ZUHERNA MIZWAR
zuhernamizwar@bunghatta.ac.id
zuemizwar@gmail.com
1
UNSUR-UNSUR CUACA
SUHU UDARA
TEKANAN UDARA
KELEMBABAN
AWAN
HUJAN
2
MENGENAL PERALATAN METEOROLOGI
3
4
Funsi alat : Tempat meletakan peralatan Meteorologi
Satuan : -
Keterangan : Berventilasi, Double Jaruci guna untuk mengalirkan udara masuk-
keluar.
Dicat putih agar memantulkan cahaya
5
Terdiri dari 4 buah thermometer
1. Thermometer Bola Kering (BK)
2. Thermometer Bola Basah (BB)
3. Thermometer Maximum
4. Thermometer Minimum
5. Piche Evaporimeter
Fungsi alat Pengukur Suhu Udara dan
Kelembaban Udara
Satuan : Suhu Derajat Celcius
Kelembaban dalam Persen ( %).
* Thermometer BK menunjukan suhu
udara
* Thermometer BB digunakan
• Thermometer BB, bola air raksa harus mencara
selalu basah dengan menggunakan kelembaban udara dengan bantuan
Kain muslin yang selalu basah oleh air Table.
murni
6
Fungsi alat : Pencatat Instensitas Curah hujan / tingkat kelebattan hujan
Satuan : Milimeter ( mm ).
Keterangan : Setiap hari pias diganti (pias Harian atau Pias Mingguan). Hujan
dengan Instensitas lebat bentuk grafik terjal hujan dengan
intensitas Ringan bentuk grafik landai.
Waktu terjadi dan berakhirnya hujan dapat diketahui.
7
Funsi alat : Pengukur Curah Hujan
Satuan : Milimeter ( mm ).
Keterangan : Curah hujan di ukur dengan gelas penakar setiap pagi jam 07.00WS.
Atau 1 milimeter hujan yang ditakar sama volumenya dengan 10 cc.
8
Funsi alat : Pengukur Penguapan air langsung
Satuan : Milimeter (mm).
Keterangan : Alat ini dilengkapi dengan thermometer air Six Bellani (Thermometer
Apumg serta Cup Counter anemometer tinggi 05 meter.
Pada Evaorimeter permukaan yang luas (waduk, danau).
Data penguapan ini dikalikan factor alat 0.7 – 0.8.
9
Fungsi alat : Pengukur Kecepatan Angin Rata-rata harian
Satuan : Km / Jam
Keterangan : Prinsip kerja seperti garakan Spedometer sepeda motor dalam satuan km/jam
Kecapatan angina rata-rata harian selisih pembacaan angka dibagi 24 jam.
10
Fungsi alat : Pencatat Arah dan Kecepatan Angin Sesaat
Satuan : Arah Angin ( 8 mata angin )
Kecepatan Angin : Knots. ( 1 Knots = 1.8 Km/Jam )
Keterangan : Yang dimaksud arah angin yaitu Arah dari mana angin
berhembus.
11
Fungsi alat : Pengukur Suhu tanah Gundul.
Satuan : Derajat Celcius
Keterangan : Kedalaman 0 cm, 5 Cm. 10 Cm, 20 Cm, 50 Cm, 100 cm.
Benda kuning pada thermometer 50 cm dan 100 cm adalah parapin
yang berfungsi agar ketika alat tersebut dibaca maka suhu tidak
berubah. Data suhu tanah ini digunakan dalam kegiatan pemupukan
tanah.
12
Funsi alat : Pengukur Suhu tanah Gundul.
Satuan : Derajat Celcius
Keterangan : Kedalaman 0 cm, 5 Cm. 10 Cm, 20 Cm, 50 Cm, 100 cm.
Benda kuning pada thermometer 50 cm dan 100 cm adalah parapin yang
Berfungsi agar ketika alat tersebut dibaca maka suhu tidak berubah.
Data suhu tanah ini digunakan dalam kegiatan pemupukan tanah.
13
Fungsi alat : Pencatat Suhu udara dan Kelembaban Udara (Nisbi)
Satuan : Derajat Calcius & Prosentase (%).
Keterangan : Pias harian, atau Mingguan.
* Sensor Suhu terbuat dari logam, bila udara panas logam memuai dan
menggerakan pena keatas, bila udara dingin mengkerut gerakan pena turun
* Sensor Kelembaban udara terbuat dari rambut manusia, bila udara basah
Rambut memanjang dan bila udara kering rambut memendek.
14
Fungsi alat : Sensor Pengukur Suhu udara, Kelembaban,
Tekanan Udara, Arah angin, kecepatan angin, curah hujan,
Penyinaran, suhu tanah.
secara automatis.
