Anda di halaman 1dari 12

STUDI KASUS TENTANG

ORGANISASI RS, PERAN


FARMASI, PFT,
FORMULARIUM RS
Nama kelompok
1. Akhmad najmul huda
2. Ananda dwi z
3. Anisa ika p
4. Arini rizqi kinanti
5. Cici fitriani
6. Destia niswatin
CONTOH KASUS ORGANISAISI
RUMAH SAKIT

Status ”swadana” bagi rumah sakit


umum milik pemerintah yang memiliki
peran ganda yakni sebagai organisasi
pelayanan publik dan sebagai organisasi
yang berorientasi bisnis
PENYELESAIAN

Membentuk sebuah pola perilaku budaya yang menjadi ciri khas dalam setiap
pelayanan. Budaya organisasi tersebut terdiri dari tiga sub budaya :
1. Pertama, Sukses peningkatan mutu, merupakan suatu budaya dimana setiap
aktifitas yang dilaksanakan oleh petugas adalah aktifitas yang bermutu atau
berkualitas. Para petugas diwajibkan untuk selalu memberikan pelayanan yang
bermutu, murah/ terjangkau oleh orang miskin, mudah/tidak berbelit-belit dan
berkeadilan non diskriminatif, marem/memberikan kepuasan pada kedua belah
pihak dan mantep/bekerja secara profesional. 5M di atas oleh RSU Banyumas
dijadikan alat untuk merubah persepsi masyarakat terhadap istilah mo lomo yang
berkonotasi buruk menjadi mo limo yang bernilai positif.
2. Kedua, Sukses Peningkatan Disiplin, yaitu budaya yang dikembangkan untuk
tetap menjaga stabilitas kerja para petugas di rumah sakit agar dapat tertata dan
tetap berkualitas.
Dengan adanya budaya disiplin ini petugas harus berpenampilan rapi dan bekerja
dengan rapi, karena dengan rapi akan enak/nyaman dipandang mata dan bekerja
dengan rapi akan memperlancar pekerjaan. Petugas juga diharuskan untuk rajin,
baik rajin bekerja, rajin belajar dan rajin beribadah, dimana pelayanan yang
diberikan kepada pasien jika hanya diniati untuk bekerja saja, maka bagi mereka
itu merupakan suatu kerugian, sehingga perlu diiringi dengan niat ibadah,
sehingga pekerjaannya dapat dilakukan dengan penuh keikhlasan. Keramahan
petugas pun menjadi skala prioritas dengan semboyannya senyum, salam dan sapa
(3S), dan ternyata keramahan menjadi suatu penilaian tersendiri bagi setiap
pasien, dimana petugas di RSU Banyumas terkenal dengan keramahannya,
terutama murah senyum. Budaya sukses peningkatan disiplin juga menekankan
petugas untuk selalu berperilaku resik (bersih), mulai dari kebersihan diri,
pakaian, lingkungan hingga kebersihan obat dan makanan yang disajikan kepada
pasien. sedangkan nilai yang terakhir dalam budaya disiplin adalah rukun, yaitu
sesama petugas dituntut untuk mampu bekerjasama dan saling menghargai.
3. Ketiga, sukses peningkatan efisiensi, merupakan budaya pelengkap dari
budaya sebelumnya yang dikembangkan untuk mengarahkan petugas agar mampu
bekerja secara efisien dan efektif, dimana pelayanan yang baik bukan hanya
pelayanan yang bermutu/berkualitas dan memuaskan pelanggan saja, namun
juga efisien dan efektif.
Dalam budaya efisiensi ini petugas dituntut untuk mampu bekerja dengan
memperhatikan beberapa nilai yang terangkum dalam istilah CUBIT, yaitu Cukup,
Urgen, Baik, Irit, dan Terawat. Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan yang
cukup, baik dari perlakuan, fasilitas maupun sarana dan prasarananya, dan tidak
berlebihan (irit). Dengan nilai perilaku ”urgen”, petugas diharapkan mampu
membuat skala prioritas saat bekerja, terutama saat menghadapi pasien.
fasilitas, sarana dan prasarana yang disediakan oleh rumah sakit diupayakan
untuk selalu dalam kondisi yang baik (layak pakai), sehingga aman untuk
digunakan, oleh karena itu perlu adanya mekanisme perawatan yang baik agar
sarana dan prasarana yang sudah ada dapat digunakan secara maksimal.
CONTOH KASUS PERAN FARMASI

Kurangnya pemberian swamedikasi atau PIO


terhadap pasien seperti efek samping obat.
Contohnya peresepan simvastatin 10 mg dengan
signa 1x1, karena tidak adanya smawedikasi pasien
mengkonsumsi obat tersebut di pagi hari. Sehingga
efek terapi tidak dapat tercapai karena sebaiknya
simvastatin dikonsumsi pada malam hari. Dan hasil
lab kolesterol pasien tersebut tetap tinggi.
PENYELESAIAN

Menambah tenaga medis yang memenuhi


persyaratan untuk melakukan swamedikasi lebih
mendalam dan melakukan evaluasi terhadap kasus
yang dihadapi.
CONTOH KASUS PFT
(Panitia Farmasi dan Terapi)
RS X akhir tahun 2021 habis Formulasi obat karena
itu di 3 bulan sebelum akhir tahun RS akan
mengadakan rapat formulasi obat tahun 2022 yang
akan datang. Untuk itu kami mengumpulkan para
medis dokter,perawat dan apoteker.Memperkirakan
obat-obat yang diperlukan kasus pasien-pasien.
Harga perbandingan harga obat
PENYELESAIAN

Melakukan meeeting untuk pembahasan tentang obat-obat yang diperlukan


kepada pasien dan perbandingan harga obat. Dengan menyangkut :
 -Direktur RS
 -Mengumpulkan semua tenaga medis (dokter)
 -Mengumpulkan apoteker Rs
 -Kepala staf perawat
 -Kepala staf Keungan
 - Deleter
CONTOH KASUS FORMULARIUM
RUMAH SAKIT
Ketersediaan obat di rumah sakit umum daerah kota
pati masih sering terjadi kekosongan, sehingga tidak
dapat memenuhi seluruh kebutuhan pasien. Pada
tahun 2010 terjadi kekosongan obat sebesar 11,03%
atau sebanyak 156 item obat. Namun sebaliknya
terjadi juga ketersediaan obat yang berlebih
sehingga tidak terpakai seluruhnya, bahkan menjadi
kadaluarsa sebanyak 36 item dengan nilai uang
sebesar Rp. 7.587.098,-
PENYELESAIAN

 Kasus diatas dijumpai salah satunya adalah rendahnya


cakupan pelayanan apotek (instalasi farmasi) sementara
lainnya adalah ketidak patuhan dokter dalam penulisan
resep sesuai formularium obat yang kemungkinan
dipengaruhi oleh konsep dan implementasi formularium
tidak diterapkan sebagaimana mestinya berlaku.
 Seharusnya terutama dokter harus lebih konsisten dan
patuh dalam menulis resep, sehingga ketersediaan stok
dalam rumah sakit tidak mengalami kekosongan dan
kelebihan obat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai