Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA

PASIEN TRAUMA THORAKS (HEMATHORAKS)

Dosen :
Ns. Angel Pondete, S.Kep., M.Kep
Kelompok 4:
Michelle Dachi (19142010261)
Firginia Keles (19142010193)
Yemima Sumolang (19142010183)
Shellyn Lempoy (19142010192)
Elshaday Kantu (19142010173)
Windhy Sendow (19142010166)
Regina Sambenaung (19142010176)
 
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA
2021
BAB I PENDAHULUAN
 1.1. Latar belakang
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan
oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut
(Sudoyo, 2010).
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan diseluruh kota besar
didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan
oleh trauma toraks di amerika (Sudoyo, 2010).
Di Australia, 45% dari trauma tumpul mengenai rongga toraks. Dengan adanya trauma pada
toraks akan meningkatkan angka mortalitas pada pasien dengan trauma
Pada trauma dada biasanya disebabkan oleh benda tajam,
kecelakaan lalu lintas atau luka tembak.Bila tidak mengenai jantung, biasanya dapat
menembus rongga paru-paru. Akibatnya, selain terjadi pendarahan dari rongga paru-paru,
udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, pau-paru pada sisi yang
luka akan mengempis. Trauma tumpul thoraks sebanyak 96.3% dari seluruh trouma thoraks,
sedangkan sisanya sebanyak 3,7% adalah trauma tajam
Jadi menurut kelompok trauma thorak adalah luka atau cedera fisik sehingga dapat
menyebabkan kematian utama pada anak-anak atau orang dewasa. Di dalam thoraks terdapat
dua organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia, yaitu paru-paru dan jantung
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori Trauma thoraks?

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Trauma thoraks pada pasien yang mengalami trauma
thorak ?
3. Bagaimana tindakan keperawatan pada pasien Trauma thoraks?
1.3. Tujuan penulisan
1.3.1. Tujuan Umum

Dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Trauma thorak serta asuhan keperawatan yang
dapat dilakukan terhadap pasien dengan masalah Trauma thoraks.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui teori Trauma thoraks.

2. Mahasiswa mampu mengetahui konsep teori asuhan keperawatan pada pasien Trauma thoraks.

3.Mahasiswa mampu tindakan keperawatan pada pasien Trauma thoraks.


1.4 Manfaat
1.Mahasiswa mampu memahami teori Trauma thoraks.

2. Mahasiswa mampu konsep teori asuhan keperawatan pada pasien Trauma thoraks.
3. Mahasiswa mampu memahami tindakan keperawatan pada pasien
4. Trauma thoraks
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1. Anatomi Fisiologi

Dinding toraks merupakan rongga yang berbentuk kerucut, dimana pada bagian bawah lebih
besar dari pada bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang dari pada bagian depan.
Pada rongga toraks terdapat paru - paru dan mediastinum. Mediastinum adalah ruang didalam
rongga dada diantara kedua paru - paru. Di dalam rongga toraks terdapat beberapa sistem
diantaranya yaitu: sistem pernapasan dan peredaran darah. Organ yang terletak dalam rongga
dada yaitu; esophagus, paru, hati, jantung, pembuluh darah dan saluran limfe (Patriani, 2012).
Kerangka toraks meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut terdiri dari sternum, dua
belas pasang kosta, sepuluh pasang kosta yang berakhir di anterior dalam segmen tulang
rawan dan dua pasang kosta yang melayang. Tulang kosta berfungsi melindungi organ vital
rongga toraks seperti jantung, paru-paru, hati dan Lien (Patriani, 2012).
Setiap otot pada kelompok otot ini dinamai berdasarkan posisi mereka
masingmasing:
1. m.interkostal eksternal merupakan yang paling superficial
2. m.interkostalinternal terletak diantara m.intercostal eksternal dan profundal
Muskulus interkostal profunda memiliki serabut dengan orientasi yang samadengan
muskulus interkostal internal. Otot ini paling tampak pada dinding torakslateral
Muskulus subkostal berada pada bidang yang sama dengan m.interkostalprofunda,
merentang diantara multiple rusuk, dan jumlahnya semakin banyak diregio bawah
dinding toraks posterior
Muskulus subkostal berada pada bidang yang sama dengan m.interkostalprofunda,
merentang diantara multiple rusuk, dan jumlahnya semakin banyak diregio bawah
dinding toraks posterior
Suplai arterial
Pada sekitar level spatium interkostalis keenam, arteri ini bercabang menjadi dua cabang terminal :
1. arteri epigastrik superior, yang lanjut berjalan secara inferior menujudinding abdomen anterior.
2. arteri muskuloprenikus, yang berjalan sepanjang tepi kostal, melewati diafragma, dan berakhir
di dekat spatium interkostal terakhir Arteri interkostal anterior yang menyuplai enam spatium
interkostal teratas muncul sebagai cabang lateral dari arteri torakal internal, sedangkan yang
menyuplai spatium yang lebih bawah berasal dari arteri muskuloprenikus. Pada tiap spatium
interkostalis, biasanya terdapat dua arteri interkostal anterior :
1.satu yang lewat di bawah tepi rusuk di atasnya,
2. satu lagi yang lewat di atas tepi rusuk di bawahnya dan kemudian bertemu dengan sebuah
kolateral percabangan arteri interkostal posterior Distribusi pembuluh - pembuluh interkostal
anterior dan posterior saling tumpang tindih dan dapat berkembang menjadi hubungan
anastomosis.
Suplai Vena
Drainase vena dari dinding toraks pada umumnya paralel dengan pola suplai arterialnya. Secara
sentral, vena - vena interkostal pada akhirnya akan didrainase menuju sistem vena atau ke dalam
vena torakal internal, yang terhubung dengan vena brakhiosefalika dalam leher.
Drainase Limfatik
Pembuluh limfatik pada dinding toraks didrainase terutama ke dalam limfonodi yang
berhubungan dengan arteri torakal internal (nodus parasternal), dengan kepala dan leher rusuk
(nodus interkostal), dan dengan diafragma (nodus diafrgamatikus) (Patriani, 2012).
Innervasi
1. Inervasi somatik motorik kepada otot – otot dinding toraks ( intercostal,subcostal, and
transversus thoracis muscles )
2. Innervasi somatik sensoris dari kulit dan pleura parietal,
3. Serabut simpatis postganglionic ke perifer.

Selain menginnervasi dinding toraks, nervus interkosta juga menginnervasi area lainnya :
4. Ramus anterior T1 berkontribusi ke pleksus brakhialis

5. Cabang kutaneus lateral dari nervus interkostalis kedua berkontribusikepada innervasi


kutaneus permukaan medial lengan atas
6. Nervus interkostal bawah menyuplai otot, kulit, dan peritoneum dindingabdomen
2.2. Definisi
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat (Nugroho, 2015).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma
ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat
menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang
disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan
gawat thorax akut.
2.3. Etiologi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul 65% dan trauma
tajam 34.9 % (Ekpe & Eyo, 2014). Penyebab trauma toraks tersering adalah
kecelakaan kendaraan bermotor (63-78%) (Saaiq, et al., 2010). Dalam trauma akibat
kecelakaan, ada lima jenis benturan (impact) yang berbeda, yaitu depan, samping,
belakang, berputar, dan terguling (Sudoyo, 2010).
2.4. Epidemiologi
Peningkatan pada kasus trauma toraks dari waktu ke waktu tercatat semakin
tinggi.Hal ini banyak disebabkan oleh kemajuan sarana transportasi diiringi oleh
peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Trauma tumpul toraks
menyumbang sekitar 75%-80% dari keseluruhan trauma toraks dan sebagian
besar dari pasien ini juga mengalami cedera ekstratoraks.Trauma tumpul pada toraks
yang menyebabkan cedera biasanya disebabkan oleh salah satu dari tiga mekanisme,
yaitu trauma langsung pada dada, cedera akibat penekanan, ataupun cedera deselarasi.

2.5. Patofisiologi
Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah ventilasipernapasan
yang normal.
Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada beberapa faktor,
antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari cedera, cedera lain yang
terkait, dan penyakit - penyakit komorbid yang mendasari. Pasien – pasien trauma
toraks cenderung akan memburuk sebagai akibat dari efek pada fungsi respirasinya
dan secara sekunder akan berhubungan dengan disfungsi jantung (Sudoyo, 2009).
Pathway
2.6. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax menurut Hudak, (2009) yaitu :
1. Temponade jantung

