Membentuk sebuah pola perilaku budaya yang menjadi ciri khas dalam setiap
pelayanan. Budaya organisasi tersebut terdiri dari tiga sub budaya :
1. Pertama, Sukses peningkatan mutu, merupakan suatu budaya dimana setiap
aktifitas yang dilaksanakan oleh petugas adalah aktifitas yang bermutu atau
berkualitas. Para petugas diwajibkan untuk selalu memberikan pelayanan yang
bermutu, murah/ terjangkau oleh orang miskin, mudah/tidak berbelit-belit dan
berkeadilan non diskriminatif, marem/memberikan kepuasan pada kedua belah
pihak dan mantep/bekerja secara profesional. 5M di atas oleh RSU Banyumas
dijadikan alat untuk merubah persepsi masyarakat terhadap istilah mo lomo yang
berkonotasi buruk menjadi mo limo yang bernilai positif.
2. Kedua, Sukses Peningkatan Disiplin, yaitu budaya yang dikembangkan untuk
tetap menjaga stabilitas kerja para petugas di rumah sakit agar dapat tertata dan
tetap berkualitas.
Dengan adanya budaya disiplin ini petugas harus berpenampilan rapi dan bekerja
dengan rapi, karena dengan rapi akan enak/nyaman dipandang mata dan bekerja
dengan rapi akan memperlancar pekerjaan. Petugas juga diharuskan untuk rajin,
baik rajin bekerja, rajin belajar dan rajin beribadah, dimana pelayanan yang
diberikan kepada pasien jika hanya diniati untuk bekerja saja, maka bagi mereka
itu merupakan suatu kerugian, sehingga perlu diiringi dengan niat ibadah,
sehingga pekerjaannya dapat dilakukan dengan penuh keikhlasan. Keramahan
petugas pun menjadi skala prioritas dengan semboyannya senyum, salam dan sapa
(3S), dan ternyata keramahan menjadi suatu penilaian tersendiri bagi setiap
pasien, dimana petugas di RSU Banyumas terkenal dengan keramahannya,
terutama murah senyum. Budaya sukses peningkatan disiplin juga menekankan
petugas untuk selalu berperilaku resik (bersih), mulai dari kebersihan diri,
pakaian, lingkungan hingga kebersihan obat dan makanan yang disajikan kepada
pasien. sedangkan nilai yang terakhir dalam budaya disiplin adalah rukun, yaitu
sesama petugas dituntut untuk mampu bekerjasama dan saling menghargai.
3. Ketiga, sukses peningkatan efisiensi, merupakan budaya pelengkap dari
budaya sebelumnya yang dikembangkan untuk mengarahkan petugas agar mampu
bekerja secara efisien dan efektif, dimana pelayanan yang baik bukan hanya
pelayanan yang bermutu/berkualitas dan memuaskan pelanggan saja, namun
juga efisien dan efektif.
Dalam budaya efisiensi ini petugas dituntut untuk mampu bekerja dengan
memperhatikan beberapa nilai yang terangkum dalam istilah CUBIT, yaitu Cukup,
Urgen, Baik, Irit, dan Terawat. Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan yang
cukup, baik dari perlakuan, fasilitas maupun sarana dan prasarananya, dan tidak
berlebihan (irit). Dengan nilai perilaku ”urgen”, petugas diharapkan mampu
membuat skala prioritas saat bekerja, terutama saat menghadapi pasien.
fasilitas, sarana dan prasarana yang disediakan oleh rumah sakit diupayakan
untuk selalu dalam kondisi yang baik (layak pakai), sehingga aman untuk
digunakan, oleh karena itu perlu adanya mekanisme perawatan yang baik agar
sarana dan prasarana yang sudah ada dapat digunakan secara maksimal.
CONTOH KASUS PERAN FARMASI