Ref. Lumbalis
Ref. Lumbalis
Vertebra atau tulang belakang terdiri dari 33 ruas yaitu terdiri dari 7 V.Cervical, 12 V.Thorakal, 5 V.Lumbal, 5 V.Sakrum dan 4
V.Coxigeus. Vertebra Lumbal adalah vertebra terbesar diantara vertebra yang lainnya karena harus menopang beban terberat.
Kelainan-kelaianan yang dapat terjadi pada lumbal antara lain yaitu disc disorder, spondylolysis, spondylolisthesis, rheumatoid
Arthritis, neoplastic diseases, metabolic bone disease (Deviyanti, et al., 2013).
Lumbal terdiri atas 5 tulang yang merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang
yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.
1. Processus spinosus
2. Processus tranversus/costarius
3. Processus accecorius
4. Pediculus arcus vertebra
5. Lamina arcus vertebralis
6. Incisura vertebralis superior
7. Incisura vertebralis inferior
8. Corpus vertebra
9. Processus articularis superior
10. Processus articularis inferior
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas
korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamnetum longitudinale anterior dan posterior.
Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang
menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebra. Bagian posterior vertebra antara satu dan lain dihubungkan
dengan sendi apofisial
Canalis Spinalis
Konfigurasi canalis spinalis pada potongan melintang terutama terbentuk oleh bagian posterior lengkung syaraf dan
permukaan posterior corpus vertebrae di bagian anteriornya. Bentuk canalis adalah oval pada vertebrae L1 dan berbentuk segitiga
pada vertebrae L5. Karena saraf lumbalis yang paling besar terdapat pada L5, sedangkan di daerah tersebut terjadi penyempitan,
maka terdapat kemungkinan adanya penjepitan syaraf oleh struktur-struktur pembentuk foramen. Corda spinalis akan berakhir
dengan conus medullaris setinggi batas inferior vertebra L1. Area lumbosakral dari canalis spinalis mengandung cauda equina.
Diskus Intervertebralis
Diskus intervertebralis merupakan struktur hidrodinamik elastik, penghubung utama antara dua vertebrae yang berurutan.
Membentuk sepertiga bagian (33%) dari seluruh panjang vertebrae lumbal (20% pada vertebrae thoraks dan cervical) dan
terbentuk dari tiga komponen. Berfungsi sebagai sendi universal, sehingga dapat menyebabkan pergerakan yang lebih besar
antara corpus vertebrae daripada jika tulang vertebrae dihubungkan langsung satu dengan yang lainnya.
Syndemosis
Hubungan antar corpus vertebra karena adanya ligamentum
1. Ligamentum Flavum : Hubungkan 2 arcus vertebra
2. L. Interspinale : Hubungkan 2 Proc spinosus
3. L. Supraspinale : Hubungkan puncak spinosus
4. Longitudinale anterius : permukaan kolumna vertebra
5. Longitudinale posterior vertebra : permukaan canalis vertebra
6. L. Intertranversarium : hubungkan 2 proc transversus
Lapisan paling superfisial di bawah jaringan sub kutan mengandung fascia lumbodorsal. Di bagian medial, fascia ini melekat
pada bagian dorsal procesus spinosus, bagian inferior dengan crista iliaca dan crista lateral sacrum, bagian lateral berfungsi
sebagai origo otot latissimus dorsi dan transversus abdominis, serta bagian superior melekat pada sudut tulang iga di regio
thoraks. Fascia ini juga dikelilingi oleh otot-otot sacrospinalis. Dibawah fascia terletak otot-otot multisegmental superficial, yang
secara kolektif disebut dengan nama otot erector spinae. Origo fascia ini adalah sebuah tendon tebal yang melekat pada bagian
posterior dari sacrum, crista iliaca, processus spinosus dan ligamen supraspinosus.