a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung


b. Gelisah
c. Pucat, keringan dinginPeninggian TVJ (9Tekanan Vena Jugularis)
d. Pekak jantung melebar
e. Bunyi jantung melemah
f. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
g. ECG terdapat low Voltage seluruh lead
h. Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)
2. Hematothorax
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
b. Gangguan pernapasan (FKUI:2005)
3. Pneumothoraks
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas
b. Gagal pernapasan dengan sianosis
c. Kolaps sirkulasi
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali
e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik
2.7. Komplikasi
Trauma toraks memiliki beberapa komplikasi seperti pneumonia 20%, pneumotoraks
5%, hematotoraks 2%, empyema 2%, dan kontusio pulmonum 20%. Dimana 50-60%
pasien dengan kontusio pulmonum yang berat akanmenjadi ARDS. Walaupun angka
kematian ARDS menurun dalam decadeterakhir, ARDS masih merupakan salah satu
komplikasi trauma toraks yang sangat serius dengan angka kematian 20-43% (Nugroho,
2015).
2.8. Penatalaksanaan
Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda dengan pasien trauma
lainnya dan meliputi ABCDE, yaitu A: airway patency with care ofcervical spine, B:
Breathing adequacy, C: Circulatory support, D: Disabilityassessment, dan E: Exposure
without causing hypothermia (Nugroho, 2015).
2.9. Pencegahan
Pencegah trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari faktor
penyebabnya, seperti menghindari terjadinya trauma yang biasanya banyak dialami pada
kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma tumpul serta menghindari
kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang biasanya disebabkan
oleh benda tajam ataupun benda tumpul yang menyebabkan keadaan gawat thorax akut
(Patriani, 2012) .
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah sakit M.Yunus bengkulu pada tanggal 01 Januari 2019 karena mengalami
kecelakaan bermobil. Dari pengkajian pasien mengalami penurunan kesadaran. Penolong mengatakan dada korban membentur stir mobil, setelah
kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian pasien tidak sadar. Keaadaan pasien saat di IGD klien mengalami penurunan kesadaran, napas
cepat dan dangkal, auskultasi suara napas ronchi, dan pasien ngorok. Terdapat bengkak dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil pemeriksaan GCS
8(E2V2M4) kesadaran sopor, hasil pemeriksaan TTV, TD : 120/80 mmHg, nadi : 110x/menit, RR : 35x/menit, suhu : 38,7oC, akral teraba dingin,
tampak sianosis, penggunaan otot-otot pernapasan, dan napas cuping hidung.

3.1. Pengkajian
1. Pengkajian Primer

A. Circulation : Ada nadi, nadi 110x/menit, TD : 120/80 mmHg, akral teraba dingin dan tampak sianosis, gangguan perfusi jaringan

B. Airway : Pernapasan ada , napas ronchi, cepat dan dangkal dengan RR 35x/menit, tampak gelisa dan sesak, ketidakefektifan
bersihan jalan napas.

C. Breathing : Pernapasan cuping hidung, pasien ngorok, penggunaan otot – otot pernapasan, pasien sesak dengan RR 35x/menit,
gangguan pola napas.

D. Disability : Penurunan kesadaran, kesadaran sopor GCS 8 (E2V2M4)

E. Exposure : Terdapat bengkak dan jejas di bagian dada sebelah kiri, akral teraba dingin, tampak sianosis dan bagian tubuh lain nya baik.

2. Pengkajian Sekunder
Anamnesis
a. Identitas klien :
Nama
Jenis kelamin
Umur
Alamat
Agama
Bahasa
Status perkawinan
Pendidikan
Pekerjaan
Golongan darah
Register
Tanggal MRS
Diagnosa medis
b. Identitas penanggung jawab
Nama
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Hubungan dengan pasien
c. Keluhan utama
d. Riwayat kesehatan
3.2. pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Ttv
Tekanan darah
Frekuensi nadi
Pernapasan
Suhu
a)Kepala
Inspeksi
Palpasi
b)Mata
Inspeksi
Palpasi
c)Hidung
Inspeksi
Palpasi
d)Telinga
Inspeksi
Palpasi
e)Mulut
Inspeksi
Palpasi
f)Leher
Inspeksi
Palpasi
g)Toraks
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
h)Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
Data Etiologi Masalah
No
1 Ds :- Penolong mengatakan pasien Hematoraks Ketidakefek

muntah darah tifan bersihan


Do : - suara napas ngorok Ekspensi paru jalan napas

- Terdapat lendir dan gumpalan


darah di mulut pasien Gangguan
- Frekuensi napas 35x/menit ventilasi

2 Ds : - Penolong mengatakan dada Trauma thorak Gangguan pola


napas
korban membentur stir mobil
sebelum mengalami Reabsorsi darah

penurunan kesadaran
- Penolong mengtakan pasien Hemathorak

bernapas cepat (sesak) Do : -


Suara napas ronchi Ekspensi paru

- Pasien bernapas menggunakan


cuping hidung dan oto-otot Gangguan
pernapasan ventilasi
- Frekuensi napas 30x/menit
3 Ds : - penolong mengatakan Trauma thorak Gangguan
pertukaran gas
bahwa pasien sebelum
Perdarahan
tak sadarkan diri
jaringan
mengalami muntah darah intersitium

Do : - Terdapat gumpalan darah Reabsorsi darah


di area mulut dan
menggangu Hemathorak
proses ventilasi
- Suara napas ngorok
Ekspensi paru
- Pasien tampak sesak, pucat

- Napas cepat dan dangkal


Gangguan
dengan frekuensi nadi
35x/menit ventilasi

- Pemeriksaan AGD : Saturasi


85%.
4 Ds : - penolong mengatakan bahwa Trauma tajam dan Gangguan perfusi jaringan

pasien mengalami trauma tumpul


kecelakaan bermobil
Trauma thorak
dengan posisi
dada membentur stir
mobil kemudian Perdarahan
mengalami jaringan
intersitium
penurunan kesadaran
Do :- Pasien mengalami penurunan
Reabsorsi darah
kesadaran
- Terdapat bengkak dan jejas di
  - CRT > 3 detik    
- Pemeriksaan ttv :
TD :120/80 mmHg
N : 110x/m
P : 35x/m
S : 38,7oc
5 Ds : - Penolong mengatakan ada Trauma thorak Nyeri dada

bengkak dan jejas di bagian


dada pasien Perdarahan
- Penolong mengatakan dada jaringan
intersitium
pasien membentur stir
Do : - Tampak ada bengkak dan
Reabsorsi darah
jejas di dada pasien
- Pengkajian PQRST
Region : Tampak ada Hemathorak
bengkak dan jejas didada
pasien sebelah kiri.
Merangsang

reseptor nyeri
dada pleura
viseralis dan
perientalis

Diskontinuitas
jaringan
  - CRT > 3 detik    
- Pemeriksaan ttv :
TD :120/80 mmHg
N : 110x/m
.4. Diagnosa keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif b/d sindrom Hipofentilasi d/d cedera pada
mendula spinalis

2. Nyeri akut b/d trauma d/d cedera traumatis


3. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Pola nafas tidak efektif b/d sindrom d hipofentilasi d/d cedera Pola Nafas (L. 01004) Pemantauan Respirasi
Setelah dilakukan pemeriksaan I. 01014)
pada medulla. Obsevasi
1x24 jam diharapkan kondisi
Definisi : membaik dengan ▪ Monitor frekuensi, irama,
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberika ventilasi ade kedalaman dan upayah nafas.
kuat Kriteria hasil : ▪ Monitor pola nafas (seperti
Bradipnea, Takipnea,
Pernafasan cuping Hiperventilasi, Kussmaul,
hidung menurun Cheyne-stokes, biot. Ataksik)
Frekuensi nafas ▪ Monitor kemampuan batuk
efektif
membaik ▪ Monitor adanya produksi
Kedalaman nafas sputum
▪ Monitor adanya sumbatan
membaik jalan nafas
▪ Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
▪ Auskultasi nafas
▪ Monitor satu rasi oksigen
▪ Monitor nilai AGD
▪ Monitor hasil X-Ray hasil
toraks
Terapeutik
▪ Atur interfal pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
▪ Dokumentasikan hasil
pemantawan
Edukasi
▪ Jelaskan dan tujuan prosedur
pemantawan
▪ Informasikan hasil
pemantawan, jika perlu
 
