Anda di halaman 1dari 26

SILOGISME

PENYIMPULAN TIDAK LANGSUNG


PENDAHULUAN
• Secara bahasa, silogisme berarti “mencari informasi”, meminta petunjuk,
memberi petunjuk, memberi keterangan, meminta alasan atau memberi
alasan.
• Jika dielaborasi lebih jauh, silogisme ini merupakan bentuk penalaran
deduktif tak langsung yang terdiri dari dua proposisi dan satu kesimpulan,
sehingga mengandung tiga term.
• Silogisme disebut juga sebagai penyimpulan tak langsung, karena untuk
memperoleh kesimpulan (term ketiga) dibutuhkan term kedua sebagai
terem perantara.
• Dalam konteks logika, silogisme berkaitan dengan upaya untuk memahami
hubungan diantara dua pernyataan (premis), untuk kemudian memperoleh
kesimpulan daripadanya.
KONSTRUKSI SILOGISME

PREMIS TERM
PREMIS MAYOR 
Term Mayor (P) 
“Semua makhluk hidup
Bergerak
bergerak”

PREMIS MINOR 
Term Minor (S) 
“Manusia adalah
Manusia
makhluk hidup”

KESIMPULAN 
Term Antara (M) 
“Semua manusia
Makhluk hidup
bergerak”
MEMAHAMI RELASI ANTAR PREMIS
• Jika dua gagasan pertama sesuai dengan gagasan yang ketiga, maka
kedua gagasan pertama pun sudah semestinya akan sesuai satu sama
lainnya.
• Jika hanya satu gagasan saja yang cocok dengan gagasan yang ketiga,
sementara yang lainnya tidak cocok, maka dapat dikatakan bahwa
diantara ketiganya tidak ada kesesuaian satu sama lain.
• Dari contoh di atas, gagasan utamanya adalah menyangkut keadaan
yang senyatanya bahwa makhluk hidup adalah bergerak. Untuk
menhubungkan kedua gagasan tersebut, diperlukan term tengah yang
menjelaskan bahwa “manusia adalah makhluk hidup”, sehingga
diperoleh kesimpulan yang benar, karena adanya relasi diantara
premis-premis yang ada.
SILOGISME
KATEGORIK
Salah satu Bentuk Penyimpulan Deduktif
PREMIS MAYOR, PREMIS MINOR, dan
KESIMPULAN
• PREMIS MAYOR
• Premis yang didalamnya termuat term mayor (P) yang diperbandingkan dengan
term antara (M).
• Term mayor biasanya memiliki luas pengertian Universal

• PREMIS MINOR
• Premis yang didalamnya termuat term minor (S), yang juga diperbandingkan
dengan term antara (M).
• Term minor biasanya memiliki luas pengertian yang “kurang universal”

• KESIMPULAN
• Adalah kebenaran baru yang muncul yang diperoleh dari relasi antara premis
mayor dan premis minor.
TERM MAYOR (P), TERM MINOR (S), dan
TERM ANTARA (M)
• TERM MAYOR (P)
• Term yang dengannya term antara (M) diperbandingkan didalam premis Mayor
• Biasanya mewakili semua hal yang Universal.

• TERM MINOR (S)


• Term yang dengannya term antara (M) diperbandingkan didalam premis Minor
• Biasanya mewakili sesuatu atau gagasan yang kurang universal.

• TERM ANTARA (M)


• Term pembanding antara term mayor (P) dengn term minor (S) yang terdaat
didalam premis-premis. Term antara dua kali terdapat didalam premis, namun
tidak termuat didalam kesimpulan.
CATATAN PENTING !!!!
• Didalam Silogisme, masing-masing term muncul DUA KALI.
JENIS TERM KEMUNCULAN

1. Terdapat di dalam premis Mayor


Term Mayor (P) 2. Sebagai PREDIKAT didalam
kesimpulan.

1. Terdapat di dalam premis minor


Term Minor (S) 2. Sebagai SUBYEK didalam
Kesimpulan

1. Terdapat didalam Premis Mayor


Term Antara (M) 2. Terdapat didalam premis Minor
3. Tidak ada di dalam Kesimpulan
PRINSIP UMUM DALAM SILOGISME
1. Prinsip Identitas Timbal Balik
• Jika dua term cocok atau identik dengan term ketiga, maka term tersebut
identik satau sama lain.
• Contoh:
Semua mahasiswa (M) adalah masyarakat akademik (P)
Teman-teman saya (S) adalah mahasiswa (M)

Jadi teman-teman saya (S) adalah masyarakat akademis (P)

 Keterangan: dalam struktur penalarannya, dengan term antara (M), maka


term minor (S), berhubungan dengan term Mayor (P)
PRINSIP UMUM DALAM SILOGISME
2. Prinsip Berbeda secara Timbal Balik
• Jika diantara dua term hanya satu yang cocok dengan term ketiga,
sementara yang lain tidak cocok, maka kedua term pertama
tersebut TIDAK COCOK satau sama lain.
• Contoh
Mahasiswa (P) adalah kaum intelektual (M)
Pedagang sayur (S) bukan kaum intelektual (M)

Jadi: Pedagang Sayur (S) bukan Mahasiswa (P)


PRINSIP UMUM DALAM SILOGISME
3. Prinsip Dictum de Omni
• Apa yang diakui tentang suatu kelas logis tertentu, diakui pula tentang
bagian-bagian logisnya. Atau apa yang diakui tentang suatu term tertentu,
diakui pula tentang term-term yang lain yang menjadi bawahannya.
• Contoh
Setiap manusia adalah makhluk moral
Slamet adalah manusia
Jadi: Slamet adalah makhluk moral
 Makhluk moral adalah berlaku bagi semua manusia, sehingga Slamet yang
merupakan anggota dari kelas manusia, secara logis term makhluk moral
menjadi berlaku.
PRINSIP UMUM DALAM SILOGISME
4. Prinsip Dictum de Nullo (Hukum Kemustahilan)
• Apa yang diingkari oleh suatu kelas/gagasan logis tertentu, akan
diingkari pula oleh bagian-bagiannya
• Contoh
Bangsa Indonesia bukan bangsa Pakistan
Orang Jawa adalah bagian dari Bangsa Indonesia

Jadi: Orang Jawa bukan bangsa Pakistan


DELAPAN ATURAN UMUM DALAM
SILOGISME
1. ATURAN YANG DIDASARKAN PADA TERM
ATURAN 1 : Jumlah term tidak boleh kurang atau lebih dari tiga
• Jika aturan ini dilanggar, maka akan muncul SESATAN TERM, karena
adanya ambiguitas term antara (M)
• Contoh:
Situasi Politik menjelang 2014 sangat genting (S = M1)
Gentingnya sudah banyak yang bocor (M2 = P)

Jadi : Situasi Politik menjelang 2014 banyak yang bocor (S=P)


ATURAN 2 : Term subyek atau predikat di dalam kesimpulan harus konsisten
dengan term yang ada di dalam premis-premisnya.

Contoh: Mahasiswa adalah kaum intelektual

Karyawan bukan mahasiswa

Jadi: Karyawan bukan kaum intelektual

 Term kaum intelektual (P) dalam kesimpulan adalah NEGATIF sedangkan dalam
Premis adalah AFIRMATIF.

Lihat juga contoh berikut ini:

Kerbau adalah binatang

Kambing bukan kerbau

Jadi : Kambing Bukan binatang


ATURAN 3 : Term antara, tidak boleh masuk dalam kesimpulan

Posisi term antara adalah membandingkan S dan P dalam premis-premis,


dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara S dan P.

Contoh: Setiap orang dapat tertawa

Setiap orang dapat menangis

Jadi: Setiap orang dapat tertawa dan menangis

 Dalam hal ini yang terjadi bukan proses penalaran SILOGISME, karena
tidak ada kebenaran yang baru yang dapat disimpulkan dari kedua
premisnya.
ATURAN 4 : Term antara harus sekurang-kurangnya satu kali universal
(dua premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil
kesimpulan).

Contoh: Tikus mempunyai ekor

Ikan mempunyai ekor

Jadi: Tikus sama dengan ikan

 Faktanya memang benar keduanya ber ekor, akan tetapi keduanya


tidak identik satu dengan yang lainnya. Ekr tikus (Partikular hanya
berlaku pada tikus), sedangkan ekor Ikan (partikular hanya berlaku
pada ikan)
Manusia berkaki dua
Manusia sama dengan ayam
Ayam berkaki dua
ATURAN 5 : Paling tidak, salah satu dari term penengah harus
tertebar (mencakup)
Perhatikan Contoh:

Hewan adalah mkhluk yang mempunyai perasaan


Anjing adalah hewan
Jadi: anjing adalah makhluk yang memiliki perasaan
(Pengertian perasaan yang ada di dalam premis mayor tidak tercakup dalam
pengertian yang ada di dalam kesimpulan)

Semua tanaman membutuhkan air


Manusia membutuhkan air
Jadi manusia sama dengan tanaman
Aturan yang didasarkan pada Premis
ATURAN 6: Kedua Premis tidak boleh negatif
 Jika kedua premis adalah negatif, maka kedua term (mayor dan minor) sama-
sama tidak cocok denga term antara. Hal ini akan mengakibatkan term antara
tidak dapat berfungsi sebagai penghubung atau perantara antara Term S dan
Term P. Kesmipulan menjadi tidak valid

 Perhatikan contoh berikut:

Kucing bukan bunga mawar


Kerbau bukan bunga mawar
(Tidak ada kesimpulan)

Tidak satupun drama yang baik mudah dipertunjukkan


Tidak satupun drama Shakespeare mudah dipertunjukkan
Jadi : Semua drama Shakespeare adalah baik
ATURAN 7 : Jika salah satu premis partikular, maka
kesimpulan harus partikular. Jika salah satu
premis negatif, maka kesimpulan harus negatif
Perhatikan Contoh:
Semua orang jawa adalah warga negara Indonesia
Beberapa orang itu adalah orang jawa
Jadi: Beberapa orang itu adalah warga negara Indonesia
(Karena ada presmis partikular  beberapa orang itu adalah orang jawa ,
makaKesimpulan harus merupakan partikular  beberpa orang itu….)

Orang Bali bukan Orang Irian


Nyoman adalah orang bali
Jadi Nyoman adalah bukan orang Irian
(Ada premis negatif, maka kesimpulannya harus Negatif)
ATURAN 8 : Kedua premis tidak boleh partikular, salah satu
premis harus universal.
Perhatikan Contoh:
Beberapa mahasiwa rajin belajar
Ada mahasiswa mencotek dalam ujian
Jadi: Ada mahasiswa yang rajin belajar mencontek dalam ujian
(Karena kedua presmis sama-sama partikular  maka kesimpulannya menjadi
tidak valid)

Ada temanku yang tidak pernah hadir dalam kuliah


Beberapa anggota SAR adalah teman-temanku
Jadi Beberpa anggota SAR tidak pernah hadir kuliah

Tim Bulu Tangkis kita tidak berhasil menjadi juara


Tim sepak bola kita tidak berhasil menjadi juara
Jadi : Tim Bulu tangkis sama dengan tim Sepak Bola
M=P P=M
POLA
S=M S=M SILOGISME
JADI : S = P JADI : S = P KATEGORIS
Tatanan yang benar dari
M = P P= M letak term antara M dalam
hubungannya dengan S dan
M = S M = S P

JADI : S = P JADI: S = P (Relasi S – M – P)


SELAMAT BERLATIH
KRISHNO HADI
DOSEN ILMU PEMERINTAHAN FISIP-UMM
PENYIMPULAN LANGSUNG
• Desa sebagai unit pemerintahan tertua di Indonesia, yang
telah ada jauh sebelum Indonesia ada, memiliki hak asal usul
yang dihormati secara konstitusional:
• Desa memiliki hak asal usul
• Hak asal usul adalah hak konstitusional desa
• Tidak ada satupun desa di Indonesia yang tidak memiliki hak asal –
usul
• Desa sebagai unit pemerintahan tertua di Indonesia
• Semua manusia mati - Mayor, Universal, Predikat (Mati)
• Ia Manusia  Minor, Partikular, Subyek (Ia)
• Ia (Subyek) adalah Mati (P)
• --------------------------------
• Setiap menjelang Pemilu suasana menjadi Genting M1 ≠ M2
• Gentingnya berwarna merah
• Setiap menjelang pemilu, berwarna merah
RASIONALITAS WEBER
• Perilaku itu didorong oleh rasionalitas tertentu  Pelibatan
Proses berpikir dalam berperilaku.
1. Rasionalitas Kultural
2. Rasionolitas Nilai
3. Rasioalitas Instrumental
4. Rasionalitas Ekonomi
NILAI ANAK DAN SIKAP TERHADAP
PROGRAM KELUARGA BERENCANA
• Perilaku manusia ditentukan oleh SIKAP
• SIKAP ditentukan oleh NILAI
• NILAI seseorang ditentukan Oleh PEMAHAMANNYA
• Pemahamn  Nilai  Sikap  Perilaku

Anda mungkin juga menyukai