Anda di halaman 1dari 46

EPIDURAL HEMATOMA

-Aryo Wibisono-
Anatomi Kepala
1. Kulit
2. Tulang Tengkorak
3. Meningen
4. Otak
Kulit Kepala
1. Kulit (Skin)
2. Jaringan penyambung (Connective tissue)
3. Aponerosis galea
4. Jaringan Penunjang longgar ( loose areolar tissue)
5. Perikranium
Tulang Kepala

• Pada orang dewasa, tengkorak merupakan ruangan keras yang tidak


memungkinkan perluasan intracranial.

• Terdiri dari dua dinding atau tabula yang di pisahkan oleh tulang berongga:
- Dinding luar  Tabula eksterna
- Dinding bagian dalam  Tabula interna.
Lantai dasar rongga tengorak dibagi atas 3 fosa:
1.Fossa anterior  Lobus frontalis
2.Fossa media  Lobus temporalis
3.Fossa posterior  Batang otak dan cerebelum
Meningen
1. Duramater

a. Lapisan luar yang tebal dan kuat.

b. Terdiri atas dua lapisan:

1. Lapisan Periosteal sebelah luar dibentuk oleh periosteum yang membungkus


dalam calvaria.

2. Lapisan Meningeal sebelah dalam adalah suatu selaput fibrosa yang kuat
yang berlanjut terus di foramen magnum dengan duramater spinalis yang
membungkus medulla spinalis
2. Arachnoidea  Lapisan Antara duramater dan piameter yang
menyerupai sarang laba-laba

3. Piamater  Melekat pada permukaan korteks cerebri


Otak
1.Cerebral hemispheres (lobus frontalis, parietalis, temporalis, &
occipitalis)
2.Diencephalon (thalamus, hypothalamus, epithalamus, & subthalamus)
3.Mesencephalon
4.Pons
5.Medulla oblongata
6.Cerebellum
DEFINISI
• Epidural hematoma (EDH)  Adanya penumpukan darah diantara
duramater dan tabula interna dari tulang tengkorak
Epidemiologi
• Di Amerika Serikat, 2% dari kasus trauma kepala mengakibatkan epidural
hematoma dan sekitar 10% mengakibatkan koma.

• 60 % penderita EDH adalah berusia dibawah 20 tahun, dan jarang terjadi pada
umur kurang dari 2 tahun dan di atas 60 tahun.

• Angka Kejadian laki-laki : Perempuan  4:1

• Angka mortalitas sekitar 5-43%


Etiologi
• Trauma (Benturan kepala).

• Distosia dan Persalinan forceps pada bayi baru lahir.

Sumber perdarahan :

• Arteri meningea

• Sinus duramater

• Diploe (lubang yang mengisi kalvaria kranium) yang berisi a. diploica dan vena
diploica
Patofisiologi

Trauma  Perdarahan  epidural hematom  desakan hematoma


akan melepaskan perlekatan durameter lebih lanjut dari tulang
kepala hematom bertambah besar  tekanan pada lobus
temporalis otak kearah bawah dan dalam  herniasi
• Tekanan dari herniasi pada sirkulasi arteri yang mengatur formasi
retikularis di medulla oblongata menyebabkan hilangnya
kesadaran.

• Di tempat ini terdapat nuklei saraf cranial III (oculomotorius) 


terjadi penekanan pada saraf ini  Dilatasi pupil dan ptosis
kelopak mata.
• Tekanan pada lintasan kortikospinalis  Kelemahan respons
motorik kontralateral + refleks hiperaktif + tanda Babinsky positif.

• Makin membesarnya hematoma seluruh isi otak akan terdorong


kearah yang berlawanan  TIK Meningkat
• Kepala terbentur  pingsan sebentar  sadar  beberapa jam
kemudian  nyeri kepala yang progresif memberat  kesadaran
berangsur menurun.

• Masa antara dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar


setelah terjadi kecelakaan disebut lucid interval.
Contact Injury

Fraktur Scalp

Cedera arteri Cedera vena Ruptur Sinus


meningea media diploica Venosus

Darah masuk ke
ruang epidural  Epidural Hematom
menumpuk
Trias
• Lucid Interval (+)
• Dilatasi pupil ipsilateral
• Hemiparese kontralateral

\
Gejala Klinis
Anamnesis
• Adanya riwayat trauma
• Nyeri kepala
• Penurunan kesadaran
• Lucid interval
• Muntah
• Kejang
Pemeriksaan fisik
• Cushing respon : hipertensi, bradikardia, dan bradipnea

• GCS menurun

• Cefalhematom, laserasi, kontusio, atau fraktur tulang pada tempat cedera

• Pupil yang berdilatasi ipsilateral atau bilateral akibat tekanan tinggi intrakranial atau
terjadi herniasi otak.

• Hemiplegi kontralateral

• Refleks patologis (+)


Pemeriksaan Penunjang
• Foto Polos Kepala
• (+) Fraktur Tulang kepala

• Head CT-Scan
• (+) Gambaran hiperdens berbentuk bikonveks, batas tegas
• Midline terdorong ke sisi kontralateral
• (+) Garis fraktur

• MRI
• (+) Massa hiperintens bikonveks yang menggeser posisi durameter
• (+) Batas fraktur
Foto Polos Kepala

Fraktur Linier
CT-Scan Scan Kepala

Gambaran Hiperdens
berbentuk bikonveks
MRI

Gambaran Hiperintens
berbentuk bikonveks
Penatalaksanaan EDH

Penanganan darurat :

•Dekompresi eksternal dengan trepanasi evakuasi clot

•Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom


Terapi medikamentosa

• Dexametason dengan dosis awal 10 mg kemudian dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam.

• Mannitol 20% dosis 1-3 mg/kgBB/hari

• Barbiturat diawali dengan 10 mg/kgBB dalam 30 menit  dilanjutkan dengan


5 mg/ kgBB setiap 3 jam serta drip 1 mg/kgBB/jam.

• Masih kontroversi dalam memilih mana yang terbaik.


Indikasi Operasi
• Glasgow Coma Scale (GCS) score ≤ 8 and anisokor
• Hematoma volume ≥ 30 cm3
• Hematoma volume 30 cm3 but accompanied by:
• Ketebalan 15 mm
• Midline shift 5 mm
• GCS ≤ 8
• Focal motor deficit
• Hilangnya gambaran cisterna
• Deteriorating neurologic status
Tujuan dari operasi yaitu :
• Mengeluarkan bekuan darah
• Menurunkan tekanan tinggi intrakranial
• Menghilangkan massa fokal tersebut
• Melakukan hemostasis pada sumber perdarahan EDH.
Burr Holes Diagnostik
• Burr holes diagnostik adalah suatu tindakan pembuatan lubang pada
tulang kepala yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
perdarahan ekstra aksial, sebelum tindakan definitif craniotomy
dilakukan.
BURR HOLES DIAGNOSTIK
• Alat diagnostik
• Perdarahan ekstra aksial
• Dekompresi awal
• RS daerah dimana fasilitas CT Scan tidak ada
• Tindakan life-saving yang dilakukan oleh dokter bedah.
INDIKASI OPERASI
• Penurunan kesadaran tiba-tiba di depan mata
• Adanya tanda herniasi/ lateralisasi
• Adanya cedera sistemik yang memerlukan
operasi emergensi, dimana CT Scan Kepala
tidak bisa dilakukan.
Pemilihan lokasi inisial burr holes:

• Ipsilateral dengan pupil yang midriasis, atau pupil yang pertama kali
midriasis, atau kontralateral dengan hemiparesis.
• Bila tidak ada tanda lateralisasi, dilakukan pada daerah dibawah
fraktur tulang atau pada jejas SCALP yang bermakna.
• Bila penderita koma tanpa tanda yang jelas, dilakukan pertama pada
sisi kiri sebagai hemisfer dominan.
TEKNIK OPERASI
• Pasien posisi supine, kepala dimiringkan
sehingga lokasi yang akan dibuka terletak
di atas
• Kepala dicukur kemudian di lakukan
tindakan desinfeksi dengan larutan
antiseptik.
• Incisi kulit dilakukan secara tajam hingga
tulang setelah infiltrasi dengan Lidokain-
adrenalin.
Kemudian dipasang retractor otomatis
Dilakukan burr hole menggunakan bor atau drill
hingga menembus tulang temporal dan tampak
duramater.
Tulang diperlebar dengan menggunakan kerrison
atau ronger.
LOKASI BURR HOLE
• Burr hole pertama dilakukan
di daerah temporal:
• 2 cm di atas arkus zygoma
• 2 cm di depan tragus.
• Bila hasilnya negatif, burr hole ke dua
dilakukan dilakukan di daerah frontal yaitu
2 cm di depan sutura coronaria pada mid
pupillary line.
• Burr holes ke tiga di daerah parieto-
oksipital yaitu 4-6 cm diatas pinna.
• Burr holes ke empat di daerah fossa
posterior.
• Bila hasilnya tetap negatif, burr holes
dilakukan pada sisi kontralateral.
Perawatan Pasca Bedah
• Stabilkan ABC, kemudian rujuk ke spesialis Bedah
Saraf terdekat.
EMERGENCY BURR HOLE 1
EMERGENCY BURR HOLE 2

Insisi Sesuai marking Membuat Lubang Burr Hole


EMERGENCY BURR HOLE 3
Evakuasi massa perdarahan
Memperluas lubang bor menggunakan suction dan disektor
Membaca CT-Scan
Perhitungan volume perdarahan (semua ukuran dalam cm,
yang di foto CT Scan biasanya mm dikonversi ke cm)
• Pada pengukuran adanya perdarahan, yang diperhatikan adalah
ketebalan hematom pada slice yang paling tebal.

• Pergeseran/midline Shift dapat dihitung dengan menarik garis


lurus dari crista galli ke Protuberansia oksipitalis interna, tegak
lurus dengan septum pellucidum.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai