Anda di halaman 1dari 142

HIDROLOGI TEKNIK

ZUHERNA MIZWAR
zuhernamizwar@bunghatta.ac.id
zuemizwar@gmail.com

1
UNSUR-UNSUR CUACA

SUHU UDARA

TEKANAN UDARA

ARAH / KECEPATAN ANGIN

KELEMBABAN

AWAN

HUJAN

JARAK PANDANG DLL

2
MENGENAL PERALATAN METEOROLOGI

3
4
Funsi alat : Tempat meletakan peralatan Meteorologi
Satuan : -
Keterangan : Berventilasi, Double Jaruci guna untuk mengalirkan udara masuk-
keluar.
Dicat putih agar memantulkan cahaya

5
Terdiri dari 4 buah thermometer
1. Thermometer Bola Kering (BK)
2. Thermometer Bola Basah (BB)
3. Thermometer Maximum
4. Thermometer Minimum
5. Piche Evaporimeter
Fungsi alat Pengukur Suhu Udara dan
Kelembaban Udara
Satuan : Suhu Derajat Celcius
Kelembaban dalam Persen ( %).
* Thermometer BK menunjukan suhu
udara
* Thermometer BB digunakan
• Thermometer BB, bola air raksa harus mencara
selalu basah dengan menggunakan kelembaban udara dengan bantuan
Kain muslin yang selalu basah oleh air Table.
murni
6
Fungsi alat : Pencatat Instensitas Curah hujan / tingkat kelebattan hujan
Satuan : Milimeter ( mm ).
Keterangan : Setiap hari pias diganti (pias Harian atau Pias Mingguan). Hujan
dengan Instensitas lebat bentuk grafik terjal hujan dengan
intensitas Ringan bentuk grafik landai.
Waktu terjadi dan berakhirnya hujan dapat diketahui.

7
Funsi alat : Pengukur Curah Hujan
Satuan : Milimeter ( mm ).
Keterangan : Curah hujan di ukur dengan gelas penakar setiap pagi jam 07.00WS.
Atau 1 milimeter hujan yang ditakar sama volumenya dengan 10 cc.

8
Funsi alat : Pengukur Penguapan air langsung
Satuan : Milimeter (mm).
Keterangan : Alat ini dilengkapi dengan thermometer air Six Bellani (Thermometer
Apumg serta Cup Counter anemometer tinggi 05 meter.
Pada Evaorimeter permukaan yang luas (waduk, danau).
Data penguapan ini dikalikan factor alat 0.7 – 0.8.

9
Fungsi alat : Pengukur Kecepatan Angin Rata-rata harian
Satuan : Km / Jam
Keterangan : Prinsip kerja seperti garakan Spedometer sepeda motor dalam satuan km/jam
Kecapatan angina rata-rata harian selisih pembacaan angka dibagi 24 jam.

10
Fungsi alat : Pencatat Arah dan Kecepatan Angin Sesaat
Satuan : Arah Angin ( 8 mata angin )
Kecepatan Angin : Knots. ( 1 Knots = 1.8 Km/Jam )
Keterangan : Yang dimaksud arah angin yaitu Arah dari mana angin
berhembus.

11
Fungsi alat : Pengukur Suhu tanah Gundul.
Satuan : Derajat Celcius
Keterangan : Kedalaman 0 cm, 5 Cm. 10 Cm, 20 Cm, 50 Cm, 100 cm.
Benda kuning pada thermometer 50 cm dan 100 cm adalah parapin
yang berfungsi agar ketika alat tersebut dibaca maka suhu tidak
berubah. Data suhu tanah ini digunakan dalam kegiatan pemupukan
tanah.

12
Funsi alat : Pengukur Suhu tanah Gundul.
Satuan : Derajat Celcius
Keterangan : Kedalaman 0 cm, 5 Cm. 10 Cm, 20 Cm, 50 Cm, 100 cm.
Benda kuning pada thermometer 50 cm dan 100 cm adalah parapin yang
Berfungsi agar ketika alat tersebut dibaca maka suhu tidak berubah.
Data suhu tanah ini digunakan dalam kegiatan pemupukan tanah.

13
Fungsi alat : Pencatat Suhu udara dan Kelembaban Udara (Nisbi)
Satuan : Derajat Calcius & Prosentase (%).
Keterangan : Pias harian, atau Mingguan.
* Sensor Suhu terbuat dari logam, bila udara panas logam memuai dan
menggerakan pena keatas, bila udara dingin mengkerut gerakan pena turun
* Sensor Kelembaban udara terbuat dari rambut manusia, bila udara basah
Rambut memanjang dan bila udara kering rambut memendek.

14
Fungsi alat : Sensor Pengukur Suhu udara, Kelembaban,
Tekanan Udara, Arah angin, kecepatan angin, curah hujan,
Penyinaran, suhu tanah.

Satuan : Suhu udara =Derajat celcius,Tekanan = milibar,


Curah hujan = Milimeter (mm). Penyinaran matahari =
Langley, Kecepatan angin = Knots, Km/Jam. Arah angin =
derajat.

Keterangan : dari sensor tersebut data disimpan


didata loger dan disambung melalui kabel ke Komputer yang
ada diruangan Observasi untuk melihat tampilan
alat tersebut.
15
Alat pencatat tekanan udara

secara automatis.
Satuan Milibar.(mb).
Sensor menggunakan ta-
bung hampa udara / kotak
logam yang hampa udara yg
terbuat dari logam yang sa-
ngat lenting. Bila tekanan
Atmosfer berubah volume
kotak berubah. Perubahan
volume kotak di hubungkan
dengan tangkai pena dan
16
menggores di pias.
Alat untuk mengukur takanan udara.
Satuan Milibar (mb).
Tabung berisi air raksa. Dilengkapi thermome-
ter untuk mengetahui sauhu udara dalam
ruangan. Alat ini tidak boleh terkena sinar Ma-
tahari & angin langsung dipasang tegak lurus
pada dinding yang kuat. Tingggi bejan 1 meter
dari lantai.
baca termometer yang menempel pada baro-
meter kemudian stel nonius sehingga me-
nyinggung permukaan air raksa, baca skala
barometer.
17
Pencatat Intensitas Cahaya
Matahari
Satuan : Calori/Cm2 (Langley).
Intensitas Cahaya Matahari =
Selisih pembacaan skala dikalikan
konstanta dibagi 21
Cara kerja alat : Sewaktu
memasang alat dipagi hari, alat
dibalik dan dikembalikan
sehingga
permukaan air dalam tabung
mendekati nol. Air dlm alat
volumenya konstan dan bila kena
cahaya matahari akan menguap
dan berkondensasi shg air turun
kebawah.

18
Pencatat lama penyinaran
matahari
Satuan : Jam/ Prosentase ( % )
Pias harian.
Jenis pias 3 macam :
1. Lengkung panjang
(11 Okt- 28 Feb)
2. Lurus
(11 Sep – 10 Okt)
Gbr.5 Cambelstock
(1 Maret – 10 April)
3. Lengkung pendek
(11 Aprl – 10 Agst)
Bola Kaca dari kaca Masip.
19
Gbr.4 Actinograf

Alat pengukur/pencatat secara automatis Intensitas Radiasi Matahari.


