Anda di halaman 1dari 70

• BAB IV Pasal 18 s.d.

Pasal 24 UU KUP
• UU No. 19 Tahun 1997 std UU no. 19 Tahun
2000 tentang PPSP.
• PP No 135 th 2000 tgl , 20 Desember 2000 .
• PP No. 136 th2000 tgl 20 Desember 2000.
• PP No. 137 Th 2000 tgl 20 Desember 2000
• PMK - 24/PMK.03/2008 Tanggal 6 Februari 2008
Tata cara penagihan dg SP dan PSS
• PER - 109/Pj./2007, 6 Agustus 2007 ttg
Pemblokiran Dan Penyitaan Harta Yang
Tersimpan Pada Bank
• PMK No. 23/PMK.03/2006, 20 Maret 2006 Tata
Cara Penyitaan Piutang
• Keputusan Bersama Menteri Nomor
294/KMK.03/2003, 25 Juni 2003 ttg Penitipan
sandera Di RTN.
• KEP - 474/Pj./2002, 12 Nopember 2002 ttg
Bentuk, Jenis, Dan Kode Kartu, Formulir, Surat,
Dan Buku
• KEP - 459/Pj./2002, 16 Oktober 2002 ttg
Penyitaan Piutang
Defenisi Penagihan Pajak

Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan


agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak
dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan
seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat
Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan,
menjual barang yang telah disita.
STP , SKPKB, SKPKBT , dan Surat
Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan
Dasar penagihan pajak Banding, serta Putusan Peninjauan
Kembali, yang menyebabkan jumlah
pajak yang masih harus dibayar
bertambah, merupakan dasar
penagihan pajak. Termasuk STPPBB,
SKBKB, SKBKBT dan STB

pajak yang masih harus dibayar


Utang Pajak
termasuk sanksi administrasi berupa
bunga, denda atau kenaikan. yang
tercantum dalam surat ketetapan pajak
atau surat sejenisnya
Jatuh Tempo pembayaran Pajak 1 bulan sejak tanggal diterbitkan.
Bagi WP usaha kecil dan WP di daerah tertentu, jangka waktu
pelunasan tersebut dapat diperpanjang 2 bulan.
WP mengajukan keberatan dan tidak mengajukan permohonan
banding, pelunasan dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal
penerbitan Surat Keputusan Keberatan.
WP mengajukan permohonan banding, pelunasan paling lama 1
(satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.
WP menyetujui Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, pelunasan  1
(satu) bulan sejak tanggal penerbitan surat Ketetapan Pajak.
Pelaksanaan Penagihan Pajak dilakukan berdasarkan
UU No. 19 tahun 1997 std UU nomor 19 Tahun 2000.
Pasal 20 UU KUP

Kecuali diatur dlm Pasal 20 ayat ( 2) UU KUP dan PMK


Nomor PER-24/PMK.03/2008 tanggal 2 Februari 2008. -
Penagihan Seketika dan Sekaligus
• akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya atau indikasi;
• memindahtangankan barang yang dimiliki atau
yang dikuasai
• menghentikan atau mengecilkan perusahaan,;
KONDISI • membubarkan,  menggabungkan, memekarkan,
memindahtangankan atau mengubah bentuk.
• badan usaha akan dibubarkan oleh negara; atau
• terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak
oleh Pihak ketiga atau terdapat tanda-
tanda kepailitan

• sebelum TGL jt pembayaran;


• tanpa didahului ST;
PENERBITAN
• diterbitkan sebelum jangka waktu 21 hari
sejak Surat Teguran diterbitkan; atau
• diterbitkan sebelum penerbitan SP.
Negara menjadi Kreditur Preferen
Pengecualian:
•Biaya perkara;
•Biaya untuk menyelamatkan barang dimaksud;

Hak mendahulu juga berlaku dalam hal penyelesaian kepailitan.


Daluwarsa Hak mendahulu : 5 tahun sejak 2007,
Sebelum tahun 2007 adalah 2 tahun.
Tertangguh jika :
•Dalam hal Surat Paksa diberitahukan ; atau
•Dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan
angsuran

BUNGA PENAGIHAN 2 % X jumlah kurang bayar


DALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 22 KUP setelah melampaui waktu 5 (lima)


tahun terhitung sejak ketetapan pajak

• memberitahukan Surat Paksa


• WP menyatakan pengakuan utang
• SKPKB/SKPKBT yang diterbitkan
tertangguh
karena tindak pidana perpajakan.
• dilakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan
PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
WP OP :
•WP meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta
warisan dan tidak mempunyai ahli waris, atau ahli waris tidak
P dapat ditemukan,.
E •Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi,
•Daluwarsa Penagihan ;
N •sebab lain sesuai hasil penelitian.
Y
WP Badan:
E •Wajib Pajak bubar, likuidasi , atau pailit dan PP/likuidator,
B /kurator tidak dapat ditemukan
•WP/PP tidak memiliki harta kekayaan lagi;
A •Salinan Surat Paksa kepada PP, likuidator, kurator,
B pengadilan negeri, pengadilan niaga, atau Pemda, baik secara
langsung maupun tidak;
•hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;
•sebab lain sesuai hasil penelitian

Diperlukan penelitian setempat dan penelitan administrasi


PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 539/KMK.03/2002 Tentang Tata Cara
Penghapusan Piutang Pajak Dan Penetapan Besarnya Penghapusan.