Arteri
Vertebra lumbal mendapatkan suplai darah langsung dari aorta. Empat buah verterbra lumbal pertama suplai darah arterinya
berasal dari empat pasang arteri lumbal yang berasal langsung dari bagian posterior aorta didepan corpus ke empat vertebrae
tersebut. Setiap arteri segmental atau lumbal bercabang dua sebelum memasuki foramina sacralis.
Lumbal 5, sacrum dan coccygeus diperdarahi oleh cabang medial arteri superior gluteal atau hipogastrik. Arteri ini akan
mengikuti kontur sacrum dan memberikan percabangannya kepada setiap foramen sacralis anterior. Arteri ini akan memberikan
suplai pembuluh darah untuk canalis sacralis dan keluar dari foramina sacralis posterior untuk memberikan percabangannya ke
otot punggung bawah
Vena
Pola pembuluh darah untuk drainase vena berjalan dengan jalur yang sama dengan suplai arteri. Sistem vena mengalirkan
darah dari sistem vena internal dan eksternal ke dalam vena cava inferior.
Drainage venous berasal dari jaringan vena postcapillary yang mengosongkan isinya kedalam sistem subarticular horizontal
collecting melalui vertical channels yang menembus endplates. Dari sistem ini, venules akan berjalan ke saluran vena besar di
pusat yang kemudian akan mencabangkan satu atau dua vena basivertebral yang besar. Darah selanjutnya akan dialirkan kedalam
plexus vena vertebral internal. Plexus ini terletak didalam canalis spinalis antara duramater dan vertebra. Dasar plexus ini
terbentuk dari dua pasang saluran vena yang berjalan longitudinal, satu di anterior saccus dural dan satu pada bagian posterior,
yang beranastomose satu dengan yang lainnya serta dengan plexus vena eksternal.
Dermatom
• L1 : Semua ekstremitas bawah, menyebar sampai lipat paha dan bagian belakang
dari bokong
• L2 : Ekstremitas bagian bawah kecuali sepertiga atas anterior paha
• L3 : Ekstremitas bawah dan daerah sadel
• L4 : Sama dengan lesi L3, kecuali anterior paha
• L5 : Aspek luar kaki dan pergelangan kaki serta ekstremitas bawah dan area sadel
Pergerakan terbesar vertebra lumbal tampak pada saat fleksi ke depan dan ekstensi.
Pergerakan yang lebih kompleks akan melibatkan kombinasi fleksi ke depan, menekuk ke
samping, dan berputar. Pergerakan tulang belakang sendiri sering merupakan gabungan, contoh
ketika satu vertebra bergerak relatif terhadap yang lainnya maka akan terjadi rotasi dan
translasi pada waktu yang bersamaan. Pergerakan vertebrae lumbal dilakukan dalam
hubungannya dengan komponen komponen lain tulang belakang dan pelvis. Lumbar-pelvic
rhythm adalah aktivitas neuromuskuler dasar dalam proses kembalinya secara simultan lumbar
lordosis dan perubahan posisi pelvis. Komponen lumbal dari ritme ini menyebabkan tulang
belakang lumbosacral berubah dari konkaf, ke lurus ke konfigurasi konvex.
Lumbo-Peliv rythim
Pergerakan vertebrae lumbal adalah fleksi, ekstensi, fleksi lateral, dan rotasi. Keluasan pergerakan pada bidang-bidang gerak
ini dibatasi oleh ekstensibilitas ligamen longitudinal, permukaan artikuler dan kapsul, cairan dalam diskus, dan kelenturan otot.
Ekstensi vertebrae lumbal mempunyai rentang luas gerak 300 dan dibatasi oleh ligamen longitudinal anterior. Fleksi ke depan
mempunyai rentang luas gerak untuk vertebra lumbal 450, yang terjadi paling besar (75%) di ruang antara L5- S1. Lateral fleksi
dibatasi 200 hingga 300. Rentang segmental maksimal antaral L3 dan L4 dan minimal antara L5 dan S1.