Satuan Milibar.(mb).
Sensor menggunakan ta-
bung hampa udara / kotak
logam yang hampa udara yg
terbuat dari logam yang sa-
ngat lenting. Bila tekanan
Atmosfer berubah volume
kotak berubah. Perubahan
volume kotak di hubungkan
dengan tangkai pena dan
16
menggores di pias.
Alat untuk mengukur takanan udara.
Satuan Milibar (mb).
Tabung berisi air raksa. Dilengkapi thermome-
ter untuk mengetahui sauhu udara dalam
ruangan. Alat ini tidak boleh terkena sinar Ma-
tahari & angin langsung dipasang tegak lurus
pada dinding yang kuat. Tingggi bejan 1 meter
dari lantai.
baca termometer yang menempel pada baro-
meter kemudian stel nonius sehingga me-
nyinggung permukaan air raksa, baca skala
barometer.
17
Pencatat Intensitas Cahaya
Matahari
Satuan : Calori/Cm2 (Langley).
Intensitas Cahaya Matahari =
Selisih pembacaan skala dikalikan
konstanta dibagi 21
Cara kerja alat : Sewaktu
memasang alat dipagi hari, alat
dibalik dan dikembalikan
sehingga
permukaan air dalam tabung
mendekati nol. Air dlm alat
volumenya konstan dan bila kena
cahaya matahari akan menguap
dan berkondensasi shg air turun
kebawah.
18
Pencatat lama penyinaran
matahari
Satuan : Jam/ Prosentase ( % )
Pias harian.
Jenis pias 3 macam :
1. Lengkung panjang
(11 Okt- 28 Feb)
2. Lurus
(11 Sep – 10 Okt)
Gbr.5 Cambelstock
(1 Maret – 10 April)
3. Lengkung pendek
(11 Aprl – 10 Agst)
Bola Kaca dari kaca Masip.
19
Gbr.4 Actinograf
20
METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa
meteorologi adalah ilmu yang mempelajari tentang cuaca, dan
klimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim
21
KLIMATOLOGI DINAMIK
22
PEMAHAMAN
CUACA DAN IKLIM
• Pengertian Cuaca, Iklim & musim
23
CUACA, IKLIM, DAN MUSIM
Cuaca :
Keadaan fisik atmosfer pada suatu saat (waktu
tertentu) di suatu tempat, yang dalam waktu
singkat (pendek) berubah keadaannya, seperti
panasnya, kelembabannya, atau gerak udaranya
Iklim :
Peluang statistik keadaan cuaca rata-rata atau
keadaan cuaca jangka panjang pada suatu daerah,
meliputi kurun waktu beberapa bulan atau
beberapa tahun
Musim :
Rentang waktu yang mengandung fenomena (nilai
sesuatu unsur cuaca) yang dominan atau mencolok
24
A. Iklim Matahari
Iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi.
Pembagiannya dapat Anda perhatikan pada gambar 24 berikut.
25
A.1. Iklim Tropis
Iklim tropis terletak antara 0° - 231/2° LU/LS dan hampir 40 % dari permukaan bumi.
Ciri-ciri iklim tropis adalah sebagai berikut:
Suhu udara rata-rata tinggi, karena matahari selalu vertikal.
Umumnya suhu udara antara 20- 23°C. Bahkan di beberapa tempat rata-rata
suhu tahunannya mencapai 30°C.
Amplitudo suhu rata-rata tahunan kecil. Di kwatulistiwa antara 1 - 5°C,
sedangkan ampitudo hariannya lebih besar.
Tekanan udaranya rendah dan perubahannya secara perlahan dan beraturan.
Hujan banyak dan lebih banyak dari daerah-daerah lain di dunia.
27
B. Iklim Fisis
Apa yang dimaksud dengan iklim fisis. Iklim fisis adalah menurut keadaan atau fakta
sesungguhnya di suatu wilayah muka bumi sebagai hasil pengaruh lingkungan alam yang
terdapat di wilayah tersebut. Misalnya, pengaruh lautan, daratan yang luas, relief muka bumi,
angin, dan curah hujan.
Iklim fisis dapat dibedakan menjadi iklim laut, iklim darat, iklim dataran tinggi,
iklim gunung/pegunungan dan iklim musim (muson).
28
B.2. Iklim Darat (Kontinen)
Iklim darat dibedakan di daerah tropis dan sub tropis, dan di daerah sedang. Ciri-ciri iklim
darat di daerah tropis dan sub tropis sampai lintang 40(, yaitu sebagai berikut:
a) Amplitudo suhu harian sangat besar sedang tahunannya kecil; dan
b) Curah hujan sedikit dengan waktu hujan sebentar disertai taufan.
Ciri iklim darat di daerah sedang, yaitu sebagai berikut:
a) Amplitudo suhu tahunan besar;
b) Suhu rata-rata pada musim panas cukup tinggi dan pada musim dingin rendah; dan
c) Curah hujan sangat sedikit dan jatuh pada musim panas.
30
LAND BREEZE
31
SEA BREEZE
32
Selain klasifikasi iklim menurut letak garis lintang dan ketinggian tempat, ada juga
Klasifikasi iklim yang dilakukan ahli-ahli iklim berdasar hal-hal yang spesifik, diantaranya :
33
I.3 Iklim C atau iklim sedang.
Ciri-cirinya adalah suhu rata-rata bulan terdingin antara 18° sampai -3°C.
34
Dari kelima daerah iklim tersebut sebagai variasinya diperinci lagi menjadi
beberapa Sub iklim, yaitu:
1. Daerah iklim A, terbagi menjadi empat macam iklim, yaitu sebagai berikut:
(1) Af = Iklim panas hujan tropis.
(2) As = Iklim savana dengan musim panas kering.
(3) Aw = Iklim savana dengan musim dingin kering.
(4) Am = Iklim antaranya, musim kering hanya sebentar.
2) Klasifikasi Koppen
3) Klasifikasi Thornthwaite
4) Klasifikasi di Indonesia
- Klasifikasi Mohr
- Klasifikasi Schmidt dan Ferguson
- Klasifikasi Oldeman
36
1. KLASIFIKASI BERDASAR TEMPERATUR
Daerah tropika
Tidak ada musim dingin, temperatur terus menerus tinggi
37
b. Klasifikasi Klages (1942): 5 daerah
38
2. KLASIFIKASI KOPPEN
Wladimir Koppen (1846-1940) seorang biologis Jerman
1900 klasifikasi I berdasarkan vegetasi
1918 revisi dengan memasukkan temperatur, hujan dan tanda khusus
musiman.
Koppen membagi 5 golongan besar yang diberi simbol huruf: A – E
40
Kriteria Klasifikasi Iklim Koppen
41
B. IKLIM KERING
Dibagi 2 Bs & Bw
BS ½ Batas Atas – Batas Atas
Bw < ½ Batas Atas Ket. Sama
0.22 (t -…..)
- Bw Padang Pasir
0
42
mm Af
60 * * m
*
40
Aw Am
*
20
w
w Sama C
f Sama C
a Sama C
b Sama C
c Sama C
d Rata-rata temperatur bulan terdingin < 2.8 dan dipakai diluar a,b,& c
dfa Kontinental lembab (iklim dingin dengan periode kering)
dfb Kontinental lembab
dfc Sub artika
dfd Sub artika
dwa Iklim kontinental lembab (iklim dingin dengan musim dingin kering)
dwb Iklim kontinental lembab
dwc Sub artika
dwd Sub artika
45
E. IKLIM KUTUB
Rata-rata temperatur bulan terpanas < 100C
46
3. KLASIFIKASI IKLIM THORNTHWAITE
Thornthwaite:
Menganggap bahwa kebutuhan air tanaman tidak hanya tergantung
pada besarnya Curah Hujan tetapi juga tergantung evaporasi.
47
Menggunakan istilah dayaguna presipitasi =
P – E rasio Perbandingan antara P dan E, yang
menunjukkan daya guna hujan bagi
kehidupan tanaman.
P Presipitasi bulanan rerata (inci)
E Penguapan dari permukaan air bebas
rerata bulanan (inci)
Perhitungan :
P – E ratio = 10 P/E
12
P – E indek = Σ (10 P/E) n
n=1
Tetapi karena kesulitan data evaporasi maka untuk mengatasi diadakan
Hubungan antara temperatur (T), Penguapan (E) dan Presipitasi (P)
sehingga akhirnya diperoleh P – E rasio tanpa data evaporasi.
48
P – E rasio : 115 ( P ) 10/9
T-10
12
P – E indek : Σ 115 ( P ) 10/9 n
n=1 T-10
P : Presipitasi rerata bulanan dalam inci
T : Temperatur rerata bulanan dalam 0F
Simbol Gol Lembab Ciri Vegetasi PE Indek
A Basah Hutan Hujan ≥ 128
B Lembab Hutan 64 – 127
C Agak Lembab Padang Rumput 32 – 63
D Agak Kering Steppa 16 – 31
E Kering Gurun Pasir < 16
T – E indek = Jumlah 12 bulan dari T – E rasio
50
Berdasarkan kombinasi simbol P – E indek T –E indek dan agihan hujan
musiman yang dijumpai tercatat ada 32 tipe iklim:
AA1r BA1r CA1r DA1w EA1d D1 E1 F1
BC1s CB1d
CC1r
CC1s
CC1d
3 7 10 6 3 1 1 1 Σ 32 51
4. KLASIFIKASI IKLIM DI INDONESIA
a. Mohr (1933)
52
Untuk mencari bulan basah dan kering Mohr menggunakan rerata
curah hujan masing-masing bulan selama beberapa tahun.
Jan – Bb, Feb – Bb, Maret – Bb, Agust – BK.
I Basah 0
II Agak Basah 1-2
III Agak Kering 3–4
IV Kering 5–6
V Sangat Kering 6
53
b. Schmidt & Ferguson (1951)
Dasar sama seperti Mohr yaitu : BB dan BK, hanya cara mencarinya yang
berbeda, dengan menghitung BB dan BK untuk masing-masing tahun.
BK – CH < 60mm
BL – CH 60 – 100mm
BB – CH > 100mm
54
12 Lbk
11
sk a = berisi antara 0 - 8
10
H k
9
8 G
ak
7
F
6 s
E
5
ab
4 D
3 C b
2 sb
B
1
01 2 3 4 5 6 7 8 9 10A 11 12
55
Garis batas tipe iklim pada Q = 1.5 a
12 – 1.5 a
a : Nilai dari 1 - 7
57
Bulan CH (mm/bln)
Bulan Basah ≥ 200
Bulan Lembab 100 - 200
Bulan kering ≤ 100
Berarti :
Masa pertumbuhan 9 – 10 bulan
Periode Basah 5 – 6 bulan
Periode kering 2 – 3 bln
58
Skema Oldeman sbb : 0 12
1 11
2
10
3
9
4
8
5
E4 D4 7
6 C4
6
7
E3 D3 C3B3 5
8 4
B3
9 3
E2 D2 C2
10 B2
A2 2
11
D1 C1 1
E1 B1 A1
12 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
59
HUJAN (PRESIPITASI)
60
Tipe Hujan
• Hujan Siklonik
• Hujan Konvektif
• Hujan Orografik
61
62
Data Hujan:
• Curah hujan
• Waktu hujan
• Intensitas hujan (Ih)
• Frekuensi hujan (Fh)
63
Ih: banyak hujan yg jatuh dlm periode tt,
misal: 48mm/jam dlm 15’, 72mm/jam
dlm 30’
Fh: kemungkinan tjdnya besaran hujan yg
melampaui suatu tinggi hujan ttt, mis:
ch 115 mm/hr akan tjd atw dialampaui
1x dlm 30 th, 2500 mm/th akan tjd atw
dilampaui dlm 10 th
64
NETWORK STASIUN HUJAN
Tabel : Jml penakar hujan pd suatu daerah yg
diwakili
Luas (km2) Juml sta penakar hujan
26 2
260 6
1300 12
2600 15
5200 20
7800 40
65
Tabel : Network stasiun hujan di Indonesia
66
ALAT PENAKAR HUJAN
• Pencatatan manual,
tdr dr corong 8”, tabung pengukur, dan
penyangga, mis: standard 8” precipitation gauge
(US National Weather Service), didapat data
hujan harian
• Penakaran otomatis, didapat data hujan
mingguan pd kertas grafik, mis:
1. weighing bucket rain gauge
2. tipping bucket rain gauge
3. syphon automatic rainfall recorder
67
Gb Rain Gauge
Sumber: C. Donald Ahrens-Essentials of Meteorology
68
69
70
PENYAJIAN DATA HUJAN
• Bentuk tabel
• Bentuk diagram
• Bentuk grafik
71
Penyajian dalam tabel
Tabel : Hujan harian maksimum
Tahun R (mm) Tahun R (mm)
1970 133 1975 161
1971 117 1976 220
1972 75 1977 129
1973 150 1978 160
1974 154 1979 120
72
Penyajian Dalam Bentuk diagram
R (mm)
15
10
10 11 12 13 14 15 16 t (jam)
73
PENYAJIAN DLM BENTUK GRAFIK
R (mm)
150
100
50
0 t (bulan)
J P M A M J J A S O N D
74
Cukupnya Jml Penangkar Hujan
Prosedurnya adl sbb (7 langkah):
• Hitung tot hujan utk n penakar hujan
• Hitung rata2 aritmatik hujan di daerah
aliran
• Hitung jml dr kuadrat utk n data hujan
• Hitung variansnya
• Hitung koefisien variasinya
• Juml penakar hujan yg optimum N yg
diperlukan utk memperkirakan hujan rata2
dgn % kesalahan (p)
• Jumlah penakar hujan yg hrs ditambahkan
75
MELENGKAPI DATA HUJAN
YG TDK KONTINYU
• Cara rata2 aritmatik
• Cara rasio normal
• Cara korelasi
76
MENGECEK DATA HUJAN THD
PERUBAHAN2
Penyebab:
• Stasiun hujan dipindah
• Tipe penakar hujan diganti
77
VARIASI HUJAN
• Variasi tahunan
• Variasi bulanan
• Variasi harian
78
Variasi tahunan
R (mm)
10000
Mass Curve
7500
Massa hujan rata2
5000
2500
90 91 92 93 94 95 96 97 98
• Disebut tahun basah apabila kemiringan mass curve >
kemiringan massa hujan rata2, begitu pula sebaliknya
79
VARIASI BULANAN
• Bulan basah (100 mm <…)
• Bulan kering (…< 60 mm)
• Bulan normal (60 – 100 mm)
80
VARIASI HARIAN
• Konsentrasi hujan yg berbeda tiap jam
• Berlangsung setiap hari dalam satu bulan
81
HUJAN RATA2 DAERAH ALIRAN
• CARA ARITHMATIC MEAN
• CARA THIESSEN POLYGON
• CARA ISOHYET
82
Analisa daerah hujan
83
CARA ARITHMATIC MEAN
• Dipakai pd daerah yg datar
• Banyak stasiun penakar hujan
• Curah hujan bersifat uniform
• R = 1/n . (R1 + R2 + R3 + … + Rn)
dimana:
R = tinggi hujan rata2 daerah aliran
(area rainfall)
R1,R2,R3,…,Rn = tinggi hujan masing2
stasiun (point rainfall)
n = banyaknya stasiun hujan
84
85
CARA THIESSEN POLYGON
• Tdp faktor pembobot (weighing factor) /
koefisien Thiessen
• Besar faktor pembobot tgt luas daerah yg
diwakili sta yg dibatasi oleh polygon2 yg
memotong tegak lurus pd tengah2 grs
penghubung
• R = A1/A .R1 +…+ An/A . Rn
dimana:
A = luas daerah aliran
Ai = luas daerah pengaruh stasiun i
Ri = tinggi hujan pd stasiun i
86
CARA THISSON
89
90
BEBERAPA RUMUS INTENSITAS
• Talbot (1881)
• Sherman (1905)
• Ishigoro (1953)
• Mononobe
• Utk perumusan intensitas memerlukan data
hujan jam-jaman hingga 24 jam
• Data hujan harian tdk bs digunakan
91
Intensitas Talbot(1881) & ISHIGORO
(1953)
• Utk hujan dgn waktu < 2 jam
• I = a /(t + b)
I = intensitas hujan (mm/jam)
t = waktu hujan (jam)
a,b = konstanta tgt kead setempat
92
SHERMAN (1905)
• Utk hujan dgn waktu > 2 jam
• I = c / tn
dimana:
c,n = konstanta yg tgt kead setempat
93
MONONOBE
• Utk data hujan harian
• I = R24/24 . (24/t)m
dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)
R24 = tinggi hujan max dlm 24 jam (mm)
t = waktu hujan (jam)
m = konstanta (2/3)
• Baca juga Sosrodarsono, Suyono (2006) Hidrologi
untuk pengairan, hal 32-36
94
TINGGI HUJAN & WAKTU
Tinggi hujan :
• Waktu 1-10 hari
• Waktu 1-24 jam
• Waktu 0-1 jam
95
TINGGI HUJAN
DG WAKTU 1-10 HARI
• Menggunakan perumusan Haspers
• 100.R/R24 = 362 log (t+6) – 206
dimana:
t = banyaknya hari hujan
R = tinggi hujan (mm)
R24 = tinggi hujan dlm 24 jam
100.R/R24 = dlm prosentase
96
TINGGI HUJAN 1-24 JAM
• (100.R/R24)2 = 11300.t/(t + 3,12)
dimana:
R, R24 dlm mm
t dlm jam
100.R/R24 = dlm prosentase
97
Tinggi hujan dg waktu 0-1 jam
• R = a.R24 / (R24 + b)
dimana:
R, R24 dalam mm
a,b = konstanta utk hujan dg waktu ttt spt pd
98
FREKUENSI HUJAN
• Adalah: kemungkinan tjdnya / dilampauinya
suatu tinggi hujan t dlm massa t pula yg jg
disebut sbg massa ulang (return period)
• Frekuensi hujan dpt berupa harga2 tinggi
hujan max dan tinggi hujan min
• Tinggi hujsn ekstrim max dan min didapatkan
melalui pendekatan statistik
99
TINGGI HUJAN RENCANA
• Diperlukan utk perenc bangunan air, proyek2
pengemb SDA, gorong2, saluran irigasi, sal
drainase, dll
• Tinggi hujan renc diambil yg mendekati tinggi
hujan ekstrim max, shg resiko kecil
100
TUGAS
• ANALISA DATA HUJAN
• DATA HARIAN
• STASIUN
101
Evaporasi vs Transpirasi
• Evaporasi = proses pertukaran molekul air di permukaan menjadi
molekul uap air di atmosfer melalui kekuatan panas
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
- faktor-faktor meteorologis
- jenis permukaan tanah
• Transpirasi = proses penguapan pada tumbuh-tumbuhan, lewat sel-
sel stomata
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