DAFTAR PIUTANG YANG DIPERKIRAKAN TIDAK DAPAT ATAU TIDAK


MUNGKIN DITAGIH LAGI UNTUK DILAKUKAN
PENELITIAN SETEMPAT, ATAU PENELITIAN ADMINISTRASI TENTANG
DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK

SURAT PERINTAH PENELITIAN SETEMPAT UNTUK PENAGIHAN


PAJAK NEGARA

LAPORAN HASIL PENELITIAN SETEMPAT

LAPORAN HASIL PENELITIAN ADMINISTRASI


JURUSITA PAJAK

• Adalah Pelaksana tindakan penagihan pajak


• Diangkat oleh pejabat yang ditunjuk Menteri
Keuangan atau gubernur Kepala Daerah
• Persyaratan fisik , mental dan profesional
• Wilayah kerja Juru sita sama dengan wilayah
Pejabat yang mengangkatnya
• Diangkat dengan sumpah jabatan
• Syarat pengangkatan:
• Alasan pemberhentian
ALUR DAN JADWAL
PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK
Dasar Hukum :
UU No 19 Tahun 2000
UU No 28 Tahun 2007  UTANG PAJAK &
BIAYA
PP No 80 Tahun 2007 PENAGIHAN
Langsung,
PMK No 24/PMK.03/2008 Pos, PENCABUTAN
Ekspedisi/  PUTUSAN
kurir dgn
SITA` PENGADILAN
bukti kirim

LUNAS

7 hari SURAT 21 hari 2X24 jam SPMP/ Barang


SKP SP PENYITAAN 14 HARI TDK LUNAS Bergerak
TEGURAN 1X
SKPKB
SKPKBT Jatuh tempo
 SPMP
 JURUSITA + 2 SAKSI PENGUMUMAN
dll  PARATE EXECUTIE  BAP SITA LELANG
 DIBERITAHUKAN  BRG BERGERAK & BRG
OLEH JURUSITA TDK BERGERAK
PAJAK  BRG YG DISITA DILARANG:
 Barang
DIBUAT BAP SP  DIPINDAHTANGANKAN Tdk
 DISEWAKAN 14 hari Bergerak
 DIPINJAMKAN 2X
 DISEMBUNYIKAN
 DIHILANGKAN
 DIRUSAK
 PENYITAAN ATAS REK.
PELAKSANAAN
BANK & EFEK
LELANG

PENGUMUMAN DI
PEMBLOKIRAN PENCEGAHAN PENYANDERAAN SYARAT:
MEDIA MASA  UTANG PAJAK ≥ Rp100 jt
 DIRAGUKAN ITIKAD BAIK
JANGKA WAKTU:
6 BLN DPT DIPERPANJANG MAX 6 BLN
AKIBAT:
UTANG PAJAK TDK HAPUS &
PENAGIHAN TETAP DILAKSANAKAN
* KEP / IJIN MENKEU
SURAT TEGURAN

surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur


atau memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk
melunasi utang pajaknya

Pasal 27 ayat (5) PP 80 tahun 2008 Surat Teguran


tersebut diterbitkan setelah lewat 7 hari dari
tanggal jatuh tempo pembayaran.

Saat jatuh tempo di slide 2


Saat Penerbitan Surat Teguran
PMK NO. 24/PMK.03/2008 ,

1) WP tidak menyetujui pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan tidak


mengajukan keberatan SKPKB atau SKPKBT,  setelah 7 hari jt
pengajuan keberatan.
2) WP tidak tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan
keberatan  setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pengajuan
banding.
3) WP mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan   
setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan pajak yang
masih harus dibayar berdasarkan Putusan Banding.
4) WP menyetujui seluruh pembahasan akhir hasil pemeriksaan 
setelah 7 (hari sejak saat jatuh tempo pelunasan.
5) WP mencabut pengajuan keberatan setelah tanggal jatuh
tempo pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima Surat
Pemberitahuan Untuk Hadir oleh Wajib Pajak  setelah 7 (tujuh)
hari sejak tanggal pencabutan pengajuan keberatan tersebut.
Saat Penerbitan Surat Teguran
PMK NO. 24/PMK.03/2008 ,
• Penanggung Pajak menyampaikan
Tidak perlu permohonan angsuran atau penundaan
diterbitkan pembayaran pajak;
• Dilakukan penagihan seketika dan
sekaligus