• Fleksi tungkai atas pada pinggul (abduksi dan endorotasi) : M. Tensor fasia lata L4-L5
• Dorsofleksi dan supinasi kaki : M. Tibilais anterior L4-L5
• Supinasi dan fleksi plantar kaki : M. Tibialis posterior L4-L5
Inspeksi
Inspeksi merupakan suatu pemeriksaan, dimana pemeriksaan tersebut memlihat pasien secara langsung dan mengidentifikasi
tanda – tanda dari keluhan yang pasien alami. Pemeriksaan inspeksi ada dua, yaitu secara statis dan dinamis. Inspeksi statis
merupakan inspeksi yang dilakukan saat pasien tidak bergerak atau dalam keadaan diam, sedangkan inspeksi dinamis merupakan
inspeksi yang dilakukan saat pasien bergerak.
Palpasi
Palpasi merupakan suatu pemeriksaan dengan cara memegang, menekan dan meraba bagian tubuh pasien. Bertujuan untuk
mengetahui adanya spasme otot, nyeri tekan, suhu lokal, tonus, oedema dan perubahan bentuk. Dari pemeriksaan ini didapatkan
nyeri tekan pada m. erector spinae dan tidak terdapat bengkak.
Gerakan Dasar
Gerak aktif
Gerak aktif merupakan gerak yang dilakukan secara mandiri oleh pasien. Pada pemeriksaan gerak aktif yang dilakukan, diperoleh hasil
yaitu pasien dapat melakukan gerakan aktif pada daerah lumbal dengan baik, full ROM, tidak terdapat nyeri, seperti gerakan flexi lumbal,
lateral flexi dextra, lateral flexi sinistra, namun hanya saja sedikit terbatas pada gerak extensi lumbal.
Gerak pasif
Gerak pasif merupakan gerak yang dibantu oleh pemeriksa, pasien dalam keadaan diam, dan pemeriksa yang sepenuhnya menggerakkan
tubuh pasien. Pada pemeriksaan gerak pasif yang dilakukan, pada saat posisi pasien berdiri, secara pasif trunk pasien digerakkan ke arah flexi,
lateral flexi dextra dan lateral flexi sinistra tidak terbatas dan tidak timbul nyeri. Sedangkan untuk gerakan ekstensi dilakukan pada saat pasien
tengkurap, dan diperoleh informasi yaitu pasien mengalami keterbatasan karena timbul nyeri pada punggung bawah.
Gerakan dasar
Gerak isometrik melawan tahanan
Gerak isometrik melawan tahanan merupakan gerak aktif, namun mendapatkan tahanan dari pemeriksa, dan dari gerakan ini
tidak menimbulkan gerakan atau perubahan lingkup gerak sendi. Diperoleh data bahwa, pada gerakan flexi trunk dapat dilakukan
tanpa timbulnya nyeri, dan pada gerakan ekstensi trunk timbul nyeri.
Pemeriksaan Spesifik
Pemeriksaan spesifik yang dilakukan untuk memeriksa hal-hal yang diperlukan
untuk menegakkan diagnosa ataupun dasar penyusunan problematik, tujuan dan
tindakan fisioterapi, antara lain sebagai berikut :
Pemeriksaan Derajat Nyeri
Pemeriksaan nyeri dilakukan dengan menggunakan alat ukur Verbal Discriptive
Scale (VDS). Cara pengukuran derajat nyeri dengan menggunakan VDS terdapat
tujuh nilai yaitu : nilai 1 tidak nyeri, nilai 2 nyeri sangat ringan, nilai 3 nyeri ringan,
nilai 4 nyeri tidak begitu berat, nilai 5 nyeri cukup berat, nilai 6 nyeri berat, nilai 7
nyeri tak tertahankan. Dalam pemeriksaan nyeri yang dilakukan pada regio lumbal,
diperoleh hasil sebagai berikut: Nyeri diam = 1 (tidak nyeri) Nyeri tekan (m. erector
spinae) = 3 (nyeri ringan) Nyeri gerak (ekstensi) = 4 (nyeri tidak begitu berat).
