MEDISINAL
ANTI
HISTAMIN
Generasi Pertama
bagian penting rancangan obat Sifat fisika kimia
untuk mendapatkan suatu
Efek obat baru dengan aktivitas & kesele
Samping ktifan yang lebih tinggi dan efek HKSA
samping yang sekecil mungkin dan
kenyamanan yang lebih besar.
Modifikasi
Sedasi molekul
Rasa mengantuk
Penurunan daya Golongan Propilamin &
tangkap senyawa turunannya
Penggolongan Antihistamin
1. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H1 (Antihistaminika Klasik)
Golongan ini dibagi lagi berdasarkan rumus bangun kimianya, yaitu:
•Senyawa Etanolamin; antara lain Difenhidramin, Dimenhidrinat Karbinoksamin maleat.
•Senyawa Etilendiamin; antara lain Antazolin, Pirilamin, dan Tripelenamin.
•Senyawa Alkilamin; antara lain Fenirarnin, Klorfeniramin, Bromfeniramin, dan Deksklorfeniramin.
•Senyawa Siklizin; antara lain Siklizin, Klorsiklizin, dan Homoklorsiklizin.
•Senyawa Fenotiazin; antara lain Prometazin, Metdilazin, dan Oksomemazin.
•Senyawa lain‑lain; yaitu Dimetinden, Mebhidrolin, dan Astemizol.
2. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H2 (Penghambat Asma)
Reseptor histamin H2 berperan dalam efek histamin terhadap sekresi cairan lambung, perangsang
an jantung serta relaksasi uterus tikus dan bronkus domba. Beberapa jaringan seperti otot polos, p
embuluh darah mempuntai kedua reseptor yaitu H1 dan H2.
-Struktur
Antihistamin H2 secara struktur hampir mirip dengan histamin. Simetidin mengandung komponen
imidazole, dan ranitidin mengandung komponen aminomethylfuran moiety.
3. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H3
Studi Literatur
Pendekatan Ilmiah
PROPILAMIN
Pheniramin Maleat
Chlorpheniramin Maleat
Brompheniramin
Pirobutamin
Triprolidin
Pheniramin Maleat
C20H24N2O4
BM : 356,4
Pheniramine maleat mengandung tidak kurang dari 98,0 persen dan tidak lebi
h dari setara 102,0 persen (3R) -N, N-dimetil-3-fenil-3- (piridin-2-yl) propan-1-
amina (Z ) -butenedioate, dihitung dengan mengacu pada substansi kering.
Pemerian :
Sebuah putih, bubuk kristal, sangat larut dalam air, larut dalam alkohol secara
bebas, dalam metanol dan metilen klorida.
PH :
pH larutan 4.5 to 5.5.
Penyimpanan :
Di tempat yang terlindung dari cahaya
(Komisi Farmakope Eropa, 2005)
•Pheniramin bekerja pada reseptor H1
Struktur reseptor H1
Ikatan histamin dengan reseptor H1 didapatkan dalambentuk 3 dimensi, sehin
gga disimpulkan bahwa ikatanreseptor H1 dengan histamin/antihistamin meru
pakan ikatanspesifik stereo.
Beberapa antihistamin seperti cetirizinloratadin dan levocetirizin dapat berikat
an dengan reseptorH1 dalam ikatan spesifik stereo.
Afinitas dan durasiikatan antihistamin dengan reseptor berperan pada efektivit
asantihistamin.
Metode untuk mengukur efektivitasantihistamin dapat dengan cara melakukan
uji tusuk kulit(skin prick test), yang diikuti penilaian penghambatanantihistami
n terhadap warna merah (flare) dan sembab(wheal) yang ditimbulkan histami
n.
Antihistamin yang mempunyai afinitas besar terhadapreseptor H1, durasi ikata
n antara antihistamin dengan reseptoryang lebih lama dan mempunyai khasiat
antiinflamasi akanmempunyai efektivitas yang lebih baik daripada antihistamin
lainnya.
Selain itu farmakokinetik dan farmakodinamikantihistamin masih perlu diteliti
sehingga didapatkan antihistaminyang tidak menimbulkan efek samping yang
berarti.
Chlorpheniramin Maleat
Nama Bahan
Klorfrniramin maleat / Chlorpheniramine maleate
Deskripsi
Berbentuk bubuk kristral putih, padat, pahit dan tidak berbau, rumus molekul C1
6H19ClN2·C4H4O4;
berat molekul 390,86 g/mol;
pH dalam larutan: 4 - 5 (2% aqueous solution);
pKa 9,2;
tekanan uap <0.0000001
kPa pada 25 °C;
titik lebur 266 - 275 °F;
titik beku 130 - 135 °C; l
kelarutan : larut dalam alkohol, kloroform dan air dingin; sedikit larut dalam eter d
an benzena
Model ikatan reseptor chlorpeniramine
Pemerian:
Berupaserbukkristalputih yang larutdalam air
panassampai 10 %. Garamfosfatnyalebihmud
ahdiabsorbsidaripadagaramHClnya
HKSA
Mengikat untuk reseptor-jarak 5 lakukan 6 Å
antara gugus amino tersier dan pusat salah
satu radikal aromatik.
HKSA
Berdasarkan pada parameter yang digunakan, analisa HKSA digolongkan dalam 3
metode, yaitu metode Hansch, metode Free-Wilson dan metode 3 dimensi ( Comp
arative Molecular Field Analysis (CoMFA)).
Metode Hansch berkembang dari pemikiran bahwa interaksi senyawa dengan rese
ptor terjadi karena adanya efek gaya-gaya intermolekular seperti interaksi hidrofob
ik, interaksi polar, interaksi elektrostatik dan efek sterik senyawa.
Metode analisis Free-Wilson merupakan prosedur alternatif dari analisis Hansch.
Metode analisis yang juga disebut teori kontribusi gugus atau metode de novo ini
didasarkan asumsi bahwa sumbangan variasi substitusi gugus-gugus dalam struktu
r senyawa induk memberikan kontribusi secara linier terhadap aktivitas biologis.
Analisis HKSA-3D dikembangkan sebagai antisipasi permasalahan yang terdapat p
ada metode Hansh, yaitu senyawa-senyawa enantiomer yang memiliki kuantitas sif
at fisikokimia yang sama, tetapi memiliki aktivitas biologis berbeda.
Sembilan dari sebelas CQR agen pembalikan dari sekelompok senyawa struktural yan
g beragam termasuk siproheptadin , ketotifen , azatadine , prometazin dan klorfenira
min , menampilkan farmakofor sebagai diilustrasikan pada model farmakofor 3D QSA
R.
Validasi model hipotesis dilakukan oleh pemetaan ligan aktif dalam set tes ke dalam
model farmakofor dipilih.
Di set tes, beberapa antihistamin H-1 komersial seperti cetirizine , loratadin , terfena
dine , mepyramine dan klorfeniramin yang termasuk dan hasilnya menunjukkan bah
wa 11 dari 12 H-1 antagonis berhasil dipetakan ke model farmakofor yang sesuai
THANK
YOU