Anda di halaman 1dari 11

2

EKSISTENSI HUKUM ADAT


DI INDONESIA
SISTEM HUKUM YANG MEWARNAI HUKUM NASIONAL

Tiga pilar subsistem hukum, yaitu :


1. Sistem hukum barat,
2. Hukum adat,
3. Sistem hukum Islam
Sistem hukum barat merupakan warisan penjajah kolonial
belanda yang selama 350 tahun menjajah indonesia dan
sangat berpengaruh pada sistem hukum nasional
indonesia.
Sistem hukum adat bersendikan atas dasar-dasar alam
pikiran bangsa indonesia, dan untuk dapat sadar akan
sistem hukum adat orang harus menyelami dasar-dasar
alam pikiran yang hidup di dalam masyarakat indonesia.
Masyarakat Adat Di Indonesia Mayoritas Masih Ada Dan Diakui Keberadaannya
Namun Ada Juga Yang Terancam Punah Karena Beberapa Faktor Penyebab

1. Masuknya atau pengaruh budaya asing


2. Ketidakpedulian pemerintah setempat
3. Ketidaksadaran masyarakat adat itu sendiri untuk tetap
mempertahankan warisan kebudayaan nenek moyang
4. Modernisasi
Eksistensi Masyarakat Adat di Indonesia
Masyarakat hukum adat seiring dengan masuknya
pengaruh-pengaruh dari luar (eksternal) maupun
kebutuhan-kebutuhan yang mendesak dari dalam
masyarakat itu sendiri (internal) menjadikan mereka
secara dinamis mengalami perubahan-perubahan
secara terus-menerus.
Faktor-Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Perubahan
Masyarakat Adat :
1. Kebijakan dan perundangan pemerintah yang kurang mengapresiasi masyarakat
hukum adat. Contohnya kebijakan tentang pengakuan hanya 6 (enam) agama di
Indonesia. Hal ini menyebabkan agama – agama atau kepercayaan – kepercayaan
serta keaneka – ragaman budaya masyarakat adat menjadi tidak terakomodir dan
tersisihkan.

2. Kurikulum pendidikan kita yang kurang mengapresiasi budaya tradisional bangsa


Indonesia. Contohnya banyak kurikulum nasional kita yang semakin mengadopsi
kurikulum Internasional dengan alasan agar pendidikan kita tidak tertinggal
dengan standar pendidikan dari negara – negara lain di dunia.

3. Adanya arus informasi dan perkembangan teknologi yang tergolong cepat.


Contohnya akses internet yang semakin mudah dan program listrik masuk desa
pemerintah yang semakin menjangkau hingga ke pelosok daerah pedesaan yang
terpencil.

4. Adanya perkawinan campur antar daerah yang menyebabkan meleburnya atau


menghilangnya nilai – nilai budaya khas daerah masing – masing.
Sikap Pemerintah Indonesia Terhadap
Masyarakat Adat
Empat klausul sebagai syarat ”yuridis” untuk diakui sebagai
masyarakat adat :
1) Sepanjang masih ada;
2) Sesuai dengan perkembangan jaman dan peradaban;
3) Sesuai dengan prinsip negara kesatuan republik
indonesia;dan
4) Diatur dalam undang-undang.
Konsep Pluralisme Hukum
Hukum sebagai suatu sistem pada pokoknya mempunyai 3 elemen,
yaitu :
1. Struktur sistem hukum (structure of legal system) yang terdiri dari
lembaga pembuat undangundang (legislatif), institusi pengadilan
dengan strukturnya, lembaga kejaksaan dengan strukturnya, badan
kepolisian negara, yang berfungsi sebagai aparat penegak hukum;
2. Substansi sistem hukum (substance of legal system) yang berupa
norma-norma hukum, peraturan-peraturan hukum, termasuk pola-
pola perilaku masyarakat yang berada dibalik sistem hukum; dan
3. Budaya hukum masyarakat (legal culture) seperti nilai-nilai, ide-ide,
harapan-harapan dan kepercayaan-kepercayaan yang terwujud
dalam perilaku masyarakat dalam mempersepsikan hukum.
Konsep Pluralisme Hukum
Efektifitas substansi dan struktur hukum
tergantung pada kebiasaan-kebiasaan (customs),
kultur (culture), tradisi-tradisi (traditions), dan
norma-norma informal (informal norms) yang
diciptakan dan dioperasionalkan dalam masyarakat
yang bersangkutan.
Dalam konteksnya dengan Indonesia, hukum adat
sesungguhnya adalah sistem hukum rakyat (folk law) khas
Indonesia sebagai pengejawantahan dari The Living Law
yang tumbuh dan berkembang berdampingan (co-
existance) dengan sistem hukum lainnya yang hidup dalam
negara Indonesia.

Walau pun disadari hukum negara cenderung mendominasi


dan pada keadaan tertentu terjadi juga, hukum negara
menggusur, mengabaikan, atau memarjinalisasi eksistensi
hak-hak masyarakat lokal dan sistem hukum rakyat (adat)
pada tatanan implementasi dan penegakan hukum negara.
JAPHAMA
(Jaringan Pembelaan Hak-hak Masyarakat Adat)
Masyarakat adat mulai disosialisasikan di Indonesia di tahun 1993 setelah
sekelompok orang yang menamakan dirinya Jaringan Pembelaan Hak-hak
Masyarakat Adat (JAPHAMA) yang terdiri dari tokoh-tokoh adat, akademisi
dan aktivis ornop menyepakati penggunaan istilah tersebut sebagai suatu
istilah umum pengganti sebutan yang sangat beragam.
Pada saat itu, secara umum masyarakat adat sering disebut sebagai
masyarakat terasing, suku terpencil, masyarakat hukum adat, orang asli,
peladang berpindah, peladang liar dan terkadang sebagai penghambat
pembangunan. Sedangkan pada tingkat lokal mereka menyebut dirinya
dan dikenal oleh masyarakat sekitarnya sesuai nama suku mereka
masing-masing.
JAPHAMA yang lahir sebagai bentuk keprihatinan atas kondisi yang
dihadapi oleh kelompok-kelompok masyarakat di tanah air yang
menghadapi permasalahan serupa, dan juga sebagai tanggapan atas
menguatnya gerakan perjuangan mereka di tingkat global.

Anda mungkin juga menyukai