Anda di halaman 1dari 33

AKUNTANSI

IJARAH
Hizb alfulki fauzan
Pendahuluan
 Pada penjelasan kali ini saya akan membahas secara khusus akuntansi untuk
transaksi Ijarah dan Ijarah muntahiya bittamlik. Pembahasan diawali dengan bahasan
detail tentang ketentuan syariah terkait skema transaksi ijarah dan ijarah muntahiya
bittamlik. Kemudian, akan dibahas tentang alur transaksi beserta variasi yang
mungkin muncul terkait dengan sifat dasar transaksi ijarah dan ijarah muntahiya
bittamlik dan dilanjutkan dengan teknik pengakuan dan pengukuran berbagai
transaksi yang terjadi tersebut. Relevansi bab ini adalah sebagai dasar pengetahuan
dalam menguasai praktik akuntansi terkait pengakuan dan pengukuran berbagai
transaksi yang terjadi dalam aktivitas penyaluran dana bank syariah dengan
menggunakan skema ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik.
Definisi

   Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT) merupakan transaksi sewa-menyewa yang
diperbolehkan oleh syariah. Akad ijarah merupakan akad yang memfasilitasi transaksi
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa/upah tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang. Adapun akad IMBT
memfasilitasi transaksi ijarah, yang pada akhir masa sewa, penyewa diberi hak pilih untuk
memiliki barang yang disewa dengan cara yang disepakati oleh kedua belah pihak. Akad
ijarah dalam suatu lembaga keuangan syariah dapat digunakan untuk transaksi penyewaan
suatu barang maupun penggunaan suatu jasa yang dibutuhkan oleh nasabah.
 penggunaan Ijarah
Bagi bank syariah, transaksi ini memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan
dengan jenis akad lainnya, yaitu:
1. Dibandingkan dengan akad murabahah, akad ijarah lebih fleksibel dalam hal
objek transaksi. Pada akad murabahah, objek transaksi haruslah berupa
barang sedangkan pada akad ijarah, objek transaksi dapat berupa jasa
seperti jasa kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, pariwisata, dan lainnya
yang tidak bertentangan dengan syariah.
2. Dibandingkan dengan investasi, akad ijarah mengandung risiko usaha yang
lebih rendah, yaitu adanya pendapatan ijarah yang relatif tetap.

Kendati mengandung kelebihan dibanding transaksi jual beli maupun investasi,


pada transaksi ijarah dan IMBT, melekat konsekuensi yang harus ditanggung oleh
bank sebagai pemberi sewa. Pembahasan tentang konsekuensi yang melekat
pada bank sebagai pemberi sewa akan dibahas pada bagian ketentuan syar’i dan
rukun transaksi ijarah dan IMBT
Ketentuan Syar’I Transaksi Ijarah dan Transaksi IMBT

Berdasarkan terminologi, Ijarah adalah memindahkan kepemilikan fasilitas dengan


imbalan. Penyewaan dalam sudut pandang Islam meliputi dua hal, yaitu: Pertama,
penyewaan terhadap potensi atau sumber daya manusia; Kedua, penyewaan terhadap
suatu fasilitas. Penyewaan terhadap potensi manusia, misalnya adalah menyewa
seseorang untuk membantu pekerjaan dalam waktu tertentu (dikategorikan oleh ahli
fikih dengan pekerja pribadi) atau untuk menyelesaikan satu pekerjaan tertentu
(dikategorikan oleh ahli fikih dengan pekerja umum). Adapun penyewaan untuk fasilitas
antara lain penyewaan tempat tinggal, tanah garapan atau mobil angkutan.
Ketentuan Syar’I Transaksi Ijarah dan Transaksi IMBT

Ketentuan syar’i transaksi ijarah diatur dalam fatwa DSN Nomor 09 Tahun 2000. Adapun ketentuan
syar’i transaksi ijarah untuk penggunaan jasa diatur dalam fatwa DSN Nomor 44 tahun 2004.
Sedangkan ketentuan syar’i IMBT diatur dalam fatwa DSN Nomor 27 Tahun 2000. Secara detail,
fatwa DSN tentang transaksi ijarah dan IMBT dibahas dalam bagian rukun transaksi ijarah, multijasa,
dan IMBT berikut.
Rukun Transaksi Ijarah

Rukun transaksi ijarah meliputi


(a) Transaktor, yakni penyewa dan pemberi sewa.
(b) Objek ijarah, yakni fasilitas dan uang sewa.
(c) Ijab dan kabul yang menunjukkan serah terima, baik berupa
ucapan atau perbuatan.
Rukun Transaksi Ijarah
Transaktor
Transaktor terdiri atas penyewa (nasabah) dan pemberi sewa (Bank Syariah). Kedua
transaktor disyaratkan memiliki kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan memilih
yang optimal seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa, dan lain-lain yang sejenis. Adapun
untuk transaksi dengan anak kecil, dapat dilakukan dengan izin dan pantauan dari
walinya. Perjanjian sewamenyewa antara bank syariah sebagai pemberi sewa dengan
nasabah sebagai penyewa memiliki implikasi kepada kedua belah pihak. Implikasi
perjanjian sewa kepada bank syariah sebagai pemberi sewa adalah sebagai berikut.
Transaktor 
● a.  Menyediakan aset yang disewakan. 
● b. Menanggung biaya pemeliharaan aset. Biaya ini meliputi biaya yang terkait langsung dengan s
ubstansi objek sewaan yang manfaatnya kembali kepada pemberi sewanya (misalnya renovasi, p
enambahan fasilitas dan reparasi yang bersifat insidental). Semua biaya ini dibebankan kepada p
emberi sewa. Jika pemberi sewa menolak menanggung, maka sewa-
menyewa sifatnya batal. Jika terdapat kelalaian penyewa, tanggung jawab ada pada penyewa.
●  c. Menjamin bila terdapat cacat pada aset yang disewakan
Rukun Transaksi Ijarah
Adapun kewajiban nasabah sebagai penyewa adalah: 
a. Membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan aset yang disewa
serta menggunakannya sesuai kontrak. 
b. Menanggung biaya pemeliharaan yang sifatnya ringan (tidak materiil). Biaya ini
meliputi biaya yang berkaitan langsung dengan optimalisasi fasilitas yang disewa dan
kegunaannya adalah kewajiban penyewa (misal pemeliharaan rutin). Semua biaya ini
merupakan tanggung jawab penyewa. Misalnya mengisi bensin untuk kendaraan
yang disewa.
c. Jika aset yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang
dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penyewa dalam menjaganya, ia tidak
bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.
Rukun Transaksi Ijarah
Objek Ijarah 
Objek kontrak ijarah meliputi pembayaran sewa dan manfaat dari penggunaan aset.
Manfaat dari penggunaan aset dalam ijarah adalah objek kontrak yang harus dijamin,
karena ia merupakan rukun yang harus dipenuhi sebagai ganti dari sewa dan bukan aset
itu sendiri. Adapun ketentuan objek ijarah adalah sebagai berikut.
 1. Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.
Objek ijarah
● 2. Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak. Dalam hal ini, hendak
lah fasilitas objek sewaan itu mempunyai nilai komersial, dengan demikian kita dilarang menyewa
kan durian untuk sekadar dicium baunya. Hendaknya juga penggunaan fasilitas objek sewaan tida
k menghabiskan substansinya, sebagai contoh tidak boleh menyewakan lilin untuk penerangan at
au sabun mandi. 
● 3. Fasilitasnya mubah (dibolehkan). Dalam hal ini, menyewa tenaga atau fasilitas untuk maksiat at
au sesuatu yang diharamkan adalah haram. Berdasarkan pedoman pengawasan syariah yang dite
rbitkan oleh Bank Indonesia, disebutkan bahwa transaksi multijasa yang biasanya menggunakan a
kad ijarah dapat dalam bentuk pelayanan pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan kepariwis
ataan
Objek ijarah
4. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah. Dalam hal
ini objek transaksi bisa diserahterimakan secara substansi dan syariat. Dengan demikian,
dilarang menyewakan orang buta untuk penjagaan yang memerlukan penglihatan atau
menyewakan unta yang hilang karena secara substantif tidak akan dapat menjalankan
fungsinya. Begitu pula dilarang menyewa wanita haid membersihkan masjid karena
secara syariat tidak boleh masuk ke dalam masjid pada waktu haid. 
5. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan
ketidaktahuan yang akan mengakibatkan sengketa.
Objek Ijarah