group / kelompok otot. (Bambang, 2012). kedua tangan menyilang dan costa serta ekstensi
dada, scapula terangkat lumbal dengan kedua
penuh tangan di samping badan
Nilai 5 Mengangkat kepala dengan Mengangkat kepala, dada
kedua tangan di belakang dan costa serta ekstensi
leher, scapula terangkat lumbal dengan kedua
penuh tangan di belakang leher
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Khusus
SLR (Straight Leg Rissing)
Posisi pasien tidur terlentang dengan hip fleksi dan knee ekstensi. Secara
perlahan kita gerakkan pasif fleksi hip kurang dari 30 derajat. Positif bila pasien
merasakan nyeri yang menjalar dari punggung bawah sampai tungkai bawah dan
ankle. Dari pemeriksaan yang dilakukan pada kedua tungkai diperoleh hasil negatif.
Pemeriksaan Khusus
Bragard test
Posisi pasien tidur terlentang, kemudian pemeriksa menggerakkan fleksi hip secara
pasif dengan knee lurus disertai dorsi fleksi ankle dengan sudut 30 derajat. Positif bila
pasien merasakan nyeri pada posterior gluteal yang menjalar ke tungkai. Dari pemeriksaan
yang dilakukan pada kedua tungkai diperoleh hasil negatif.
Pemeriksaan Khusus
Tes Neri
Gerakan sama dengan tes SLR hanya ditambah gerakan fleksi kepala secara aktif dan biasanya dilakukan pada 40-60 derajat.
Positif bila dirasakan nyeri sepanjang distribusi n. Ischiadicus. Dari pemeriksaan yang dilakukan pada kedua tungkai diperoleh
hasil negatif.
Pemeriksaan Khusus
Forward Bending Test (Adam Test)
Forward bending test dilakukan untuk mengetahui perbedaan tinggi
scapula, hal ini dilakukan dengan cara melakukan flexi lumbal. Dari
pemeriksaan yang dilakukan diperoleh hasil yaitu scapula dextra lebih tinggi
dari pada scapula sinistra.
Pemeriksaan Khusus
Cobb Methode
Cobb methode dilakukan untuk mengetahui sudut dari kemiringan scoliosis. Hal ini
dilakukan dengan cara mengukur sudut kemiringan vertebra pada foto rontgen pasien. Dari
pemeriksaan tersebut diperoleh hasil sudut kemiringan scoliosis sebesar 15 o, yang artinya
termasuk scoliosis derajat ringan, dengan ciri timbul keluhan nyeri pada pinggang,
rheumatic, Hernia Discus Intervertebralis atau gangguan muskuloskeletal (bahu sudah
mulai tampak asimetris, namun belum begitu terlihat).
Penatalaksanaan
Micro Wave Diathermy (MWD)
Pastikan pasien bukan kontra indikasi dari terapi ini. Test sensibilitas pasien menggunakan
air hangat dan air dingin. Kemudian bebaskan area yang akan di terapi dari kain, sebagai
gantinya alasi area yang akan diterapi mengggunakan handuk. Tidak lupa jelaskan kepada pasie
tentang manfaat pemberian dan efek yang ditimbulkan dari pemberian terapi MWD ini, yaitu
timbulnya rasa hangat. Posisi pasien pun harus senyaman mungkin dan jika dapat pasien
diposisikan tengkurap.
Penatalaksanaan
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Pastikan pasien bukan kontra indikasi dari terapi ini. Test sensibilitas pasien menggunakan
benda tajam dan tumpul. Kemudian bebaskan area yang akan di terapi dari kain. Tidak lupa
jelaskan kepada pasien tentang manfaat pemberian dan efek yang ditimbulkan dari pemberian
terapi TENS ini, yaitu timbulnya rasa seperti tertusuk – tusuk ringan. Posisi pasien pun harus
senyaman mungkin dan jika dapat pasien diposisikan tengkurap.
Terapi Latihan
Gerakan William Fleksi
William Fleksi
Pasien tidur terlentang diatas matras dengan kedua tungkai ditekuk dan kedua telapak kaki rata
dengan permukaan matras. Lalu gerakan yang dilakukan adalah pasien menekankan pinggangnya
ke arah matras, sehingga permukan punggung menjadi rata, dengan cara mengkontraksikan otot
perut. Setiap kontraksi ditahan 5 hitungan, kemudian rileks dan diulang 5-8 kali.
William Fleksi 2
Pasien diminta untuk mengkontraksikan otot perut dan menekuk kepala sehingga dapat
menyentuh dada. Tahan 5 hitungan, kemudian rileks dan diulang 5-8 kali.
William Fleksi 3
Pasien diminta untuk menekuk salah satu lututnya ke arah dada, dengan kedua tangan
memegang paha belakang, pada saat bersamaan pasien diminta untuk menekuk kepala sehingga
bahu atas terangkat, tahan 5 hitungan, kemudian rileks, ulangi 5-8 kali. Kemudian pasien ulangi
oada kaki satunya.
William Fleksi 4
Gerakan sama seperti no.3 namun pasien diminta untuk menekuk kedua lututnya
bersamaan, tahan 5 hitungan lalu ulangi 5-8 kali.
William Fleksi 5
Posisi pasien berdiri tegak dan punggung menempel dinding, dengan satu tungkai juga
menempel, sedangkan tungkai yg lain lebih kedepan. Pasien diminta untuk menekankan
punggungnya ke dinding, sehingga kurva vertebra lurus, tahan 5 detik lalu ulangi 10 kali.
Streching Thorak
Pasien berdiri tegak, salah satu tangan diletakkan pada punggung, lalu pasien melakukan
gerakan mengangkat tangan kanan dan kiri bergantian secara aktif, setiap gerakan ditahan 5
detik, kemudian dilakukan kembali secara bergantian.
Lower Back Streching
Pasien dalam posisi merangkak lalu menggerakkan punggung fleksi dan ekstensi yang
dilakukan sebanyak 10 kali hitungan, 5 kali repetisi.
Edukasi yang diberikan untuk pasien ini yaitu melaksanakan secara aktif latihan yang seperti di contohkan oleh terapis, yaitu
program Terapi Latihan seperti William Flexi, flexibilitas punggung, stretching thorak, dan juga lower back stretching. Latihan ini
akan membantu pasien untuk memperbaiki postur tubuhnya. Selain itu untuk memperbaiki postur tubuh pasien, cara bangun dari
tidur dan bangkit dari duduk juga perlu diperhatikan, semua posisi tubuh diusahakan tetap tegak. Selain aktif melaksanakan
latihan, pasien dianjurkan untuk mengurangi kegiatan yang dapat memperberat nyeri dan scoliosis yang di derita pasien, seperti
mengangkat benda berat. Terapi Latihan dapat dilakukan dengan 8 kali hitungan dan 8 kali pengulangan.
Evaluasi penatalaksanaan fisioterapi pada Low Back Pain akibat Spondilosis dan Scoliosis bertujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan terapi selama enam kali, dengan modalitas yang diberikan yaitu MWD, TENS, massage dan Terapi Latihan.
Dan pengukuran yang dipergunakan yaitu:
1. Pemeriksaan nyeri menggunakan Skala Verbal Descriptive Scale (VDS).
2. Lingkup gerak sendi menggunalan pita ukur (Scoober).
3. Kekuatan otot menggunakan Manual Muscle Testing (MMT).
4. Aktivitas fungsional menggunakan Skala Oswestry.
TERIMA KASIH