- faktor-faktor meteorologis, terutama sinar matahari
- jenis tumbuhan
- jenis tanah
102
Evaporasi
• Penuk peguapan air dari permukaan air, tanah dan
bentuk permukaan bukan vegetasi lainnya oleh
proses fisika
• Dua unsur utama :
– Energi (radiasi matahari) sebagian gelombang dirubah
menjadi panasmenghangatkan udara sekitartenaga
mekanikperputaran udara dan uap air
– Ketersediaan airtidak hanya air yang ada akan tetapi
persediaan air yang siap untuk evaporasi
103
Faktor-faktor penentu Evaporasi
• Panas perubahan bentuk cair dan
gasshortwave radiation lebih berpengaruh
(ketinggian tempat dan musim)longwave
hanya menambah panas yangdihasilkan oleh
shortwave
• Suhu udara, permukaan bidang penguapan
(air, vegetasi, dan tanah)
104
• Kapasitas kadar airtinggi rendahnya suhu di tempat itu
– Proses tergantung pada Dpv (Saturated vapour preseeure deficit) di
udara atau jumlah uap air yang dapat diserap oleh udara sebelum
udara tersebut menjadi jenuh
– Evaporasi banyak terjadi di pedalaman dibanding di Pantai karena
udara sudah lembab
• Kecepatan angin diatas bidang penguapan
• Sifat bidang penguapan
– Kasar memperlambat garak angin turbulenmemperbesar
evaporasi
105
Pengukuran Evaporasi
• Diukur dari permukaan badan air : membandingkan
jumlah air yang diukur antara dua waktu yang
berbeda
• Evaporasi waduk atau danau yang berurutan :
E0 = I – O - S
I = masukan air ke waduk ditambah curah hujan yang langsung jatuh pada
waduk
O = keluaran dari waduk ditambah bocoran air dalam tanah
S = perubahan kapasitas tampung waduk
106
E0 (mm/hari) = C (eo -ea)
C = (0.44+0.073 u)*(1.465-0,00073p)
U = kecepatan angin rata-rata (km/jam) diukur pada ketinggian 0,5 m diatas
permukaan tanah
eo = tekanan uap air pada permukaan air yang merupakan fungsi suhu
ea = tekanan uap air di permukaan air
C = angka tetapan yang dihitung dengan persamaan (Rohwer, 1931)
P = tekanan atmosfer (mmHg)
Untuk angka evaporasi waduk maka E0 dikalikan angka tetap
0,77
Nilai C :
Kolam C = 15 + 0,93 u
Danau dan waduk kecil C = 11 + 0,68 u
107
Evaporasi : pendekatan neraca energi
Qs-QTS-Qlw-Qh-Qe+Qv- Qve = Qc
Qs = Radiasi matahari datang
QTS = Radiasi matahari terefleksi
Qlw = Radiasi gelombang panjang bersih dari permukaan badan air ke
udara bebas
Qh = Pindahan energi dari badan air ke atmosfer dalam bentuk
panas-tampak (sensible heat)
Qe = Energi yang digunakan untuk proses evaporasi
Qv = Energi adveksi bersih yang masuk ke badan air akibat aliran air
Qve = Energi adveksi keluar dari badan air karena proses evaporasi
Qc = Energi tersimpan dalam badan air
Satuan dalam kalori/cm2 (langleys)
108
Variabel pindah panas-tampak tidak diukur langsung tercakup
dalam nisbah Bowen (Bowen’s ratio, R)
109
Energi yang dipindahkan dari badan air proses evaporasi yang
berlangsung di permukaan badan air dihitung :
Qve = Qe c (Ts-Tb)/L
c = Angka panas air (kal/mg/C)
Tb = Suhu dasar yang ditentukan (0C)
L = Panas-tak tampak (590 kal/mg)
110
Hubungan antara Qe dengan kedalaman evaporasi dari badan air
(Eo) dapat ditunjukkan pada persamaan :
111
pengukuran
Qv dan Qc = Dievaluasi dengan cara mengukur suhu dan volume air yang
keluar dan masuk kedalam waduk
Ts = Suhu permukaan waduk
Ta = Suhu udara, tekanan udara (p) dan tekanan uap air atmosfir
(ea)
Qs = Radiasi matahari datang dapat diukur secara langsung dengan
alat pyrheliometer jarang ditemukan di stasiun metereologi
Black dalam Chang (1986)
112
Sinar gelombang panjang dari bumi ke
atmosfersebag besar diserap oleh uap,
awan dan CO2 di atmosferdipantulkan
kembali ke permukaan bumi sebagai radiasi
atmosfer. H2O dan CO2 diradiasikan kembali
dalam bentuk gel yg lbh panjang.
Faktor berpengaruh : profil suhu udara, kadar
uap air, tutupan awan di atmosfer
Krn sulit dihitung maka didekati dengam Qlw
113
Persamaan panjang gelombang bersih
Brunt (Anderson, 1954)
a = Angka tetapan, tergantung pada tipe awan. Awan rendah =0,9 ; awan sedang =
0,6 dan awan tinggi = 0,2
Jika data ketinggian awan tidak tersedia maka (1-aC) diganti dengan (0,10+0,90 n/N)
n = lama penyinaran matahari (jam) dan N lama penyinaran matahari maksimal (jam)
Radiasi panjang gelombang bersih yang tidak menjadi bagian dari radiasi matahari datang dan
tidak diradiasikan kembali ke atmosfer :
114
Transpirasi
• Transpirasi adalah suatu proses ketika air
diuapkan ke udara dari permukaan daun/tajuk
vegetasi
• Laju transpirasi ditentukan:
– Radiasi matahari
– Membuka dan menutupnya pori-pori
kedudukan daun dan cabang, ketersediaan air,
tanaman meranggas
115
116
117
118
Faktor-faktor penentu Transpirasi
• Faktornya hampir sama dengan evaporasi:
– Radiasi matahari
– Suhu
– Kecepatan angin
– Gradien tekanan udara
– Karakteristik dan kerapatan vegetasi seperti struktur tajuk,
perilaku pori-pori daun, kekasaran permukaan vegetasi
• Transpirasi di hutan lebih besar dibanding di padang rumput
• Keakaran vegetasi akan berpengaruh jika cadangan air tanah
menyusut
119
Pengukuran Transpirasi
T = Transpirasi (cm/th)
Pg = Curah hujan (cm/th)
R = Air larian (cm/th)
It = Total intersepsi (cm/th)
S = Perubahan kapasitas tampung air tanah
S = umumnya diabaikan,keseimbangan air tersebut dipengaruhi akan ditentukan
120
Evapotranspirasi
• Jumlah air total yang dikembalikan lagi ke atmosfer dari
permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh adanya
pengaruh faktor-foktor iklim dan fisiologis vegetasi
• Gabungan antara evaporasi, intersepsi, dan transpirasi
T = Transpirasi vegetasi
It = Intersepsi total
Es = Evaporasi dari tanah, batuan dan jenis permukaan tanah lainnya
Eo = Evaporasi permukaan badan air seperti sungai, danau, dan waduk
S = Perubahan kapasitas tampung air tanah
Untuk tegakan hutan, Eo dan Es biasanya diabaikan
ET = T+It untuk tegakkan hutan, bila unsur vegetasi dihilangkan, ET= E S 121
122
Faktor-faktor Evapotranspirasi
• Evapotranspirasi/Evaporasi Total = peristiwa evaporasi dan
transpirasi yang terjadi bersama-sama
• Evapotranspirasi potensial (potential evaporation, PET) =
evaporasi yang terjadi, apabila tersedia cukup air (dari
presipitasi atau irigasi) untuk memenuhi pertumbuhan
optimum dipengaruhi faktor2 metereologi radiasi
matahari dan suhu
• Evapotranspirasi sesungguhnya (Actual evapotranspiration,
AET) = evapotranspirasi yang terjadi sesungguhnya, dengan
kondisi pemberian air seadanya dipengaruhi oleh faktor
fisiologi tanaman dan unsur tanah
• Consumptive use = air yang diperlukan tumbuh-tumbuhan
untuk pertumbuhan sel-selnya
123
Perkiraan Evaporasi
Perkiraan evaporasi berdasarkan pan evaporasi………… (1)
124
Evaporation pan
= 1.21 m = 4”
H = 25.4 cm = 10”
125
Lysimeter….1
126
2 type lysimeter
• Tipe drainage (Drainage type)
• Tipe timbang (Spring-balance weighing type)
127
Metode Thornthwaite
• Memanfaatkan suhu udara sebagai indeks
ketersediaan energi panas
128
Metoda Blaney-Criddle
• Memperkirakan besarnya evapotranspirasi
potensial (PET) pada awalnya dikembangkan
untuk memperkirakan besarnya konsumsi air
irigasi di Amerika Serikat (Dunne dan Leopold,
1978)
• Besaran suhu dan sepanjang hari (lamanya
waktu penyinaran matahari)
129
PET = Evapotranspirasi potensial (cm/bln)
Ta = Suhu rata-rata (C) apabila Ta <3C maka angka konstan 0,142
harus diganti dengan 1,38
k = Faktor pertanaman empiris, bervariasi menurut tipe
pertanaman serta tahap pertumbuhan tanaman tahunan,
angka koefisien disajikan secara bulanan, untuk angka koef
tanaman musiman dinyatakan dalam persentase menurut
musim pertumbuhan
d = Fraksi lama penyinaran matahari per bulan dalam waktu satu
tahun
130
Angka faktor pertamananan meningkat sejalan dengan pertambahan
ketinggian vegetasi, untuk memperkirakan besarnya air yang diperlukan
suatu vegetasi selama pertumbuhannya (Blaney-Criddle)
131
Metoda Penman
• Dikembangkan untuk menentukan besarnya
evaporasi dari permukaan air terbuka
• Digunakan untuk menentukan besarnya
evapotranspirasi potensial (PET)
• Perhitungan besarnya evaporasi dari
permukaan vegetasi jenuh air dapat
ditentukan tanpa harus mengukur suhu pada
permukaan bidang penguapan
132
s = Laju perubahan tekanan uap jenuh dan merupakan fungsi dari suhu (PaC)
Cp = Specific heat of air pada tekanan udara konstan, (dalam hal ini adalah 1010 J/Kg/C)
es(T) = Tekanan uap air jenuh pada suhu atmosfer suhu (PaC)
133
Analisis Neraca Kelembaban Tanah (soil
moisture budget analysis)
• Memanfaatkan perangkat komputer
• Teknik membandingkan ET aktual (AET)dan
ET potensial (PET) dikenal dengan istilah ETR
(Evapotranspiration Ratio)
134
AET = Evapotranspirasi aktual (panjang/waktu)
PET = Evapotranspirasi potensial (panjang/waktu)
AW = Jumlah air dalam tanah yang diserap oleh akar tanaman (SM-PWP)
AWC = Kapasitas air yang tersedia (FC-PWP)
PWP = Tingkat kelembaban tanah ketika tanaman tidak mampu lagi menyerap air tanah
(wilting point)
FC = Jumlah air yang masih dapat dithan oleh tanah dari gaya tarik bumi ( field
capacity)
135
Komponen ETR
• Indeks PET untuk kondisi tanah dan vegetasi
setempat
• Kelembaban tanah terkait dengan water
table
• AET yang merupakan fraksi PET untuk tingkat
kelembaban tanah tertentu
136
Perkiraan Evaporasi
Perkiraan evaporasi dengan menggunakan rumus empiris
- aerodynamic method/Dalton law………. (2)
Ea = K. Uz (ew – ez)
137
Perkiraan Evaporasi
• Persamaan Rohwer
E = a (ew – ea) (1 + b V)
E = 0.484 (1+0.6 V) (ew – ea)
E = evaporasi (mm/hari)
ew = tekanan uap jenuh pada temperatur sama dengan temp
air (millibar)
ea = tekanan uap di udara sesungguhnya (millibar)
V = kecepatan angin rata-rata dalam sehari (m/detik)
138
Perkiraan Evaporasi
• Persamaan Orstom
139
Perkiraan Evaporasi
Pengukuran Evaporasi secara langsung
Water-balance:
EL = P + Isurf + Igw – Osurf – Ogw - S
140
DAFTAR PUSTAKA
• Murni D., Sri (1976), Hidrologi I, Jakarta:
Fakultas Teknik UI
• Sosrodarsono, Suyono & Takeda, Kensaku
(2006), Hidrologi untuk Pengairan, Jakarta:
Pradnya Paramita
• Wilson (1974), Engineering Hidrology,
Macmilan
141
142