Secara Jabatan

Pembetulan Surat
Teguran
Permohonan WP :
•Penggantian atau pembetulan
•dlm jk waktu 7 hari harus dijawab
•Dalam 21 hari tdk ada pelunasan
dilanjutkan dengan Surat Paksa.
Surat Paksa adalah surat perintah membayar
utang pajak dan biaya Penagihan Pajak
 PP tidak melunasi sd. Jt dan telah diterbitkan
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau
surat lain yang sejenis;

 telah dilaksanakan penagihan seketika dan


Diterbitkan dalam hal sekaligus

tidak memenuhi ketentuan dalam keputusan


persetujuan angsuran atau penundaan
pembayaran

Karakteristik :
Memerintahkan dengan paksa untuk melunasi utang pajak beserta biaya
penagihan.
Kepala surat : “ Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Telah memiliki kekuatan eksekutorial dan memiliki kedudukan hukum yang sama
dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
parate executie
Dalam Surat Paksa terdapat 2 (dua) perintah.
- kepada Penanggung Pajak
- kepada Jurusita
Dengan pernyataan : dibacakan dan penyerahan Salinan

menandatangani Berita Acara

PP di tempat tinggal, usaha atau lainnya

Orang dewasa yg tinggal bersama / bekerja di


tempat usaha PP

Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat


atau yang mengurus harta peninggalannya
Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang,
penanggung jawab, pemilik modal, baik di
tempat kedudukan badan yang bersangkutan, di
tempat tinggal mereka maupun di tempat lain
yang memungkinkan

Pengurus :
•PT Direksi, Komisaris, pemegang saham tertentu, dan key
person
•BUT  kepala perwakilan/cabang/Penanggung Jawab.
•CV, Firm, KIK, persek  Direktur / Penanggung Jawab /
Pimpinan.
•Yayasan  Ketua, Pengendali & Penanggung Jawab.

pegawai tetap di tempat kedudukan atau


tempat usaha badan
Pailit  Kurator, Hakim Pengawas atau Balai
Harta Peninggalan
Likuidasi  likuidator

Kuasa WP

PP tidak bisa ditemui  aparat pemda

Alamat tdk diketemukan  papan


pengumuman, media masa, dll

PP menolak menerima SP  ditinggalkan dan


dicatat di BA
PENYITAAN
Menguasai barang Penanggung Pajak guna dijadikan
jaminan untuk melunasi utang pajak

Akibat hukum dari penyitaan adalah beralihnya hak


kepemilikan atas barang Penanggung Pajak kepada
Negara

Objek Sita adalah Barang milik Penanggung Pajak yang


dapat dilakukan Penyitaan
Barang bergerak
Objek sita

Barang Tidak bergerak

Objek sita WP OP ad brg pribadi PP/istri dan anak


dlm tanggungan kec. Pisah harta

Objek sita WP Bdn ad brg perusahaan, pengurus,


penanggungjawab, pemilik modal

Prioritas penyitaan pada barang bergerak dan


dilanjutkan brg tdk bergerak
Jumlah nilai barang yang disita sebesar perkiraan
nilai jual yang cukup untuk melunasi utang pajak

Tidak dapat dijadikan objek sita :


•pakaian dan tempat tidur
•persediaan makanan dan minuman ,peralatan memasak
obat-obatan.
•Perlengkapan bersifat dinas yang diperoleh dari negara;
•buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan
alat-alat untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan;
•peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan
jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp 20.000.000,00
•peralatan penyandang cacat.
Barang yang telah disita oleh Kejaksaan atau Kepolisian
sebagai barang bukti dalam kasus pidana, baru dapat
dilaksanakan setelah barang bukti tersebut dikembalikan
kepada Penanggung Pajak

Surat Perintah Melakukan Penyitaan

Dasar dilakukannya Penyitaan

Perintah kepada Jurusita Pajak


Isi SPMP
Saksi

Perintah untuk membuat BAPS


jangka waktu 2 X 24 jam

dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan oleh


sekurang-kurangnya 2 (dua) orang

Jurusita Pajak harus :


• memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita
Pajak;
• memperlihatkan SPMP;
• memberitahukan tentang maksud dan tujuan
penyitaan

membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita


Badan maka Berita Acara Pelaksanaan Sita
ditandatangani oleh pengurus, kepala perwakilan,
kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal
atau pegawai tetap perusahaan (ORANG YG
BERKEDUDUKAN SEBAGAI PENANGGUNG JAWAB
BDN TSB)

BASP ditandatangani PP

WP OP oleh penanggung pajak OP


PP tidak hadir 1 saksi berasal dari Pemda minimal sekretaris
Kelurahan atau Desa.
Min gol II/a di Kantor Kelurahan/Desa Kecamatan berfungsi sebagai
saksi legalisator
BAPS memuat alasan ketidak hadiran Penanggung Pajak

PP hadir menolak untuk menandatangani BAPS yang


bertandatangan adalah Jurusita dan Saksi-saksi.