Satuan K Cal/cm2 (Langley).
Keterangan : Kertas pias diganti setiap hari.
setiap kotak kecil = 12 kalori, perhitungan total 1 hari dihitung jumlah kotak
kecil. Alat ini menggunakan sensor Bimetal.

20
METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa
meteorologi adalah ilmu yang mempelajari tentang cuaca, dan
klimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim

Skala Ruang dan Waktu : Meteorologi Mikro dan


Meteorologi Meso
Definisi & Klasifikasi Iklim, Studi Iklim Meliputi :
Konsep, Waktu, Skala, Wilayah dan Jenis

Klimatologi (Secara Luas) :


Segala kegiatan yang ada hubungannya dengan iklim, yang
bisa berupa penelitian, hubungan-hubungan, analisa
pengolahan dan pelayanan, bahkan analisis prakiraan iklim
atau musim

21
KLIMATOLOGI DINAMIK

ASIA MONSOON PATTERN AUSTRALIA MONSOON PATTERN


( OCT – MAR ) ( APR – SEPT )

22
PEMAHAMAN
CUACA DAN IKLIM
• Pengertian Cuaca, Iklim & musim

• Pengamatan Unsur Cuaca

• Pengolahan data iklim

23
CUACA, IKLIM, DAN MUSIM
Cuaca :
Keadaan fisik atmosfer pada suatu saat (waktu
tertentu) di suatu tempat, yang dalam waktu
singkat (pendek) berubah keadaannya, seperti
panasnya, kelembabannya, atau gerak udaranya
Iklim :
Peluang statistik keadaan cuaca rata-rata atau
keadaan cuaca jangka panjang pada suatu daerah,
meliputi kurun waktu beberapa bulan atau
beberapa tahun
Musim :
Rentang waktu yang mengandung fenomena (nilai
sesuatu unsur cuaca) yang dominan atau mencolok
24
A. Iklim Matahari
Iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi.
Pembagiannya dapat Anda perhatikan pada gambar 24 berikut.

Pembagian daerah iklim


matahari

25
A.1. Iklim Tropis
Iklim tropis terletak antara 0° - 231/2° LU/LS dan hampir 40 % dari permukaan bumi.
Ciri-ciri iklim tropis adalah sebagai berikut:
Suhu udara rata-rata tinggi, karena matahari selalu vertikal.
Umumnya suhu udara antara 20- 23°C. Bahkan di beberapa tempat rata-rata
suhu tahunannya mencapai 30°C.
Amplitudo suhu rata-rata tahunan kecil. Di kwatulistiwa antara 1 - 5°C,
sedangkan ampitudo hariannya lebih besar.
Tekanan udaranya rendah dan perubahannya secara perlahan dan beraturan.
Hujan banyak dan lebih banyak dari daerah-daerah lain di dunia.

A.2. Iklim Sub Tropis


Iklim sub tropis terletak antara 231/2° - 40°LU/LS. Daerah ini merupakan peralihan
antara iklim tropis dan iklim sedang.
Ciri-ciri iklim sub tropis adalah sebagai berikut:
Batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah peralihan dari
daerah iklim tropis ke iklim sedang.
Terdapat empat musim, yaitu musim panas, dingin, gugur, dan semi.
Tetapi musim dingin pada iklim ini tidak terlalu dingin. Begitu pula dengan musim
panas tidak terlalu panas.
Suhu sepanjang tahun menyenangkan. Maksudnya tidak terlalu panas dan
tidak terlalu dingin.
Daerah sub tropis yang musim hujannya jatuh pada musim dingin dan
musim panasnya kering disebut daerah iklim Mediterania, dan jika hujan jatuh
pada musim panas dan musim dinginnya kering disebut daerah iklim Tiongkok.
26
A.3. Iklim Sedang
Iklim sedang terletak antara 40°- 661/2° LU/LS. Ciri-ciri iklim sedang adalah sebagai berikut:
Banyak terdapat gerakan-gerakan udara siklonal, tekanan udara yang sering berubah-ubah,
arah angin yang bertiup berubah-ubah tidak menentu, dan sering terjadi badai secara tiba-tiba.
Amplitudo suhu tahunan lebih besar dan amplitudo suhu harian lebih kecil dibandingkan
dengan yang terdapat pada daerah iklim tropis.

A.4. Iklim Dingin (Kutub)


Iklim dingin terdapat di daerah kutub. Oleh sebab itu iklim ini disebut pula sebagai iklim
kutub. Iklim dingin dapat dibagi dua, yaitu iklim tundra dan iklim es.
Ciri-ciri iklim tundra adalah sebagai berikut:
Musim dingin berlangsung lama
Musim panas yang sejuk berlangsung singkat.
Udaranya kering.
Tanahnya selalu membeku sepanjang tahun.
Di musim dingin tanah ditutupi es dan salju.
Di musim panas banyak terbentuk rawa yang luas akibat mencairnya es di permukaan tanah.
Vegetasinya jenis lumut-lumutan dan semak-semak.
Wilayahnya meliputi: Amerika utara, pulau-pulau di utara Kanada, pantai selatan Greenland,
dan pantai utara Siberia.
Sedangkan ciri-ciri iklim es atau iklim kutub adalah sebagai berikut:
• Suhu terus-menerus rendah sekali sehingga terdapat salju abadi.
• Wilayahnya meliputi: kutub utara, yaitu Greenland (tanah hijau) dan Antartika
di kutub selatan.

27
B. Iklim Fisis
Apa yang dimaksud dengan iklim fisis. Iklim fisis adalah menurut keadaan atau fakta
sesungguhnya di suatu wilayah muka bumi sebagai hasil pengaruh lingkungan alam yang
terdapat di wilayah tersebut. Misalnya, pengaruh lautan, daratan yang luas, relief muka bumi,
angin, dan curah hujan.
Iklim fisis dapat dibedakan menjadi iklim laut, iklim darat, iklim dataran tinggi,
iklim gunung/pegunungan dan iklim musim (muson).

B.1. Iklim laut (Maritim)


Iklim laut berada di daerah (1) tropis dan sub tropis; dan (2) daerah sedang. Keadaan iklim
di kedua daerah tersebut sangat berbeda.
Ciri iklim laut di daerah tropis dan sub tropis sampai garis lintang 40°, adalah sebagai berikut:
a) Suhu rata-rata tahunan rendah;
b) Amplitudo suhu harian rendah/kecil;
c) Banyak awan, dan
d) Sering hujan lebat disertai badai.
Ciri-ciri iklim laut di daerah sedang, yaitu sebagai berikut:
a) Amplituda suhu harian dan tahunan kecil;
b) Banyak awan;
c) Banyak hujan di musim dingin dan umumnya hujan rintik-rintik;
d) Pergantian antara musim panas dan dingin terjadi tidak mendadak dan tiba-tiba.

28
B.2. Iklim Darat (Kontinen)
Iklim darat dibedakan di daerah tropis dan sub tropis, dan di daerah sedang. Ciri-ciri iklim
darat di daerah tropis dan sub tropis sampai lintang 40(, yaitu sebagai berikut:
a) Amplitudo suhu harian sangat besar sedang tahunannya kecil; dan
b) Curah hujan sedikit dengan waktu hujan sebentar disertai taufan.
Ciri iklim darat di daerah sedang, yaitu sebagai berikut:
a) Amplitudo suhu tahunan besar;
b) Suhu rata-rata pada musim panas cukup tinggi dan pada musim dingin rendah; dan
c) Curah hujan sangat sedikit dan jatuh pada musim panas.

B.3. Iklim Dataran Tinggi


Iklim ini terdapat di dataran tinggi dengan ciri-ciri, adalah sebagai berikut:
a) Amplitudo suhu harian dan tahunan besar;
b) Udara kering,
c) Lengas (kelembaban udara) nisbi sangat rendah; dan
d) Jarang turun hujan.

B.4. Iklim Gunung


Iklim gunung terdapat di dataran tinggi, seperti di Tibet dan Dekan. Ciri-cirinya, yaitu
sebagai berikut:
a) Amplitudo suhu lebih kecil dibandingkan iklim dataran tinggi;
b) Terdapat di daerah sedang;
c) Amplitudo suhu harian dan tahunan kecil;
d) Hujan banyak jatuh di lereng bagian depan dan sedikit di daerah bayangan hujan;
e) Kadang banyak turun salju.
29
B.5. Iklim Musim (Muson)
Iklim ini terdapat di daerah yang dilalui iklim musim
yang berganti setiap setengah tahun.
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
a) Setengah tahun bertiup angin laut yang basah
dan menimbulkan hujan;
b) Setengah tahun berikutnya bertiup angin barat
yang kering dan akan menimbulkan
musim kemarau.

30
LAND BREEZE

31
SEA BREEZE

32
Selain klasifikasi iklim menurut letak garis lintang dan ketinggian tempat, ada juga
Klasifikasi iklim yang dilakukan ahli-ahli iklim berdasar hal-hal yang spesifik, diantaranya :

I. Pembagian Iklim Menurut Dr. Wladimir Koppen


Pada tahun 1918 Dr Wladimir Koppen (ahli ilmu iklim dari Jerman) membuat klasifikasi
iklim seluruh dunia berdasarkan suhu dan kelembaban udara. Kedua unsur iklim tersebut
sangat besar pengaruhnya terhadap permukaan bumi dan kehidupan di atasnya.
Berdasarkan ketentuan itu Koppen membagi iklim dalam lima daerah iklim pokok.
Masing-masing daerah iklim diberi simbol A, B, C, D, dan E.

I.1 Iklim A atau iklim tropis.


Cirinya adalah sebagai berikut:
• suhu rata-rata bulanan tidak kurang dari 18°C,
• suhu rata-rata tahunan 20°C-25°C,
• curah hujan rata-rata lebih dari 70 cm/tahun, dan
• tumbuhan yang tumbuh beraneka ragam.

I.2 Iklim B atau iklim gurun tropis atau iklim kering.


Dengan ciri sebagai berikut:
• Terdapat di daerah gurun dan daerah semiarid (steppa);
• Curah hujan terendah kurang dari 25,4/tahun, dan penguapan besar;

33
I.3 Iklim C atau iklim sedang.
Ciri-cirinya adalah suhu rata-rata bulan terdingin antara 18° sampai -3°C.

I.4 Iklim D atau iklim salju atau microthermal.


Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
Rata-rata bulan terpanas lebih dari 10°C,
sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari - 3°C.

I.5 Iklim E atau iklim kutub .


Cirinya yaitu terdapat di daerah Artik dan Antartika,
suhu tidak pernah lebih dari 10°C,
sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari - 3°C.

34
Dari kelima daerah iklim tersebut sebagai variasinya diperinci lagi menjadi
beberapa Sub iklim, yaitu:

1. Daerah iklim A, terbagi menjadi empat macam iklim, yaitu sebagai berikut:
(1) Af = Iklim panas hujan tropis.
(2) As = Iklim savana dengan musim panas kering.
(3) Aw = Iklim savana dengan musim dingin kering.
(4) Am = Iklim antaranya, musim kering hanya sebentar.

2. Daerah iklim B, terbagi menjadi dua macam iklim, yaitu:


(1) Bs = Iklim steppa, merupakan peralihan dari iklim gurun (BW) dan
Iklim lembab dari iklim A, C, dan D.
(2) BW = Iklim gurun.

3. Daerah iklim C, terbagi menjadi tiga macam iklim, yaitu:


(1) Cs = Iklim sedang (laut) dengan musim panas yang kering atau iklim lembab
agak panas kering.
(2) Cw = Iklim sedang (laut) dengan musim dingin yang kering atau iklim lembab dan sejuk.
(3) Cf = Iklim sedang (darat) dengan hujan pada semua bulan.

4. Daerah iklim D, terbagi dua macam iklim, yaitu:


(1) Dw = Iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang kering.
(2) Df = Iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang lembab.
35
Pengolahan data Iklim

A. Beberapa penggolongan iklim


1) Klasifikasi dengan dasar temperatur,
- Klasifikasi yang dibuat pada jaman Yunani. Daerah
Tropika- sedang dan kutub
- Klasifikasi Klages (1942)

2) Klasifikasi Koppen
3) Klasifikasi Thornthwaite
4) Klasifikasi di Indonesia

- Klasifikasi Mohr
- Klasifikasi Schmidt dan Ferguson
- Klasifikasi Oldeman

36
1. KLASIFIKASI BERDASAR TEMPERATUR

a. Klasifikasi Pada Jaman Yunani : 3 daerah

 Daerah tropika
Tidak ada musim dingin, temperatur terus menerus tinggi

 Daerah Sedang (U-S)


Di sini ada musim yang berbeda tegas, satu musim panas/ hangat
lainnya sejuk/ dingin

 Daerah Kutub (U-S)


Tidak ada musim panas, temperatur rendah

37
b. Klasifikasi Klages (1942): 5 daerah

 Daerah tropika Rata-rata T>20C


 Daerah subtropika 4 – 11 bulan T>20C
 Daerah sedang 4 – 12 bulan T 10 -20C
 Daerah dingin 1 – 4 bulan T 10 - 20C dan
yang lain <10C
 Daerah kutub T rata-rata -1C dgn tanpa
bulan yang T >10C

38
2. KLASIFIKASI KOPPEN
Wladimir Koppen (1846-1940) seorang biologis Jerman
1900  klasifikasi I berdasarkan vegetasi
1918  revisi dengan memasukkan temperatur, hujan dan tanda khusus
musiman.
Koppen membagi 5 golongan besar yang diberi simbol huruf: A – E

A Iklim hujan tropika


B Iklim kering
C Sedang
D Dingin
E Kutub

Sehingga secara garis besar dasar klas Koppen


- Rata - rata curah hujan (bulanan/ tahunan)
-Temperatur (bulanan/ tahunan)
-Vegetasi asli dilihat sebagai kenampakan terbaik
dari keadaan iklim yang sesungguhnya
39
Koppen menilai bahwa daya guna hujan terhadap perkembangan dan
pertumbuhan tanaman tidak hanya tergantung pada jumlah curah hujan
tetapi juga intensitas penguapan, baik dari tanah maupun tanaman.

Oleh karena ini Koppen berusaha menunjukkan intensitas penguapan


dan daya guna hujan adalah dengan menggabungkan temperatur dan
hujan.
Musim hujan sama, jatuh pada musim panas adalah kurang berguna
dibanding jatuh pada musim dingin.

Walaupun metode untuk mengukur daya guna hujan kurang memuaskan.

