda ada
keadilan walaupun pihak lain itu hanya memberikan ucapan terima kasi atas pengabdian pihak yang satunya.
Pengabdian pihak yang satu kepada pihak lain itu merupakan perilaku yang patut atau layak bagi manusia, misalnya
seorang dokter merawat seorang pasien sampai sembuh tanpa mengharpkan upah(ongkosperawatan).
b. Keadilan subordinatif
Keadilan subordinatif terjadi dalm hubungan rakyat dengan penguasaan atau warga negara dengan pemerintah atau
anggota kelompok dengan pemimpin. Apabila rakyat telah memilih dan mengatakan pemimpinnya sebagai penguasa,
penguasa wajib memenuhi tuntutan rakyat secara wajar, ini adil. Apabila penguasa terjadi diktator dan memrintah
menurunkan maunya sendiri, ini adil tidak. Apabila rakyat telah memenuhi kewajiban membayar pajak, penguasa
berusaha menyejahterakan rakyat, mencerdaskan rakyat, dan menghapuskan kemiskinan, ini adil akan tetapi, apabila
pajak dari rakyat dikorupsi oleh penguasa ini tidak adil.
Prof. Notonagoro (1971) menyebutkan keadilan subordinatif dengan istilah keadilan komunitatif. Dalam keadilan
komutatif yang menjadi dasar adalah ketaatan atau keputusan rakyat atau warga negara kepada penguasa atau
pemimpin. Ketaatan atau kepatuhan ini menciptakan ketertiban.
c. Keadilan Superordinatif
Keadilan superordinatif terjadi dalam hubungan penguasa dengan rakyat, atau pemerintah dengan warga negara, atau
pemimpin dengan anggota yang dipimpin. Dalam hubungan superordinatif, inisiatif pelaksanaan memenuhi kebutuhan
rakyat dimulai dari penguasa kepada rakyat. Pemenuhan kebutuhan rakyat oleh penguasa merupakan realisasi janji
penguasa kepada ketika diangkat sebagai penguasa atau pemimpin rakyat. Apabila penguasa telah melaksanakan
program pembangunan yang diperjanjikan, telah memnhi kebutuhan rakyat, sudah ada keadilan apabila kemudian rakyat
setia atau patut kepada penguasa, menghormati dan menghargai penguasa, dan memenuhi kewajiban kepada penguasa
atau negara.
3. Keadilan Tuhan
Keadilan tuhan terjadi dalam hubungan manusia dengan tuhan. Keadilan tuhan bersifat mutlak. Tuhan adalah pencipta
segala apa yang ada dilangit dan dibumi, termasuk manusia.
Karena manusia adalah makhluk ciptaan tuhan, sudah adil apabila dalam hubungan manusia dengan tuhan itu manusia
mengabdikan kepada tuhan.
Prof. Dr> Harun Nasution (1981) menyatakan bahwa keadilan adalah ajaran yang sangat penting dalam agama. Keadilan
disini adalah keadilan kehendak atau kekuasaan tuhan. Manusia hidup dengan kekuasaan tuhan. Manusia bebas untuk
menggunakan akalnya mewujudkan kehendaknya. Apabila orang lain berbuat baik atau jahat menurut kehendaknya
sendiri, sudah adil jika tuhan memasukkannya kedalam surga atau neraka. Tuhan bebas menggunakan kekuasaannya
itu.
4. Usaha Menciptakan Keadilan
Manusia hidup banyak kebutuhan yang memerlukan usaha untuk mengatasinya, baik dengan usaha menguasai
alam maupun dengan hubungan sesama manusia. Hasilnya adalah puas dan tidak puas, dan itu sudah menjadi
tabiat manus. Tidak puas itu cenderung bersifat materialistis manusia materialistis yang berlebihan bersifat :
a. Tamak, serakah, tidak jujur;
b. Mencapai keuntungan sebesar-besarnya;
c. Lebih mementingkan duniawi dari pada akhirat;
d. Tidak taqwa kepada tuhan;
e. Lebih mementingkan diri sendiri daripada orang lain (individualisme)
f. Kalaupun ada, rasa keadilannya tipis, dan
g. Perbuata tidak adil atau cenderung tidak adil.
Beberapa usaha dapat ditempuh untuk menciptakan keadilan, sehingga dapat dihilangkan atau setidak-tidaknya
dapat dikurangi sifat-sifat manusia yang kurang adil :
a. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Mengenal seni dan karya seni.

Anda mungkin juga menyukai