Salinan BAPS ditempelkan pada objek sita , atau di tempat objek


sita berada, dan atau di tempat-tempat umum.

Dapat ditempel atau diberi segel sita.. Dalam Segel Sita tertulis
tulisan “ DISITA” , kutipan BAPS , larangan –larangan , ancaman
Pasal 231 KUH Pidana. Segel Sita ditandatangani oleh Jurusita
Pajak.
Penanggung Pajak

Polisi /Samsat
Salinan BAPS BPN

Pemerintah Daerah dan Pengadilan


Negeri setempat

Ditjen Perhubungan Laut, untuk kapal.

Jurusita Pajak menentukan tempat penyimpanan


barang yang telah disita.

hasil lelang barang tidak cukup, dilakukan


penyitaan tambahan
melunasi Biaya Penagihan
Pajak dan Utang pajak

putusan pengadilan
Pencabutan Sita
berdasarkan putusan badan
peradilan pajak

ditetapkan lain oleh Menteri


Keuangan atau Gubernur atau
Bupati/Walikota
Larangan bagi Penanggung Pajak sehubungan
pelaksanaan Penyitaan
• memindahkan hak, memindahtangankan,
menyewakan, meminjamkan, menyembunyikan,
menghilangkan, atau merusak barang yang telah disita;
• membebani barang tidak bergerak yang telah disita
dengan hak tanggungan untuk pelunasan utang
tertentu;
• membebani barang bergerak yang telah disita dengan
fidusia atau diagunkan untuk pelunasan utang tertentu;
dan atau
• merusak, mencabut, atau menghilangkan segel sita
atau salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita yang telah
ditempel pada barang sitaan
Barang yang telah disita Pengadilan
Negeri/PUPN
Penyitaan tidak dapat dilaksanakan

• Terhadap barang yang telah disita sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1), Jurusita Pajak menyampaikan Surat Paksa kepada
Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang.
• Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dalam
sidang berikutnya menetapkan barang yang telah disita dimaksud
sebagai jaminan pelunasan utang pajak.
• Instansi lain yang berwenang setelah menerima Surat Paksa
menjadikan barang yang telah disita dimaksud sebagai jaminan
pelunasan utang pajak.
• Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang menentukan
pembagian hasil penjualan barang dimaksud berdasarkan ketentuan
hak mendahulu Negara untuk tagihan pajak.
perhiasan emas, permata dan sejenisnya
uang tunai termasuk mata uang asing

kekayaan Penanggung Pajak yang disimpan di bank

surat berharga yang diperdagangkan di bursa efek

surat berharga yang tidak diperdagangkan di bursa efek

piutang

penyertaan modal pada perusahaan lain

Penyitaan Barang Tidak Bergerak Tanah dan bangunan


PERHIASAN EMAS, PERMATA DAN SEJENISNYA
• membuat rincian tentang jenis, jumlah dan harga perhiasan
yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran
Berita Acara Pelaksanaan Sita;
• membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.

Diletakkan dlm suatu wadah , ditempel salinan BAPS dan


ditempel Segel Sita

Dapat meminta bantuan jasa Penilai

Dapat dititipkan kepada Penanggung Pajak atau disimpan di


tempat lain
PENYITAAN UANG TUNAI / VALAS

• Menghitung
• Membuat rinciannya : mata uang, besaran
pecahan, jumlah lembar dan nilai nominalnya
• Berita Acara Pelaksanaan Sita, ditandatangani
oleh Jurusita, Penanggung Pajak dan Saksi-saksi
• Meletakan dalam tempat penyimpanan ,
ditempeli dengan segel sita
• Menitipkannya pada Penanggung Pajak atau
menitipkannya pada bank.
KEKAYAAN PENANGGUNG PAJAK YANG
DISIMPAN DI BANK
• Rekening ad. Dana tersimpan pada bank dalam bentuk rekening
koran.
• Simpanan ad. berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam
bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
• Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan cek, bilyet giro, sarana lainnya, atau
pemindahbukuan.
• Deposito Berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian.
• Sertifikat Deposito Berjangka adalah simpanan dalam bentuk
deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat
dipindahtangankan.
• Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati.
harta kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank
adalah objek sita

Penyitaan dilaksanakan dengan pemblokiran terlebih dahulu


Pemblokiran diajukan oleh Pejabat kepada pimpinan bank
disertai dengan salinan Surat Paksa dan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan

Pimpinan bank atau pejabat bank wajib memblokir secara


seketika, setelah menerima permohonan pemblokiran,
membuat Berita Acara Pemblokiran, menyampaikan
salinannya kepada PP dan Ka KPP

Penanggung Pajak setelah diblokir, dapat meminta


pelunasan utang pajak dengan menggunakan rekening yang
diblokir
Jurusita Pajak setelah menerima berita acara pemblokiran
memerintahkan kepada Penanggung Pajak untuk memberi
kuasa kepada bank agar memberitahukan saldo kekayaannya
yang tersimpan pada bank tersebut kepada Jurusita Pajak

Penanggung Pajak yang setuju, memberikan surat Kuasa


kepada Pejabat bank untuk memberitahukan saldo
rekeningnya yang tersimpan di Bank

Penanggung Pajak tidak memberikan kuasa:


•Berita Acara Penolakan memberikan kuasa kepada bank
•Pejabat meminta Gubernur Bank Indonesia melalui Menteri
Keuangan untuk memerintahkan bank memberitahukan saldo
kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank
setelah saldo diketahui :
• Jurusita Pajak melaksanakan penyitaan;
•Jurusita Pajak membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan
ditandatangani oleh Jurusita Pajak, saksi-saksi dan pimpinan
bank atau pejabat bank yang ditunjuk;
•Jurusita Pajak menyampaikan salinan Berita Acara
Pelaksanaan Sita kepada Penanggung Pajak dan pimpinan
bank yang bersangkutan.

Pencabutan pemblokiran

Utang pajak dan biaya penagihan telah dilunasi

Saldo rekening melebihi jumlah utang pajak,


diblokir sebesar utang pajak dan biaya penagihan
saja
• Jangka waktu 14 hari, PP tidak melunasi utang pajak dan
biaya penagihan pajak , Pejabat meminta kepada pimpinan
bank untuk memindahbukukan harta kekayaan PP yang
tersimpan pada bank ke kas negara sejumlah yang
tercantum dalam BAPS.

• Sebelum jangka waktu 14 hari, PP dapat mengajukan


permohonan kepada Pejabat untuk menggunakan barang
sitaan untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang
pajak.
LELANG DAN
PENJUALAN
BARANG SITAAN
LELANG DAN PENJUALAN ASET SITAAN
• Persiapan lelang
• Kepala kantor mengajukan permohonan lelang secara tertulis disertai
dokumen yang disyaratkan kepada Kepala Kantor Lelang.
• Jurusita menyiapkan Berkas-Berkas Penagihan yang terdiri dari:
• STP, SKPKB, SKPKBT, SPPT, SKP, SKPT, STB, SKBKB, SKBKBT, SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Peninjuan Kembali
• Surat Setoran Pajak atau bukti transaksi pembayaran pajak (NTPP),
• Surat Teguran
• Surat Paksa
• Laporan Surat Paksa
LELANG DAN PENJUALAN ASET SITAAN

• Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan


• mberitahuan Penyitaan Barang Tidak Bergerak atas nama Wajib
Pajak/Penanggung Pajak
• Berita Acara Pelaksanaan Sita
• Permintaan Jadwal Waktu dan tempat pelelangan
• Surat Pemberitahuan akan Dilakukan Pelelangan/Kesempatan Terakhir
• Bukti-bukti pemilikan dari barang-barang yang disita, antara lain untuk
pelaksanaan tanah atau tanah dan bangunan dilengkapi dengan:
• Surat Keterangan Tanah dari Kantor Pertanahan/ BPN apabila kepemilikan
tanah sudah terdaftar; atau
• Surat Keterangan dari Kepala Desa/Lurah yang menerangkan status
kepemilikan dan selanjutnya Kepala KLN meminta Surat Keterangan Tanah
dari Kantor Pertanahan.
• Daftar Perincian utang pajak terdiri dari: Pokok Pajak, bunga/denda dan
biaya penagihan.
Pengumuman lelang
 Pengumuman lelang dilakukan setelah kepastian waktu lelang
KP2LN
 Kepala Kantor mengumumkan lelang paling cepat 14 hari
setelah penyitaan, melalui surat kabar harian, selebaran atau
tempelan atau media elektronik termasuk internet di wilayah
kerja Kantor Lelang
 Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 kali.
 Pengumuman lelang barang tidak bergerak dilakukan 2 kali.
Jangka waktu pengumuman pertama dengan kedua
sekurang-kurangnya 15 hariPengumuman kedua harus
dilakukan melalui surat kabar harian dan dilakukan sekurang-
kurangnya 14 (empat belas) hari sebelum pelaksanaan lelang.
Pengumuman lelang
 Pengumuman lelang barang tidak bergerak yang akan
dilelang bersama-sama dengan barang bergerak, maka
pengumumannya dilakukan sebagai berikut:
 Pengumuman pertama dilakukan untuk barang bergerak
dan barang tidak bergerak.
 Pengumuman kedua dilakukan hanya untuk barang tidak
bergerak.
 Pengumuman lelang untuk barang dengan nilai paling
banyak Rp.20.000.000,- tidak harus diumumkan melalui
media massa,
Pembatalan Pengumuman Lelang

• Apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak melunasi


utang-utang pajak serta biaya pelaksanaannya
sesudah pengumuman lelang dimuat di surat
kabar/media cetak/media elektronik tetapi
sebelum pelaksanaan lelang, maka pengumuman
lelang itu dibatalkan dengan memuat iklan
pembatalan lelang dalam surat kabar/media
cetak/media elektronik yang bersangkutan.
• Pembatalan Pengumuman Lelang baru dapat
dilakukan apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak
menunjukkan bukti pembayaran utang pajak
serta biaya pelaksanaannya.
Pelaksanaan Lelang 1

• Penjualan secara lelang setelah 14 hari sejak


pengumuman lelang melalui media massa
• Kepala Kantor bertindak sebagai penjual barang
yang disita mengajukan permohonan lelang
kepada Kantor Lelang sebelum pelaksanaan
lelang
• Kepala Kantor menentukan nilai limit dan
diserahkan kepada Pejabat Lelang selambat-
lambatnya pada saat akan dimulainya
pelaksanaan lelang
Pelaksanaan Lelang 2
• Kepala Kantor atau yang mewakilinya menghadiri
pelaksanaan lelang untuk:
 menentukan dilepas atau tidaknya barang yang dilelang
apabila harga penawaran yang diajukan oleh calon pembeli
lebih rendah dari harga limit yang ditentukan,
 menghentikan lelang apabila hasil lelang sudah cukup
untuk melunasi utang pajak dan atau biaya penagihan
pajak,
 menandatangani asli Risalah Lelang
• Kepala Kantor, Kepala Seksi Penagihan dan Jurusita Pajak,
termasuk istri, keluarga sedarah dan semenda dalam
keturunan garis lurus, serta anak angkat; tidak
diperbolehkan membeli barang sitaan yang dilelang.
Pelaksanaan Lelang 3
Lelang tetap dapat dilaksanakan meskipun:
• Wajib Pajak sedang mengajukan keberatan dan belum
memperoleh keputusan keberatan (eseblun UU no.
28/2007)
• Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak hadir.

Lelang tidak dilaksanakan dalam hal:


• Wajib Pajak/ Penanggung Pajak telah melunasi utang
pajak dan biaya penagihan pajak
• Terdapat putusan pengadilan
• Objek lelang musnah
Pelaksanaan Lelang 4
• Pejabat harus menghentikan pelaksanaan lelang apabila
hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk
melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak. Sisa
barang dan kelebihan hasil lelang harus dikembalikan
paling lambat 3 hari setelah pelaksanaan lelang.

• Penggunaan hasil lelang terlebih dahulu untuk membayar


biaya penagihan pajak dan sisanya untuk membayar utang
pajak.

• Biaya penagihan pajak ditambah 1% dari:


• Hasil penjualan barang yang dikecualikan dari penjualan
secara lelang
• Pokok lelang dari penjualan secara lelang.
Akibat Lelang
• Hak Penanggung Pajak atas barang yang dilelang
berpindah kepada pembeli dan kepadanya diberikan
Risalah Lelang yang merupakan bukti otentik sebagai
dasar pendaftaran dan pengalihan hak
• Apabila setelah pelaksanaan lelang Wajib Pajak
memperoleh keputusan keberatan atau putusan
banding yang mengakibatkan utang pajak menjadi
berkurang atau nihil sehingga menimbulkan kelebihan
pembayaran pajak, Wajib Pajak tidak dapat meminta
atau tidak berhak menuntut pengembalian barang
yang telah dilelang. (sebelum UU no. 28/2007)
• Kepala Kantor mengembalikan kelebihan pembayaran
pajak dalam bentuk uang.
PENCEGAHAN DAN
PENYANDERAAN
Pencegahan
PENCEGAHAN 
• Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara
terhadap Penanggung Pajak tertentu untuk keluar dari
wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Pencegahan sangat selektif dan hati-hati. Tidak boleh
sewenang-wenang, diberikan syarat-syarat yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif.
• Syarat Kualitatif tunggakan sebesar Rp100.000.000,00
dan syarat kuantitatif adalah diragukan itikad baiknya.
• Pencegahan terhadap Penanggung Pajak tidak
mengakibatkan hapusnya utang pajak dan terhentinya
pelaksanaan penagihan pajak.
Pencegahan
Dasar Hukum :

• Psl 1 angka 20, Psl 29 – Psl 32 UU Nomor 19 thn 2000 UU


PPSP;
• Psl 11-Psl 14 UU No 9 Thn 1992 ttg Keimigrasian;
• PP No. 30 Thn 1994 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pencegahan dan Penangkalan;
• Psl 1 angka 13, Psl 117 – Psl 134 KMK No. 300/KMK.01/2002
tanggal 13 Juni 2002 tentang Pengurusan Piutang Negara;
• S-43/PJ.045/2007 tanggal 28 Maret 2007 perihal Tata Cara
Permintaan Pencegahan, Perpanjangan, dan Pencabutan
Bepergian ke Luar Negeri
• S-158/PJ.75/2006 tanggal 30 Agustus 2006 perihal Permintaan
Usulan Pencegahan Wajib Pajak/Penanggung Pajak Bepergian
ke Luar Negeri
Pencegahan
• Pencegahan dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini
adalah Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992
tentang Keimigrasian
• Keputusan pencegahan diterbitkan oleh Menteri
Keuangan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam UU No. 9 Thn 1992 tentang
Keimigrasian, yang menentukan bahwa
wewenang dan tanggung jawab atas pencegahan
dilakukan oleh Menkeu jika menyangkut urusan
piutang negara.
Pencegahan
• Keputusan pencegahan memuat sekurang-kurangnya:
- Identitas Penanggung Pajak yang dikenakan pencegahan:
a. nama
b. umur
c. Pekerjaan
d. Alamat
e. jenis kelamin; dan
f. kewarganegaraan.
g. Alasan untuk melakukan pencegahan
h. Jangka waktu pencegahan
i. Jangka waktu pencegahan atau penangkalan harus secara
tegas ditentukan dalam keputusan pencegahan atau
penangkalan.
Pencegahan
• Keputusan pencegahan tersebut
disampaikan kepada Penanggung Pajak
yang dikenakan pencegahan, Menteri
Kehakiman (Menteri Hukum dan HAM),
Pejabat yang memohon pencegahan, atasan
Pejabat yang bersangkutan, dan Kepala
Daerah setempat.
• Tindakan pencegahan ini dapat dilakukan
terhadap beberapa orang sebagai
Penanggung Pajak Wajib Pajak Badan atau
ahli waris.
Pelaksanaan Pencegahan
• Pelaksanaan atas keputusan pencegahan tersebut dilakukan oleh
Menteri Kehakiman (Menteri Hukum dan HAM) atau Pejabat
Imigrasi .
• Berdasarkan keputusan pencegahan yang diterimanya dari
Menkeu, Menteri Kehakiman (Menteri Hukum dan HAM)
memerintahkan Dirjen Imigrasi agar nama orang yang terkena
pencegahan dimasukkan ke dalam Daftar Pencegahan dan
melaksanakan pencegahan. Direktur Jenderal Imigrasi dalam waktu
paling lama 7 hari sejak tanggal menerima perintah tersebut
langsung memasukkan nama orang yang dikenai pencegahan ke
dalam Daftar Pencegahan dan mengirimkannya kepada Kepala
Kantor Imigrasi di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia untuk
melaksanakan pencegahan.
• Berdasarkan keputusan pencegahan tersebut, Pejabat Imigrasi di
Tempat Pemeriksaan Imigrasi wajib menolak orang-orang tertentu
ke luar wilayah Indonesia.
• Keputusan pencegahan disampaikan dengan surat tercatat kepada
orang atau orang-orang sebagai Penanggung Pajak selambat-
lambatnya 7 hari terhitung sejak tanggal penetapan.
Jangka Waktu Pencegahan
• Jangka waktu pencegahan paling lama 6 (enam) bulan dan
dapat diperpanjang untuk selama-lamanya 6 (enam) bulan.
• Keputusan Perpanjangan dan Keputusan Pencabutan
Pencegahan
• Apabila tidak ada keputusan perpanjangan, pencegahan yang
sudah ditetapkan berakhir demi hukum.
• Keputusan pencegahan atau penangkalan dinyatakan
berakhir karena:
– Telah habis masa berlakunya
– Dicabut oleh pejabat yang berwenang menetapkan; atau
– Dicabut berdasarkan putusan Pengadilan Tata Usaha
Negara
• Apabila keputusan pencegahan dinyatakan berakhir sebelum
habis masa berlaku sebagaimana tercantum dalam surat
keputusan pencegahan, maka pencabutan tersebut harus
dinyatakan dalam bentuk keputusan pencabutan.
• Keputusan pencabutan pencegahan tersebut disampaikan
kepada:
1. Penanggung Pajak yang dikenai pencegahan;
2. Menteri Kehakiman (Menteri Hukum dan HAM)

• Berdasarkan keputusan pencabutan pencegahan tersebut,


Penanggung Pajak yang dikenai pencegahan dicoret dari
Daftar Pencegahan. Direktur Jenderal Imigrasi dalam waktu
paling lama tujuh hari sejak tanggal menerima keputusan
pencabutan tersebut mencoret nama Penanggung Pajak
yang dikenai pencegahan dari Daftar Pencegahan, dan
mengirimkannya kepada Kepala Kantor Imigrasi di seluruh
wilayah Negara Republik Indonesia.
Pelaksanaan Penyanderaan
• Surat Perintah Penyanderaan memuat sekurang-
kurangnya:
1. identitas Penanggung Pajak;
2. alasan penyanderaan;
3. izin penyanderaan;
4. lama penyanderaan;
5. tempat penyanderaan.
 
• Permohonan izin penyanderaan diajukan oleh Kepala
KPP/KPPBB kepada Menteri Keuangan melalui
Direktur Jenderal Pajak u.p. Direktur Pemeriksaan dan
Penagihan dalam bentuk Surat Permohonan Izin
Melakukan Penyanderaan dengan tembusan Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang
bersangkutan
Pelaksanaan Penyanderaan
Permohonan izin penyanderaan memuat
sekurang-kurangnya:
1. identitas Penanggung Pajak yang akan
disandera;
2. jumlah utang pajak yang belum
dilunasi;
3. tindakan penagihan pajak yang telah
dilaksanakan;
Pelaksanaan Penyanderaan
Penanggung Pajak diragukan itikad baiknya dalam pelunasan utang
pajak, yang meliputi:
•Penanggung Pajak tidak merespon himbauan untuk melunasi utang
pajak;
•Penanggung Pajak tidak menjelaskan/tidak bersedia melunasi utang
pajak baik sekaligus maupun angsuran;
•Penanggung Pajak tidak bersedia menyerahkan hartanya untuk
melunasi utang pajak;
•Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya atau berniat untuk itu;
•Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau
yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan
perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia;
•Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya, atau
menggabungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau
memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau
melakukan perubahan bentuk lainnya.
Tempat Penyanderaan
Tempat penyanderaan adalah rumah tahanan negara yang
dijadikan tempat pengekangan sementara waktu kebebasan
Penanggung Pajak yang terpisah dari tahanan lain.
Tempat penyanderaan tersebut memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. tertutup dan terasing dari masyarakat;
2. mempunyai fasilitas terbatas;
3.mempunyai sistem pengamanan dan pengawasan yang
memadai.
Sebelum tempat penyanderaan yang sesuai persyaratan
tersebut dibentuk, Penanggung Pajak yang disandera dititipkan
di rumah tahanan negara dan terpisah dari tahanan yang lain.
Kondisi Pengecualian
Penyanderaan tidak boleh dilaksanakan dalam hal Penanggung Pajak
sedang melakukan kegiatan:
1.beribadah,
2.mengikuti sidang resmi, atau
3.mengikuti Pemilihan Umum.

Jangka Waktu Penyanderaan


Masa penyanderaan paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak
Penanggung Pajak ditempatkan dalam tempat penyanderaan dan
dapat diperpanjang untuk selama-lamanya 6 (enam) bulan.

Penentuan lamanya penyanderaan didasarkan pada:


1.perhitungan besarnya utang pajak
2.besarnya jumlah harta yang disembunyikan
3.hubungan harta yang disembunyikan tersebut dengan itikad tidak
baik Penanggung
4.Pajak untuk melunasi utang pajaknya
Penghentian Penyanderaan
Gugatan terhadap Pelaksanaan
Penyanderaan
•Penanggung Pajak yang disandera dapat
mengajukan gugatan terhadap pelaksanaan
penyanderaan hanya kepada Pengadilan Negeri.
Gugatan Penanggung Pajak tersebut di atas
tidak dapat diajukan setelah masa
penyanderaan berakhir.
Rehabilitasi Nama Baik dan Pemberian Ganti Rugi

Dalam hal gugatan Penanggung Pajak tersebut


dikabulkan oleh pengadilan dan putusan pengadilan
tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
diberikan hak untuk mengajukan permohonan
rehabilitasi nama baik dan ganti rugi.

Permohonan rehabilitasi nama baik Penanggung


Pajak diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia kepada Kepala KPP/KPPBB sebagai
Pejabat yang menerbitkan Surat Perintah
Penyanderaan, dengan dilengkapi dengan
persyaratan sebagai berikut:
1.Putusan Pengadilan;
2.Surat Perintah Penyanderaan;
3.Surat Pemberitahuan Pelepasan Penanggung Pajak
yang disandera.
Rehabilitasi Nama Baik dan Pemberian Ganti Rugi

Rehabilitasi nama baik dilaksanakan oleh Pejabat


dalam bentuk 1 (satu) kali pengumuman pada
media cetak harian yang berskala
nasional/regional/lokal dengan ukuran yang
memadai, yang dilakukan paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak diterimanya permohonan
Penanggung Pajak.

Ganti rugi diberikan paling lambat 30 (tiga


puluh) hari sejak diterimanya permohonan
Penanggung Pajak. Besarnya ganti rugi yang
diberikan kepada Penanggung Pajak adalah
sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah)
setiap hari selama masa penyanderaan yang
dijalaninya.

Anda mungkin juga menyukai