40
Kriteria Klasifikasi Iklim Koppen

A. IKLIM HUJAN TROPIKA

Temperatur bulan terdingin > 18 C (64.4F)

f Bulan terkering > 60 mm


m Bulan terkering < 60 mm, tetapi > 98,5 - r/ 25
m Jumlah hujan pada bulan basah dapat mengimbangi
kekurangan hujan pada bulan kering, masih terdapat
hutan cukup lebat.
w Bulan terkering < 98.5 r/25
w Jumlah bulan basah tidak dapat mengimbangi
kekurangan hujan pada bulan kering. Vegetasi yang ada
padang rumput dengan pohon jarang.

41
B. IKLIM KERING

r < 0.44 (t – 19.5) CH Merata sepanjang tahun


r < 0.44 (t – 7) CH Mengumpul pada ms. Panas 70%
r < 0.44 (t – 32) CH Mengumpul pada ms. Dingin 70%

Dibagi 2 Bs & Bw
BS ½ Batas Atas – Batas Atas
Bw < ½ Batas Atas Ket. Sama

0.44 (t -…..) Stepa


- Bs

0.22 (t -…..)

- Bw Padang Pasir
0

42
mm Af

60 * * m
*

40

Aw Am
*
20
w

500 1000 1500 2000 2500 mm


CH TAHUNAN

DIAGRAM KOPPEN UNTUK TIPE A


43
C. IKLIM SEDANG
Temperatur bulan terdingin > - 30C dan < 180C
Temperatur bulan terpanas > 100C
S Pada musim panas kering (jumlah CH bulan terkering pada musim panas <
1/3 jumlah hujan terbasah pada musim dingin
W Pada musim dingin kering dan musim panas lembab (jumlah hujan terkering
pada musim dingin <1/10 jumlah hujan terbasah pada musim panas)
f Selalu lembab sepanjang tahun , tidak dijumpai keadaan s dan w. CH > 30
a.T rerata bulan terpanas ≥ 220C
b.T rerata untuk 4 bulan ≥ 100C & T bulan terpanas < 220C
c.T rerata 1 – 3 bulan ≥ 100C & T bulan terpanas < 220C

Csa : daerah pedalaman


Csb : daerah pantai (marine)
Cwa : subtropika musiman
Cwb : tropika lahan tinggi
Cfa : subtropika lembab
Cfb : Iklim marine
44
Cfc : Iklim marine
D. IKLIM DINGIN
Rata-rata temperatur bulan terpanas > 100C dan terdingin kurang dari – 30C

w Sama C
f Sama C
a Sama C
b Sama C
c Sama C
d Rata-rata temperatur bulan terdingin < 2.8 dan dipakai diluar a,b,& c
dfa Kontinental lembab (iklim dingin dengan periode kering)
dfb Kontinental lembab
dfc Sub artika
dfd Sub artika
dwa Iklim kontinental lembab (iklim dingin dengan musim dingin kering)
dwb Iklim kontinental lembab
dwc Sub artika
dwd Sub artika
45
E. IKLIM KUTUB
Rata-rata temperatur bulan terpanas < 100C

T Rata-rata temperatur bulan terpanas 0 – 100C


F Rata-rata temperatur bulan terpanas ≤ 00C
ET Iklim tundra (lumut)
EF Iklim es – salju abadi
H Temperatur seperti E, tetapi disebabkan tinggi tempat > 5000 feet

46
3. KLASIFIKASI IKLIM THORNTHWAITE

1899 – 1963 (Thornthwaite)


1931 memperkenalkan klasifikasi yang pertama khusus dipakai
di Amerika Utara
1933 memakai sistem tersebut untuk seluruh dunia

Dasar: Vegetasi, Evaporasi, Hujan & Temperatur

Thornthwaite:
Menganggap bahwa kebutuhan air tanaman tidak hanya tergantung
pada besarnya Curah Hujan tetapi juga tergantung evaporasi.

47
Menggunakan istilah dayaguna presipitasi =
P – E rasio Perbandingan antara P dan E, yang
menunjukkan daya guna hujan bagi
kehidupan tanaman.
P Presipitasi bulanan rerata (inci)
E Penguapan dari permukaan air bebas
rerata bulanan (inci)

P – E ratio selama 12 bulan disebut P – E indek

Perhitungan :
P – E ratio = 10 P/E
12
P – E indek = Σ (10 P/E) n
n=1
Tetapi karena kesulitan data evaporasi maka untuk mengatasi diadakan
Hubungan antara temperatur (T), Penguapan (E) dan Presipitasi (P)
sehingga akhirnya diperoleh P – E rasio tanpa data evaporasi.

48
P – E rasio : 115 ( P ) 10/9
T-10
12
P – E indek : Σ 115 ( P ) 10/9 n
n=1 T-10
P : Presipitasi rerata bulanan dalam inci
T : Temperatur rerata bulanan dalam 0F
Simbol Gol Lembab Ciri Vegetasi PE Indek
A Basah Hutan Hujan ≥ 128
B Lembab Hutan 64 – 127
C Agak Lembab Padang Rumput 32 – 63
D Agak Kering Steppa 16 – 31
E Kering Gurun Pasir < 16
T – E indek = Jumlah 12 bulan dari T – E rasio

T – E rasio = ( T – 32 ) efisiensi temperatus rasio


4
12
T – indek = Σ ( T – 32 ) n 49
n=1 4
Atas dasar T – E indek dibedakan :
6 Golongan temperatur
TIPE IKLIM T – E INDEK
A1 – Tropika ≥ 128
B1 – Mesotermal 64 -127
C1 – Mikrotermal 32 - 63
D1 – Taiga 16 - 31
E1 - Tundra 1 - 15
F1 - Frost 0
Pembagian selanjutnya adalah berdasar agihan presipitasi bulanan sbb:

r Hujan merata seluruh musim


s Hujan kurang di musim panas
w Hujan kurang di musim dingin
d Hujan kurang di seluruh musim

50
Berdasarkan kombinasi simbol P – E indek T –E indek dan agihan hujan
musiman yang dijumpai tercatat ada 32 tipe iklim:
AA1r BA1r CA1r DA1w EA1d D1 E1 F1

AB1r BA1w CA1w DA1d EB1d

AC1r BB1r CA1d DB1w EC1d

BB1w CB1r DB1s

BB1s CB1w DB1d

BC1r CB1s DC1d

BC1s CB1d

CC1r

CC1s

CC1d

3 7 10 6 3 1 1 1 Σ 32 51
4. KLASIFIKASI IKLIM DI INDONESIA
a. Mohr (1933)

Menurut Mohr, Koppen kurang berlaku di Indonesia terutama


tentang hujan.

Mohr mencoba presipitasi dan evaporasi sebagai indikasi


khusus daerah tropika.

Berdasarkan penelitian tanah, Mohr membedakan 3


tingkat kebasahan untuk berbagai bulan dalam satu
tahun.

Bulan Basah CH ≥ 100 mm CH > Ev


Bulan Lembab CH 60 ≤ CH ≤ 100 mm CH = Ev
Bulan Kering CH < 60 mm CH < Ev

52
Untuk mencari bulan basah dan kering Mohr menggunakan rerata
curah hujan masing-masing bulan selama beberapa tahun.
Jan – Bb, Feb – Bb, Maret – Bb, Agust – BK.

Mohr membagi 5 golongan iklim yaitu

Golongan Daerah Jumlah BKering

I Basah 0
II Agak Basah 1-2
III Agak Kering 3–4
IV Kering 5–6
V Sangat Kering  6

53
b. Schmidt & Ferguson (1951)

Dasar sama seperti Mohr yaitu : BB dan BK, hanya cara mencarinya yang
berbeda, dengan menghitung BB dan BK untuk masing-masing tahun.

Sebagai dasar penggolongan iklim 2 orang ini menggunakan suatu


rasio Q = ∑ Rerata BKering
∑ Rerata BBasah

Data curah hujan diperoleh dari tahun 1921 – 1940 dengan


menghilangkan data yang kurang dari 10 tahun.

BK – CH < 60mm
BL – CH 60 – 100mm
BB – CH > 100mm

54
12 Lbk
11
sk a = berisi antara 0 - 8
10
H k
9

8 G
ak
7
F
6 s
E
5
ab
4 D

3 C b

2 sb
B
1
01 2 3 4 5 6 7 8 9 10A 11 12

55
Garis batas tipe iklim pada Q = 1.5 a
12 – 1.5 a
a : Nilai dari 1 - 7

Schmidt & Ferguson, membagi iklim di Indonesia : 8 tipe (A – H)

A 0 ≤ Q < 0.143 Sangat basah

B 0.143 ≤ Q < 0.333 Basah

C 0.333 ≤ Q < 0.60 Agak basah

D 0.60 ≤ Q < 1.00 Sedang

E 1.0 ≤ Q < 1.67 Agak kering

F 1.67 ≤ Q < 3.00 Kering

G 3.00 ≤ Q < 7.00 Sangat kering

H 7.00 ≤Q Luar biasa kering

Makin kecil Q makin basah 56


c. Klasifikasi Oldeman
-Oldeman, L.R. An Agroclimatic Map of Java 1975
- Oldeman, L.R. An Agroklimatic Map of Sulawesi 1977
- Oldeman, L.R. An Agroklimatic Map of Sumatera 1979

Expert LP 3 = Lembaga Pusat Penelitian Pertanian, Bogor


Faktor utama di bidang pertanian daerah tropika adalah ketersediaan
lengas untuk evapotranspirasi dari tanaman, curah hujan adalah
faktor iklim dengan prioritas tinggi.

Dari perhitungan Oldeman diperoleh hasil

- Padi Sawah memerlukan : 213 mm/bln


- Tanaman lahan kering memerlukan : 120 mm/bln

57
Bulan CH (mm/bln)
Bulan Basah ≥ 200
Bulan Lembab 100 - 200
Bulan kering ≤ 100

Contoh : C2 (Lihat skema Iklim Oldeman)

Berarti :
Masa pertumbuhan 9 – 10 bulan
Periode Basah 5 – 6 bulan
Periode kering 2 – 3 bln

58
Skema Oldeman sbb : 0 12
1 11
2
10
3
9
4
8
5
E4 D4 7
6 C4
6
7
E3 D3 C3B3 5
8 4
B3
9 3
E2 D2 C2
10 B2
A2 2
11
D1 C1 1
E1 B1 A1
12 0

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

59
HUJAN (PRESIPITASI)

60
Tipe Hujan
• Hujan Siklonik
• Hujan Konvektif
• Hujan Orografik

Hujan Siklonik: berasal dr naiknya udara yg


dipusatkan di daerah dgn tek rendah
Hujan Konvektif: berasal dr naiknya udara ke
rempat yg lbh dingin
Hujan Orografik: berasal dr naiknya udara krn
adanya rintangan pegunungan

61
62
Data Hujan:
• Curah hujan
• Waktu hujan
• Intensitas hujan (Ih)
• Frekuensi hujan (Fh)

Ch: tinggi hujan dlm 1 hari, bulan atau thn dgn


satuan mm, cm, inch. Misal:124 mm/hr, 462
mm/bln, 2158 mm/th
Wh: lama tjdnya 1x hujan, mis: 42 menit, 2 jam

63
Ih: banyak hujan yg jatuh dlm periode tt,
misal: 48mm/jam dlm 15’, 72mm/jam
dlm 30’
Fh: kemungkinan tjdnya besaran hujan yg
melampaui suatu tinggi hujan ttt, mis:
ch 115 mm/hr akan tjd atw dialampaui
1x dlm 30 th, 2500 mm/th akan tjd atw
dilampaui dlm 10 th

64
NETWORK STASIUN HUJAN
Tabel : Jml penakar hujan pd suatu daerah yg
diwakili
Luas (km2) Juml sta penakar hujan
26 2
260 6
1300 12
2600 15
5200 20
7800 40

Sumber: Wilson (1974:17)

65
Tabel : Network stasiun hujan di Indonesia

Daerah Juml stasiun Km2/sta


Indonesia +/- 4339 +/- 440
Jawa +/- 3000 +/- 44
Sumatra +/- 600 +/- 790
Kalimantan +/- 120 +/- 4500
Sulawesi +/- 250 +/- 760

Sumber: Murni D., Sri (1976:6)

66
ALAT PENAKAR HUJAN
• Pencatatan manual,
tdr dr corong 8”, tabung pengukur, dan
penyangga, mis: standard 8” precipitation gauge
(US National Weather Service), didapat data
hujan harian
• Penakaran otomatis, didapat data hujan
mingguan pd kertas grafik, mis:
1. weighing bucket rain gauge
2. tipping bucket rain gauge
3. syphon automatic rainfall recorder

67
Gb Rain Gauge
Sumber: C. Donald Ahrens-Essentials of Meteorology

68
69
70
PENYAJIAN DATA HUJAN
• Bentuk tabel
• Bentuk diagram
• Bentuk grafik

71
Penyajian dalam tabel
Tabel : Hujan harian maksimum
Tahun R (mm) Tahun R (mm)
1970 133 1975 161
1971 117 1976 220
1972 75 1977 129
1973 150 1978 160
1974 154 1979 120

Sumber: Data hujan pd stasiun Bantaran G. Kelud Jatim

72
Penyajian Dalam Bentuk diagram

R (mm)

15

10

10 11 12 13 14 15 16 t (jam)
73
PENYAJIAN DLM BENTUK GRAFIK

R (mm)

150

100

50

0 t (bulan)
J P M A M J J A S O N D

74
Cukupnya Jml Penangkar Hujan
Prosedurnya adl sbb (7 langkah):
• Hitung tot hujan utk n penakar hujan
• Hitung rata2 aritmatik hujan di daerah
aliran
• Hitung jml dr kuadrat utk n data hujan
• Hitung variansnya
• Hitung koefisien variasinya
• Juml penakar hujan yg optimum N yg
diperlukan utk memperkirakan hujan rata2
dgn % kesalahan (p)
• Jumlah penakar hujan yg hrs ditambahkan
75
MELENGKAPI DATA HUJAN
YG TDK KONTINYU
• Cara rata2 aritmatik
• Cara rasio normal
• Cara korelasi

76
MENGECEK DATA HUJAN THD
PERUBAHAN2
Penyebab:
• Stasiun hujan dipindah
• Tipe penakar hujan diganti

Utk mengecek digunakan: Analisa Double


Mass Curve (perub kemiringan korelasi
menunjukkan adanya perubahan)

77
VARIASI HUJAN
• Variasi tahunan
• Variasi bulanan
• Variasi harian

78
Variasi tahunan
R (mm)
10000
Mass Curve
7500
Massa hujan rata2
5000

2500

90 91 92 93 94 95 96 97 98
• Disebut tahun basah apabila kemiringan mass curve >
kemiringan massa hujan rata2, begitu pula sebaliknya
79
VARIASI BULANAN
• Bulan basah (100 mm <…)
• Bulan kering (…< 60 mm)
• Bulan normal (60 – 100 mm)

80
VARIASI HARIAN
• Konsentrasi hujan yg berbeda tiap jam
• Berlangsung setiap hari dalam satu bulan

81
HUJAN RATA2 DAERAH ALIRAN
• CARA ARITHMATIC MEAN
• CARA THIESSEN POLYGON
• CARA ISOHYET

82
Analisa daerah hujan

83
CARA ARITHMATIC MEAN
• Dipakai pd daerah yg datar
• Banyak stasiun penakar hujan
• Curah hujan bersifat uniform
• R = 1/n . (R1 + R2 + R3 + … + Rn)
dimana:
R = tinggi hujan rata2 daerah aliran
(area rainfall)
R1,R2,R3,…,Rn = tinggi hujan masing2
stasiun (point rainfall)
n = banyaknya stasiun hujan
84
85
CARA THIESSEN POLYGON
• Tdp faktor pembobot (weighing factor) /
koefisien Thiessen
• Besar faktor pembobot tgt luas daerah yg
diwakili sta yg dibatasi oleh polygon2 yg
memotong tegak lurus pd tengah2 grs
penghubung
• R = A1/A .R1 +…+ An/A . Rn
dimana:
A = luas daerah aliran
Ai = luas daerah pengaruh stasiun i
Ri = tinggi hujan pd stasiun i
86
CARA THISSON

SUMBER UNIV DIPONEGORO


87
CARA ISOHYET
• Isohyet: grs yg menunjukkan tinggi hujan yg
sama
• Isohyet diperoleh dgn cara interpolasi harga2
tinggi hujan local (point rain fall)
• Besar hujan antara 2 isohyet: R1,2 = ½(I1 + I2)
• Hujan rata2 daerah aliran:
R = A1,2/A . R1,2+…+ An,n+1/A . Rn,n+1
dimana:
Ai,i+1 = luas antara isohyet I1 dan I1+1
Ri,i+1 = tinggi hujan rata2 antara isohyet I1 dan
I1+1
88
INTENSITAS DAN TINGGI HUJAN
• Intensitas: kemiringan dr grafik pencatatan hujan
(harga tangen)
• I = R/t
dimana:
I = intensitas hujan dlm mm/jam
R = hujan selama interval (mm)
t = interval waktu (jam)
• Pola intensitas = hyetograph (gambar 4.16,
Sholeh, h.43)

89
90
BEBERAPA RUMUS INTENSITAS
• Talbot (1881)
• Sherman (1905)
• Ishigoro (1953)
• Mononobe
• Utk perumusan intensitas memerlukan data
hujan jam-jaman hingga 24 jam
• Data hujan harian tdk bs digunakan

91
Intensitas Talbot(1881) & ISHIGORO
(1953)
• Utk hujan dgn waktu < 2 jam
• I = a /(t + b)
I = intensitas hujan (mm/jam)
t = waktu hujan (jam)
a,b = konstanta tgt kead setempat

92
SHERMAN (1905)
• Utk hujan dgn waktu > 2 jam
• I = c / tn
dimana:
c,n = konstanta yg tgt kead setempat

93
MONONOBE
• Utk data hujan harian
• I = R24/24 . (24/t)m
dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)
R24 = tinggi hujan max dlm 24 jam (mm)
t = waktu hujan (jam)
m = konstanta (2/3)
• Baca juga Sosrodarsono, Suyono (2006) Hidrologi
untuk pengairan, hal 32-36
94
TINGGI HUJAN & WAKTU
Tinggi hujan :
• Waktu 1-10 hari
• Waktu 1-24 jam
• Waktu 0-1 jam

95
TINGGI HUJAN
DG WAKTU 1-10 HARI
• Menggunakan perumusan Haspers
• 100.R/R24 = 362 log (t+6) – 206
dimana:
t = banyaknya hari hujan
R = tinggi hujan (mm)
R24 = tinggi hujan dlm 24 jam
100.R/R24 = dlm prosentase

96
TINGGI HUJAN 1-24 JAM
• (100.R/R24)2 = 11300.t/(t + 3,12)
dimana:
R, R24 dlm mm
t dlm jam
100.R/R24 = dlm prosentase

97
Tinggi hujan dg waktu 0-1 jam
• R = a.R24 / (R24 + b)
dimana:
R, R24 dalam mm
a,b = konstanta utk hujan dg waktu ttt spt pd

98
FREKUENSI HUJAN
• Adalah: kemungkinan tjdnya / dilampauinya
suatu tinggi hujan t dlm massa t pula yg jg
disebut sbg massa ulang (return period)
• Frekuensi hujan dpt berupa harga2 tinggi
hujan max dan tinggi hujan min
• Tinggi hujsn ekstrim max dan min didapatkan
melalui pendekatan statistik

99
TINGGI HUJAN RENCANA
• Diperlukan utk perenc bangunan air, proyek2
pengemb SDA, gorong2, saluran irigasi, sal
drainase, dll
• Tinggi hujan renc diambil yg mendekati tinggi
hujan ekstrim max, shg resiko kecil

100
TUGAS
• ANALISA DATA HUJAN
• DATA HARIAN
• STASIUN

101
Evaporasi vs Transpirasi
• Evaporasi = proses pertukaran molekul air di permukaan menjadi
molekul uap air di atmosfer melalui kekuatan panas
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
- faktor-faktor meteorologis
- jenis permukaan tanah
• Transpirasi = proses penguapan pada tumbuh-tumbuhan, lewat sel-
sel stomata
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
- faktor-faktor meteorologis, terutama sinar matahari
- jenis tumbuhan
- jenis tanah

102
Evaporasi
• Penuk peguapan air dari permukaan air, tanah dan
bentuk permukaan bukan vegetasi lainnya oleh
proses fisika
• Dua unsur utama :
– Energi (radiasi matahari)  sebagian gelombang dirubah
menjadi panasmenghangatkan udara sekitartenaga
mekanikperputaran udara dan uap air
– Ketersediaan airtidak hanya air yang ada akan tetapi
persediaan air yang siap untuk evaporasi

103
Faktor-faktor penentu Evaporasi
• Panas perubahan bentuk cair dan
gasshortwave radiation lebih berpengaruh
(ketinggian tempat dan musim)longwave
hanya menambah panas yangdihasilkan oleh
shortwave
• Suhu udara, permukaan bidang penguapan
(air, vegetasi, dan tanah)

104
• Kapasitas kadar airtinggi rendahnya suhu di tempat itu
– Proses tergantung pada Dpv (Saturated vapour preseeure deficit) di
udara atau jumlah uap air yang dapat diserap oleh udara sebelum
udara tersebut menjadi jenuh
– Evaporasi banyak terjadi di pedalaman dibanding di Pantai karena
udara sudah lembab
• Kecepatan angin diatas bidang penguapan
• Sifat bidang penguapan
– Kasar memperlambat garak angin turbulenmemperbesar
evaporasi

105
Pengukuran Evaporasi
• Diukur dari permukaan badan air : membandingkan
jumlah air yang diukur antara dua waktu yang
berbeda
• Evaporasi waduk atau danau yang berurutan :
E0 = I – O - S
I = masukan air ke waduk ditambah curah hujan yang langsung jatuh pada
waduk
O = keluaran dari waduk ditambah bocoran air dalam tanah
S = perubahan kapasitas tampung waduk

106
E0 (mm/hari) = C (eo -ea)
C = (0.44+0.073 u)*(1.465-0,00073p)
U = kecepatan angin rata-rata (km/jam) diukur pada ketinggian 0,5 m diatas
permukaan tanah
eo = tekanan uap air pada permukaan air yang merupakan fungsi suhu
ea = tekanan uap air di permukaan air
C = angka tetapan yang dihitung dengan persamaan (Rohwer, 1931)
P = tekanan atmosfer (mmHg)
Untuk angka evaporasi waduk maka E0 dikalikan angka tetap
0,77
Nilai C :
Kolam  C = 15 + 0,93 u
Danau dan waduk kecil  C = 11 + 0,68 u

107
Evaporasi : pendekatan neraca energi
Qs-QTS-Qlw-Qh-Qe+Qv- Qve = Qc
Qs = Radiasi matahari datang
QTS = Radiasi matahari terefleksi
Qlw = Radiasi gelombang panjang bersih dari permukaan badan air ke
udara bebas
Qh = Pindahan energi dari badan air ke atmosfer dalam bentuk
panas-tampak (sensible heat)
Qe = Energi yang digunakan untuk proses evaporasi
Qv = Energi adveksi bersih yang masuk ke badan air akibat aliran air
Qve = Energi adveksi keluar dari badan air karena proses evaporasi
Qc = Energi tersimpan dalam badan air
Satuan dalam kalori/cm2 (langleys)
108
Variabel pindah panas-tampak tidak diukur langsung tercakup
dalam nisbah Bowen (Bowen’s ratio, R)

R =Qh/ Qe=0,00061 P (Ts-Ta)/(es-ea)


P = Tekanan udara (mb)
TS = Suhu permukaan badan air (C)
Ta = Suhu udara (C)
es = Tek. Uap air permukaan badan air, es=f (Ta) (mb)
ea = Tek. Uap air permukaan udara, ea=es x Rh (mb)
Rh = Kelembaban relatif udara (%)
Besarnya tek.uap air tergantung suhu pada badan air
Tek.uap air di udara dapat diukur dengan sling psychrometer

109
Energi yang dipindahkan dari badan air proses evaporasi yang
berlangsung di permukaan badan air dihitung :

Qve = Qe c (Ts-Tb)/L
c = Angka panas air (kal/mg/C)
Tb = Suhu dasar yang ditentukan (0C)
L = Panas-tak tampak (590 kal/mg)

Persamaan sebelumnya dapat diturunkan sebagai berikut

110
Hubungan antara Qe dengan kedalaman evaporasi dari badan air
(Eo) dapat ditunjukkan pada persamaan :

p = Kerapatan air (mg/cm3)

Sehingga persamaan menjadi

111
pengukuran
Qv dan Qc = Dievaluasi dengan cara mengukur suhu dan volume air yang
keluar dan masuk kedalam waduk
Ts = Suhu permukaan waduk
Ta = Suhu udara, tekanan udara (p) dan tekanan uap air atmosfir
(ea)
Qs = Radiasi matahari datang dapat diukur secara langsung dengan
alat pyrheliometer  jarang ditemukan di stasiun metereologi
 Black dalam Chang (1986)

112
Sinar gelombang panjang dari bumi ke
atmosfersebag besar diserap oleh uap,
awan dan CO2 di atmosferdipantulkan
kembali ke permukaan bumi sebagai radiasi
atmosfer. H2O dan CO2 diradiasikan kembali
dalam bentuk gel yg lbh panjang.
Faktor berpengaruh : profil suhu udara, kadar
uap air, tutupan awan di atmosfer
Krn sulit dihitung maka didekati dengam Qlw

113
Persamaan panjang gelombang bersih
Brunt (Anderson, 1954)

σ = Tetapan Stefan-Baltzman (1,17 x 10-1 kal/cm2/˚K4/hari

Ts = Suhu permukaan (˚K)

T2 = Suhu udara pada ketinggian 2m di atas bidang kajian (˚K)

e2 = Tekanan uap air pada ketinggian 2m di atas bidang kajian (mb)

c,d = Angka tetapan epiris, ebrvariasi tergantung letak geografis

C = Angka tetapan awan

a = Angka tetapan, tergantung pada tipe awan. Awan rendah =0,9 ; awan sedang =
0,6 dan awan tinggi = 0,2
Jika data ketinggian awan tidak tersedia maka (1-aC) diganti dengan (0,10+0,90 n/N)

n = lama penyinaran matahari (jam) dan N lama penyinaran matahari maksimal (jam)

Radiasi panjang gelombang bersih yang tidak menjadi bagian dari radiasi matahari datang dan
tidak diradiasikan kembali ke atmosfer :

114
Transpirasi
• Transpirasi adalah suatu proses ketika air
diuapkan ke udara dari permukaan daun/tajuk
vegetasi
• Laju transpirasi ditentukan:
– Radiasi matahari
– Membuka dan menutupnya pori-pori 
kedudukan daun dan cabang, ketersediaan air,
tanaman meranggas

115
116
117
118
Faktor-faktor penentu Transpirasi
• Faktornya hampir sama dengan evaporasi:
– Radiasi matahari
– Suhu
– Kecepatan angin
– Gradien tekanan udara
– Karakteristik dan kerapatan vegetasi seperti struktur tajuk,
perilaku pori-pori daun, kekasaran permukaan vegetasi
• Transpirasi di hutan lebih besar dibanding di padang rumput
• Keakaran vegetasi  akan berpengaruh jika cadangan air tanah
menyusut

119
Pengukuran Transpirasi

T = Transpirasi (cm/th)
Pg = Curah hujan (cm/th)
R = Air larian (cm/th)
It = Total intersepsi (cm/th)
S = Perubahan kapasitas tampung air tanah
S = umumnya diabaikan,keseimbangan air tersebut dipengaruhi akan ditentukan

120
Evapotranspirasi
• Jumlah air total yang dikembalikan lagi ke atmosfer dari
permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh adanya
pengaruh faktor-foktor iklim dan fisiologis vegetasi
• Gabungan antara evaporasi, intersepsi, dan transpirasi

T = Transpirasi vegetasi
It = Intersepsi total
Es = Evaporasi dari tanah, batuan dan jenis permukaan tanah lainnya
Eo = Evaporasi permukaan badan air seperti sungai, danau, dan waduk
S = Perubahan kapasitas tampung air tanah
Untuk tegakan hutan, Eo dan Es biasanya diabaikan
ET = T+It untuk tegakkan hutan, bila unsur vegetasi dihilangkan, ET= E S 121
122
Faktor-faktor Evapotranspirasi
• Evapotranspirasi/Evaporasi Total = peristiwa evaporasi dan
transpirasi yang terjadi bersama-sama
• Evapotranspirasi potensial (potential evaporation, PET) =
evaporasi yang terjadi, apabila tersedia cukup air (dari
presipitasi atau irigasi) untuk memenuhi pertumbuhan
optimum  dipengaruhi faktor2 metereologi radiasi
matahari dan suhu
• Evapotranspirasi sesungguhnya (Actual evapotranspiration,
AET) = evapotranspirasi yang terjadi sesungguhnya, dengan
kondisi pemberian air seadanya  dipengaruhi oleh faktor
fisiologi tanaman dan unsur tanah
• Consumptive use = air yang diperlukan tumbuh-tumbuhan
untuk pertumbuhan sel-selnya

123
Perkiraan Evaporasi
Perkiraan evaporasi berdasarkan pan evaporasi………… (1)

Evaporasiperm. Air bebas = Cpan x Evaporasipan

Penguapan dari evaporasi pan biasanya lebih besar dari evaporasi


sebenarnya, karena:
• luas permukaan sempit  gel. dan turbulensi udara kecil
• kemampuan menyimpan panas berbeda antara pan dan danau
• terjadinya pertukaran panas antara pan dgn tanah, udara, air
sekitar
• pengaruh panas, kelembaban, angin akan berbeda bagi perm.
kecil dgn perm. besar atmometer, lysimeter, phytometer

124
Evaporation pan
 = 1.21 m = 4”

H = 25.4 cm = 10”

125
Lysimeter….1

126
2 type lysimeter
• Tipe drainage (Drainage type)
• Tipe timbang (Spring-balance weighing type)

127
Metode Thornthwaite
• Memanfaatkan suhu udara sebagai indeks
ketersediaan energi panas

Ta = Suhu rata-rata bulanan (C)


I = Indeks panas tahunan

128
Metoda Blaney-Criddle
• Memperkirakan besarnya evapotranspirasi
potensial (PET) pada awalnya dikembangkan
untuk memperkirakan besarnya konsumsi air
irigasi di Amerika Serikat (Dunne dan Leopold,
1978)
• Besaran  suhu dan sepanjang hari (lamanya
waktu penyinaran matahari)

129
PET = Evapotranspirasi potensial (cm/bln)
Ta = Suhu rata-rata (C) apabila Ta <3C maka angka konstan 0,142
harus diganti dengan 1,38
k = Faktor pertanaman empiris, bervariasi menurut tipe
pertanaman serta tahap pertumbuhan tanaman tahunan,
angka koefisien disajikan secara bulanan, untuk angka koef
tanaman musiman dinyatakan dalam persentase menurut
musim pertumbuhan
d = Fraksi lama penyinaran matahari per bulan dalam waktu satu
tahun

130
Angka faktor pertamananan meningkat sejalan dengan pertambahan
ketinggian vegetasi, untuk memperkirakan besarnya air yang diperlukan
suatu vegetasi selama pertumbuhannya (Blaney-Criddle)

K = Koefisien pertanaman selama periode pertumbuhan


n = Jumlah bulan selama masa pertumbuhan
Tai = Suhu udara (C)
di = Fraksi lama penyinaran matahari setiap bulan dalam waktu
satu tahun,

131
Metoda Penman
• Dikembangkan untuk menentukan besarnya
evaporasi dari permukaan air terbuka
• Digunakan untuk menentukan besarnya
evapotranspirasi potensial (PET)
• Perhitungan besarnya evaporasi dari
permukaan vegetasi jenuh air dapat
ditentukan tanpa harus mengukur suhu pada
permukaan bidang penguapan

132
s = Laju perubahan tekanan uap jenuh dan merupakan fungsi dari suhu (PaC)

A = Energi yang tersedia (Rn-GRn)

Ec = Laju evaporasi tajuk dalam kondisi jenuh (PET) (mm/s)

 = Kerapatan udara (kg/m3)

Cp = Specific heat of air pada tekanan udara konstan, (dalam hal ini adalah 1010 J/Kg/C)

es(T) = Tekanan uap air jenuh pada suhu atmosfer suhu (PaC)

ea = Tekanan uap airatmosfer (PaC)

 = Latent heat of vaporation (J/Kg)

 = Tahanan psikrometik (Pa/C)

ra = Aerodynamic transfer resistance (s/m)

rs = Resistensi stomata (s/m)

133
Analisis Neraca Kelembaban Tanah (soil
moisture budget analysis)
• Memanfaatkan perangkat komputer
• Teknik  membandingkan ET aktual (AET)dan
ET potensial (PET) dikenal dengan istilah ETR
(Evapotranspiration Ratio)

134
AET = Evapotranspirasi aktual (panjang/waktu)
PET = Evapotranspirasi potensial (panjang/waktu)
AW = Jumlah air dalam tanah yang diserap oleh akar tanaman (SM-PWP)
AWC = Kapasitas air yang tersedia (FC-PWP)
PWP = Tingkat kelembaban tanah ketika tanaman tidak mampu lagi menyerap air tanah
(wilting point)
FC = Jumlah air yang masih dapat dithan oleh tanah dari gaya tarik bumi ( field
capacity)

135
Komponen ETR
• Indeks PET untuk kondisi tanah dan vegetasi
setempat
• Kelembaban tanah  terkait dengan water
table
• AET yang merupakan fraksi PET untuk tingkat
kelembaban tanah tertentu

136
Perkiraan Evaporasi
Perkiraan evaporasi dengan menggunakan rumus empiris
- aerodynamic method/Dalton law………. (2)

Ea = K. Uz (ew – ez)

Ea = evap perm bebas selama pengamatan


K = konstanta empiris
Uz = fungsi antara evap thd kec angin pada ketinggian z
ew = tekanan uap jenuh di udara pada temperatur sama
dengan air
ez = tekanan uap sesungguhnya di udara pd ketinggian z

137
Perkiraan Evaporasi
• Persamaan Rohwer

E = a (ew – ea) (1 + b V)
E = 0.484 (1+0.6 V) (ew – ea)

E = evaporasi (mm/hari)
ew = tekanan uap jenuh pada temperatur sama dengan temp
air (millibar)
ea = tekanan uap di udara sesungguhnya (millibar)
V = kecepatan angin rata-rata dalam sehari (m/detik)

138
Perkiraan Evaporasi
• Persamaan Orstom

E = 0.358 (1 + 0.588 V) (ew – ea)

• Persamaan Danau Hefner

E = 0.00177 V (ew – ea)


E = inch/hari
V = meter/jam

139
Perkiraan Evaporasi
Pengukuran Evaporasi secara langsung

Water-balance:
EL = P + Isurf + Igw – Osurf – Ogw - S

EL = evaporasi muka air bebas per hari


P = presipitasi/hujan harian
Isurf = surface inflow/aliran perm masuk
Igw = ground water inflow/air tanah masuk
Osurf = surface outflow/aliran perm keluar
Ogw = ground water outflow/air tanah keluar
S = perubahan jumlah simpanan air selama pengamatan (1 hari)

140
DAFTAR PUSTAKA
• Murni D., Sri (1976), Hidrologi I, Jakarta:
Fakultas Teknik UI
• Sosrodarsono, Suyono & Takeda, Kensaku
(2006), Hidrologi untuk Pengairan, Jakarta:
Pradnya Paramita
• Wilson (1974), Engineering Hidrology,
Macmilan

141
142

Anda mungkin juga menyukai