2. Nyeri Akut b/d trauma d.d Tingkat Nyeri (L. Pemberian analgesik
cedera traumatis 08066) (I. 08243)
Setelah dilakukan Observasi:
Definisi :
pemeriksaan  Indentifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, Pereda,
Pengalaman sensorik atau selama 1x24 jam kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durassi)
emosional yang berkaitan diharapkan  Identifikasi riwayat alergi obat
dengan kerusakan jaringan kondisi membaik  Identifiksi kesesuaian jenis analgesic (mis. Narkotika, non-
actual atau fungsional, dengan kriteria narkotika, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
dengan onset mendadak atau hasil :  Monitor tanda tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
lambat dan berintensitas  Keluhan nyeri analgesic
ringan hingga berat yang menurun  Monitor efektivitas analgesic
 Meringis Terapeutik :
berlangsung kurang dari 3
bulan menurun  Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai
analgesic optimal, jika perlu
 Gelisah
menurun  Pertimbangkan penggunaan infus continue atau bolus opioid
untuk mempertahankan kadar dalam serum
 Kesulitan tidur
 Tetapkan target efektifitas analgesic untuk menoptimalkan
menurun
respon pasien
 Pola napas
 Dokumentasi respons terhadap efek analgesic dan efek yang
membaik tidak diinginakan
 Napsu makan Edukasi :
membaik  Jelaskan efek terapi dan efek sampng obat
 Pola tidur Kolaborasi :
membaik  Kolaborasi peberian dosis dan jenis analgesic, sesuai indikasi
3. Gangguan pertukara gas b/d Pertukaran gas (L. Terapi oksigen (I. 01026)
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi 01003) Observasi:
  Setelah dilakukan  Monitor kecepatan aliran oksigen
Definisi : pemeriksaan  Monitor posisi alat terapi oksigen
Kelebihan atau kekurangan selama 1x24 jam  Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi
oksigenasi dan /atau eliminasi diharapkan kondisi yang diberikan cukup
karbondioksida pada membrane membaik dengan  Monitor efektivitas terapi oksigen (mis. Oksimetri, analisa gas
alveolus kapiler kriteria hasil : darah ) jika perlu
   Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
 Dyspnea  Monitor tanda tanda hipoventilasi
menurun  Monitor tanda dan gejala toksitasi oksigen dan atelectasis
 Bunyi napas  Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
tambahan  Monitor integritas mukosa hidung akibat rangsangan oksigen
menurun Terapeutik:
 Pusing  Bersihkan secret pada mulut, hidung, dan trakea jika perlu
menurun  Pertahankan kepatenan jalan napas
 Takikardia  Siapkan dana tur peralatan pemberian oksigen
membaik  Berikan oksigen tambahan jika perlu
 Sianosis  Tetap berikan oksigen saat pasien ditranportasi
membaik  Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat
 Pola napas mobilitas pasien
membaik Edukasi:
 Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi :
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen
 Kolaborasi penggunan oksigen saat aktivitas dan/ tidur
3.6. Implementasi dan Evaluasi
Tanggal No   Implemmentasi Evaluasi Paraf

Dx. - Memposisikan pasien untuk memaksimalkan S : - keluarga


1 ventilasi
mengatakan
Melakukan fisioterapi dada jika perlu
- pasien masih
Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan sesak
Mengatur intake untuk cairan mengoptimalkan - Keluarga psien
- keseimbangan mengatakan
Monitor respirasi dan status O2 Gerakan dinding
Monitoring rata-rata,kedalaman, irama dan dada masih tidak
usaha respirasi
- stabil
Mencatat Gerakan dada,amati
kesimetrisan,penggunaan obat O : - klien tampak
- tambahan,retraksi otot supraclavicular dan sesak
intercostals
-RR 30x/menit
Monitor suara nafas seperti dengkor
- A : Masalah
Mengauskultasi suara nafas,catat area
belum
penurunan/tidak adanya ventilasi dan suara
tambahan teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Mengauskultasi suara paru stelah Tindakan
untuk mengetahui Hasilnya
-
Dx. - Melakukan pengkajian nyeri secara S : - keluarga
2 komperhensif termasuk
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualit mengatakan
as pasien sudah
- Dan faktor presipitasi
bisa
Mengobservasi reaksi nonverbal dari
Ketidaknyamanan menenangkan
Menggunakan Teknik komunikasi nyeri yang
terapeutik untuk mengetahui pengalaman
- nyeri pasien dialaminya
Mengkaji kultur yang mempengaruhi pasien
respon nyeri
- mengatakan
Mengevaluasi pengalaman nyeri masa
lampau nyeri
-Mengevaluasi Bersama pasien dan tim berkurang
keehatan lain tentang ketidakefektifan
control nyerimasa lampau setiap selesai
-Menentukan lokasi,karakteristik,kualitas diberikan obat
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat O : - luka pasien
-Mengecek intruksi dokter tentang jenis tampak bersih
obat,dosis,dan frekuensi -bengkak pada pasien
Mengecek riwayat alergi sudah mengecil
-Memilih analgestik yang diperlukan tau A: -masalah teratasi
kombinasi dari analgestik Ketika Sebagian
pemberian lebih dari Satu P: lanjutkan
-Mentukan pilihan analgestik tergantung intervensi
tipe dan beratnya nyeri
-menentukan analgestik pilihan,rute
pemberian,dan dosis optimal,pilih rute
pemberian secara IV<IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
  -    
Dx. Membuka jalan nafas, gunakan teknik chin S :- Klien
lift atau jaw thrust bila perlu mengatak
3 Memposisikan pasien untuk an sudah
memaksimalkan tidak sakit
- kepala lagi
pada saat
bangun
tidur dan
tidak
kesulitan
lagi
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang
disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat
thorax akut. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena
gejala-gejala umum dan rancu (Sudoyo, 2010)

4.2. Saran

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini bisa
mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi
untuk menyempurnakan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai