Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN IV

TANGGUNGJAWAB LEGAL

1
TANGGUNGJAWAB LEGAL AUDITOR
• Auditor dituntut untuk bekerja dengan tingkat
kehati-hatian profesional yang memadai.
• Auditor dituntut bertanggungjawab dalam
memenuhi seluruh komitmen yang tertulis dalam
surat penugasan audit, dengan segala implikasinya.
• Jika auditor gagal dalam memenuhi komitmen
dalam kontrak audit, atau tidak menjalankan tugas
dengan kehati-hatian profesional, auditor
dikatakan telah melakukan kecerobohan
(negligence) dan atau pelanggaran komitmen
kontrak audit.
2
TANGGUNGJAWAB LEGAL AUDITOR
Faktor pemicu meningkatnya tanggungjawab
legal auditor:
1. Peningkatan kesadaran pengguna laporan
keuangan atas tanggungjawab legal auditor
2. Peningkatan kesadaran bursa efek dalam
melindungi kepentingan investor
3. Peningkatan kompleksitas fungsi akuntansi
dan auditing karena peningkatan ukuran
entitas, globalisasi bisnis entitas, serta
kompleksitas kegiatan operasional serta
transaksi keuangan entitas.
3
TANGGUNGJAWAB LEGAL AUDITOR
4. Kecenderungan praktik penuntutan dari
pihak yang merasa dirugikan terhadap
siapapun yang dipandang mampu
memberikan kompensasi atas kerugian
yang dideritanya.
5. Resesi ekonomi global serta situasi
ekonomi yang berat, yang menyebabkan
beragam kegagalan bisnis, mengakibatkan
kecenderungan stakeholders berusaha
mendapatkan kompensasi kerugian dari
pihak lain, termasuk auditor independen.
4
TANGGUNGJAWAB LEGAL AUDITOR
5. Merebaknya tuntutan hukum terhadap
KAP, telah mendorong pengacara
menawarkan jasa legal berbasis
contingent-fee (biaya bersyarat), yaitu
dengan menjanjikan potensi keuntungan
besar jika tuntutan menang, dan potensi
rugi minimum jika tuntutan kalah.

5
TANGGUNGJAWAB LEGAL AUDITOR
6. Kecenderungan KAP untuk bersedia
menyelesaikan tuntutan legal di luar
pengadilan, untuk menghindari biaya
pengadilan yang besar serta publikasi
yang merugikan, dan bukannya
berusaha menyelesaikan permasalahan
legal melalui proses hukum.

6
BUSINESS FAILURE, AUDIT FAILURE, AUDIT RISK

Meningkatnya tuntutan terhadap KAP banyak


disebabkan oleh ketidakfahaman masyarakat
terhadap tiga permasalahan sebagai berikut:
1. Kegagalan bisnis (business failure), adalah
kerugian dalam bisnis karena kesalahan
keputusan bisnis atau karena faktor-faktor
ekonomi yang lain.
2. Kegagalan audit (audit failure), adalah kesalahan
auditor dalam memberikan opini atas laporan
keuangan karena kecerobohan dalam
melaksanakan tugas audit.
7
BUSINESS FAILURE, AUDIT FAILURE, AUDIT RISK

3. Risiko audit (audit risk), adalah kesalahan


auditor dalam memberikan opini atas
laporan keuangan pada saat audit telah
direncanakan dan lilaksanakan dengan
kehati-hatian profesional serta sesuai dengan
standar audit yang berlaku.

Tuntutan terhadap auditor pada dasarnya hanya


bisa dilakukan pada saat yang terjadi adalah
audit failure.
8
SUMBER TUNTUTAN LEGAL
• KAP atau auditor independen bertanggungjawab
terhadap seluruh aspek pekerjaan akuntan publik,
yang bisa mencakup jasa audit, perpajakan,
konsultasi manajemen, dan jasa
pembukuan/akuntansi.
• Istilah legal dalam jasa akuntan publik:
1. Ordinary negligence, adalah situasi dan
kondisi tertentu, yang membuat secara tidak
sengaja auditor tidak menerapkan kehati-
hatian profesional, dan kasus serupa bisa saja
terjadi pada auditor profesional yang lain.
9
SUMBER TUNTUTAN LEGAL
2. Gross negligence, adalah secara sadar auditor
melakukan tindakan yang membahayakan, atau
terlalu berani mengambil risiko. Namun demikian
bisa jadi sulit untuk membedakan ordinary
negligence dan gross negligence.
3. Constructive fraud, adalah kecerobohan ekstrim
yang dilakukan auditor, tetapi tidak ada maksud
untuk menyembunyikan informasi atau merugikan
pihak lain. Contoh, auditor menyadari bahwa
prosedur audit tidak dilaksanakan dengan
memadai, tetapi auditor berani memberikan opini
wajar tanpa pengecualian (clean/unqualified
opinion).
10
SUMBER TUNTUTAN LEGAL
4. Fraud, adalah auditor sengaja berbuat
curang dalam melaksanakan audit laporan
keuangan atau dalam memberikan opini
atas laporan keuangan.
5. Breach of contract (mengingkari kontrak),
auditor tidak memenuhi komitmen yang
telah disepakati dalam kontrak kerja atau
dalam surat penugasan audit.

11
SUMBER TUNTUTAN LEGAL
6. Third-party beneficiary (keuntungan
pihak ketiga), adalah adanya pihak
ketiga yang tidak disebutkan dalam
kontrak audit, tetapi mereka
mendapatkan keuntungan dari kontrak
audit. Misalnya kontrak audit dengan
bank berhubungan dengan posisi
auditor sebagai salah satu debitur besar
bank yang diaudit. Dalam kasus ini
auditor diragukan independensinya.

12
ISTILAH LEGAL YANG LAIN
1. Common law, adalah hukum yang
dikembangkan melalui keputusan
pengadilan, bukannya melalui hukum yang
telah ditentukan secara formal oleh
pemerintah.

2. Statutory law, adalah hukum yang telah


ditentukan secara formal oleh pemerintah.

13
ISTILAH LEGAL YANG LAIN
3. Joint and several liability, asesmen terhadap
pihak yang dituntut atas total kerugian yang
diderita penuntut, dengan tanpa
mempertimbangkan tingkat keterlibatan pihak
yang dituntut dalam melakukan tindakan yang
dipandang merugikan pihak lain.
4. Seperate and proportionate liability, adalah
asesmen terhadap pihak yang dituntut tentang
tingkat kerugian penuntut atas tindakan
ceroboh pihak yang dituntut.

14
JENIS TANGGUNG JAWAB LEGAL AUDITOR

1. Tanggungjawab kepada klien, misalnya klien menuntut


auditor atas kegagalan mengungkap kecurangan
material (material fraud) yang merugikan entitas.
2. Tanggungjawab kepada pihak ketiga, misalnya bank
menuntut auditor karena gagal mengungkap salah saji
material dalam laporan keuangan debitur bank.
3. Tanggungjawab kepada publik, misalnya pemegang
saham menuntut auditor atas kegagalan mengungkap
salah saji material dalam laporan keuangan.
4. Tanggungjawab atas tindakan kriminal, misalnya
pemerintah menuntut auditor atas kesengajaan
menerbitkan laporan audit yang menyesatkan.
15
LANGKAH MENGATASI PERSOALAN LEGAL
Asosiasi profesi dapat menempuh sejumlah langkah
untuk melindungi anggota profesi dari potensi
tuntutan hukum, antara lain:
1. Mengembangkan model perlindungan hukum dari
potensi tuntutan legal yang tidak objektif
(nonmeritorious litigation).
2. Meningkatkan kualitas audit (standar audit) untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kepada
pengguna laporan audit.
3. Mengedukasi pengguna laporan audit tentang
keterbatasan praktik audit.
16
LANGKAH MENGATASI PERSOALAN LEGAL
Anggota profesi dapat meminimalkan potensi
tuntutan legal melalui berbagai hal sbb.:
1. Hanya berhubungan dengan klien yang memiliki
integritas
2. Menjaga independensi
3. Memahami bisnis klien dengan baik
4. Menjaga kualitas pelaksanaan audit
5. Mendokumentasikan pekerjaan dengan tepat
6. Mempraktikkan skeptisme profesional secara
sehat (healthy professional skepticism)
17

Anda mungkin juga menyukai