● 6. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas termasuk jangka waktunya. Atau bisa juga dik
enali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik. Untuk sesuatu yang tidak aktif, kapasitas diketahuiny
a adalah waktu sewa. Untuk sesuatu yang aktif seperti manusia dan binatang kapasitas diketahuiny
a adalah dasar pekerjaan dan waktu.
● 7. Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesu
atu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa dalam ijarah.
● 8. Ketentuan dalam menentukan sewa dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.
Rukun Transaksi Ijarah
Ijab dan Kabul
Ijab dan kabul dalam akad ijarah merupakan pernyataan dari kedua belah pihak yang
berkontrak, dengan cara penawaran dari pemilik aset (bank syariah) dan penerimaan
yang dinyatakan oleh penyewa (nasabah). Pelafalan perjanjian dapat dilakukan dengan
lisan, isyarat (bagi yang tidak bisa bicara), tindakan maupun tulisan, bergantung pada
praktik yang lazim di masyarakat dan menunjukkan keridhaan satu pihak untuk
menyewa dan pihak lain untuk menyewakan tenaga/ fasilitas.
Rukun Transaksi Ijarah untuk pembiayaan Multijasa
Pembiayaan multijasa dengan skema ijarah adalah pembiayaan yang diberikan oleh
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas
suatu jasa dengan menggunakan akad ijarah. Pembiayaan multijasa hukumnya boleh
(jaiz) dengan menggunakan akad ijarah atau kafalah. Dalam hal LKS menggunakan akad
ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam fatwa ijarah. Dalam
kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau
fee. Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal
bukan dalam bentuk persentase
Rukun Transaksi IMBT
Berdasarkan fatwa DSN Nomor 27 Tahun 2002, disebutkan bahwa pihak yang melakukan
transaksi IMBT harus melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu. Dengan demikian, pada
akad IMBT juga berlaku semua rukun dan syarat transaksi ijarah. Adapun akad perjanjian
IMBT harus disepakati ketika akad ijarah ditandatangani. Selanjutnya, pelaksanaan akad
pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian hanya dapat dilakukan
setelah masa ijarah selesai. Berdasarkan fatwa DSN Nomor 27 tersebut, janji
pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah hukumnya bersifat tidak
mengikat. Oleh karena itu, apabila janji tersebut ingin dilaksanakan, maka harus ada
akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa ijarah selesai.
Pengawasan Syariah Tranksaksi Ijarah dan IMBT
Untuk menguji kesesuaian transaksi ijarah dan IMBT yang dilakukan bank dengan fatwa
dewan DSN, DPS suatu bank syariah akan melakukan pengawasan syariah. Menurut
Bank Indonesia, pengawasan tersebut antara lain berupa: 
a. Memastikan penyaluran dana berdasarkan prinsip ijarah tidak dipergunakan untuk
kegiatan yang bertentangan dengan prinsip syariah
b. Memastikan bahwa akad pengalihan kepemilikan dalam IMBT dilakukan setelah
akad ijarah selesai, dan dalam akad ijarah, janji (wa’ad) untuk pengalihan
kepemilikan harus dilakukan pada saat berakhirnya akad ijarah
Pengawasan Syariah Tranksaksi Ijarah dan IMBT

a. Meneliti pembiayaan berdasarkan prinsip ijarah untuk multijasa menggunakan perjanjian seba
gaimana diatur dalam fatwa yang berlaku tentang multijasa dan ketentuan lainnya antara lain 
ketentuan standar akad
b. Memastikan besar ujrah atau fee multijasa dengan menggunakan akad ijarah telah disepakati 
di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk persentase.
Alur Trasaksi Ijarah dan IMBT

Pertama, nasabah mengajukan permohonan ijarah dengan mengisi formulir permohonan.


Berbagai informasi yang diberikan selanjutnya diverifikasi kebenarannya dan dianalisis
kelayakannya oleh bank syariah. Bagi nasabah yang dianggap layak, selanjutnya diadakan
perikatan dalam bentuk penandatanganan kontrak ijarah atau IMBT.
Kedua, sebagaimana difatwakan oleh DSN, bank selanjutnya menyediakan objek sewa yang
akan digunakan oleh kepada nasabah. Bank dapat mewakilkan kepada nasabah untuk
mencarikan barang atau jasa yang akan disewa nasabah untuk selanjutnya dibeli atau dibayar
oleh bank syariah.
Alur Trasaksi Ijarah dan IMBT

Ketiga, nasabah menggunakan barang atau jasa yang disewakan sebagaimana yang telah
disepakati dalam kontrak. Selama penggunaan objek sewa, nasabah menjaga dan menanggung
biaya pemeliharaan barang yang disewa sesuai kesepakatan. Sekiranya terjadi kerusakan bukan
karena kesalahan penyewa, maka bank syariah sebagai pemberi sewa akan menanggung biaya
perbaikannya.
Keempat, nasabah penyewa membayar fee sewa kepada bank syariah sesuai dengan kesepakatan
akad sewa.
Kelima, pada transaksi IMBT, setelah masa ijarah selesai, bank sebagai pemilik barang dapat
melakukan pengalihan hak milik kepada penyewa.
Cakupan Standar Akuntansi Ijarah dan IMBT
Ketentuan akuntansi untuk transaksi ijarah diatur dalam PSAK No. 107 yang berlaku
untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan mulai pada atau setelah tanggal 1
Januari 2009. Standar ini memuat tentang mekanisme transaksi dan ketentuan tentang
pengakuan dan pengukuran transaksi yang terdapat dalam skema ijarah baik untuk
pemberi sewa maupun penyewa. Beberapa hal dicakup dalam standar ini adalah
pengakuan dan pengukuran biaya perolehan, penyusutan, pendapatan, beban dan
perpindahan kepemilikan. Bentuk aplikasi standar ini akan dibahas pada subbab teknis
perhitungan dan penjurnalan transaksi ijarah bagi bank syariah.
Teknis perhitungan Transaksi Ijarah
Beberapa hal yang perlu dilakukan terhadap perhitungan terkait transaksi ijarah adalah
perhitungan penentuan keuntungan dan fee ijarah, perhitungan uang muka sewa, dan
biaya administrasi ijarah.

Perhitungan Penyusutan dan Pendapatan Ijarah


Misalkan kebijakan bank syariah adalah memperoleh keuntungan 20% dari modal
penyewaan (beban penyusutan).
Penyusutan per bulan =Harga Perolehan – Nilai Sisa
Jumlah Bulan Umur Ekonomis

Penyusutan per bulan = Rp120.000.000 – Rp0


60
= Rp2.000.000

Pendapatan ijarah per bulan = modal penyewaan + n% modal penyewaan


= Rp2.000.000 + (20% × 2.000.000)
= Rp2.400.000
Teknis perhitungan Transaksi Ijarah
Dalam praktik, mengingat sewa dilakukan lebih dari satu tahun, penentuan sewa dapat
menggunakan tabel anuitas. Akan tetapi, setelah dihitung nilai nominalnya, angka
tersebut harus bersifat tetap selama kontrak sewa. Pertimbangan lain dalam penentuan
sewa adalah
(1) risiko kerusakan yang menjadi tanggungan bank syariah,
(2) kemampuan nasabah, dan
(3) opportunity cost nasabah sekiranya ada alternatif skema lain yang memungkinkan
untuk dipilih oleh nasabah, baik dari bank syariah yang sama, maupun dengan bank
lain untuk kebutuhan tujuan yang sama
Teknis perhitungan Transaksi Ijarah
Perhitungan Biaya Administrasi Ijarah
Biaya administrasi bisa diterapkan dengan menggunakan persentase tertentu dari modal
yang digunakan untuk persewaan. Misalkan dalam kasus di atas, bank syariah
menggunakan kebijakan 1% dari modal persewaan. Maka biaya administrasinya adalah
sebagai berikut.

Biaya administrasi ijarah = n% × modal persewaan per bulan × jumlah


bulan
= 1% × Rp2.000.000 × 24
= 1 % × Rp48.000.000 = Rp. 480.000
Teknis perhitungan Transaksi IMBT
Perhitungan penyusutan asset IMBT
Berdasarkan PSAK 107 disebutkan bahwa kebijakan penyusutan atau amortisasi yang
dipilih harus mencerminkan pola konsumsi yang diharapkan dari manfaat ekonomi di
masa depan dari objek ijarah. Umur ekonomis dapat berbeda dengan umur teknis.
Misalnya, mobil yang dapat dipakai selama 5 tahun diijarahkan dengan akad ijarah
muntahiya bittamlik selama 2 tahun. Dengan demikian umur ekonomisnya adalah 2
tahun. Berdasarkan kasus diatas maka beban penyusutan perbulan barang IMBT adalah:

Penyusutan IMBT per bulan = Biaya perolehan


Jumlah bulan masa sewa

Penyusutan IMBT per bulan = Rp120.000.000


24

Penyusutan IMBT per bulan = Rp5.000.000


Teknis perhitungan Transaksi IMBT
Perhitungan penyusutan asset IMBT
Berdasarkan PSAK 107 disebutkan bahwa kebijakan penyusutan atau amortisasi yang
dipilih harus mencerminkan pola konsumsi yang diharapkan dari manfaat ekonomi di
masa depan dari objek ijarah. Umur ekonomis dapat berbeda dengan umur teknis.
Misalnya, mobil yang dapat dipakai selama 5 tahun diijarahkan dengan akad ijarah
muntahiya bittamlik selama 2 tahun. Dengan demikian umur ekonomisnya adalah 2
tahun. Berdasarkan kasus diatas maka beban penyusutan perbulan barang IMBT adalah:

Penyusutan IMBT per bulan = Biaya perolehan


Jumlah bulan masa sewa

Penyusutan IMBT per bulan = Rp120.000.000


24

Penyusutan IMBT per bulan = Rp5.000.000


Teknis perhitungan Transaksi IMBT
Penentuan pendapatan IMBT
Selanjutnya dengan kebijakan keuntungan sewa 20% dari modal barang yang disewakan,
pendapatan IMBT per bulan adalah sebagai berikut:
Pendapatan IMBT perbulan = modal penyewaan + n% modal penyewaan
= Rp5.000.000 + (20% x 5.000.000)
= Rp5.000.000 + 1.000.000
= Rp6.000.000

Total pendapatan IMBT selama masa sewa


= 24 × Rp6.000.000
= Rp144.000.000

Adapun untuk fee IMBT, mengingat penyewa memiliki hak pilih untuk memiliki barang
yang disewakan, modal barang persewaan dapat diperlakukan sama dengan harga
perolehan barang.
Penyajian Transaksi Ijarah atas Aset Berwujud
Berdasarkan PAPSI 2013 terdapat beberapa ketentuan penyajian di laporan keuangan
terhadap akun yang berkaitan dengan transaksi ijarah dengan aset berwujud.
1. Objek sewa yang diperoleh bank disajikan sebagai aset ijarah.
2. Akumulasi penyusutan/amortisasi dan cadangan kerugian penurunan nilai dari aset
ijarah disajikan sebagai pos lawan aset ijarah.
3. Porsi pokok atas pendapatan sewa yang belum dibayar disajikan sebagai piutang
sewa.
4. Porsi ujrah atas pendapatan sewa yang belum dibayar disajikan sebagai pendapatan
sewa yang akan diterima yang merupakan bagian dari aset lainnya pada saat
nasabah tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong non-
performing maka pendapatan sewa yang akan diterima disajikan pada rekening
administratif.
5. Cadangan kerugian penurunan nilai atas piutang sewa disajikan sebagai pos lawan
(contra account) piutang ijarah.
6. Beban penyusutan/amortisasi aset ijarah disajikan sebagai pengurang pendapatan
ijarah pada laporan laba rugi
Pengungkapan Transaksi Ijarah atas Aset Berwujud
Berdasarkan PAPSI 2013, hal-hal yang harus diungkapkan terkait transaksi ijarah dengan
menggunakan aset berwujud antara lain:

1. Sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan ijarah.


2. Jumlah piutang cicilan ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua tahun terakhir.
3. Jumlah objek sewa berdasarkan jenis transaksi (ijarah dan ijarah muntahiyah
bittamlik), jenis aset dan akumulasi penyusutannya serta cadangan kerugian
penurunan nilai jika ada, apabila bank sebagai pemilik objek sewa.
4. Komitmen yang berhubungan dengan perjanjian ijarah muntahiyah bittamlik yang
berlaku efektif pada periode laporan keuangan berikutnya.
5. Kebijakan akuntansi yang digunakan atas transaksi Ijarah dan Ijarah muntahiyyah
bittamlik.
6. Transaksi dan saldo dengan pihak-pihak yang berelasi.
Penyajian Transaksi Ijarah atas Jasa
Berdasarkan PAPSI 2013 terdapat beberapa ketentuan penyajian di laporan keuangan
terhadap akun yang berkaitan dengan transaksi ijarah dengan jasa
1. Perolehan atas jasa disajikan sebagai bagian aset ijarah dan disajikan terpisah dari
aset ijarah lain.
2. Amortisasi atas perolehan aset ijarah disajikan sebagai pos lawan dari aset ijarah.
3. Porsi pokok atas pendapatan sewa multijasa yang belum dibayar disajikan sebagai
piutang sewa.
4. Porsi ujrah atas pendapatan sewa multijasa yang belum dibayar disajikan sebagai
pendapatan sewa multijasa yang akan diterima yang merupakan bagian dari aset lainnya
pada saat nasabah tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong
nonperforming maka pendapatan sewa multijasa yang akan diterima disajikan pada
rekening administratif.
5. Cadangan kerugian penurunan nilai atas piutang sewa disajikan sebagai pos lawan
(contra account) piutang sewa.
6. Beban amortisasi aset ijarah disajikan sebagai pengurang pendapatan ijarah pada
laporan laba rugi.
Pengungkapan Transaksi Ijarah atas Jasa
Berdasarkan PAPSI 2013, hal-hal yang harus diungkapkan terkait transaksi ijarah dengan
jasa antara lain:
1. Sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan ijarah.
2. Rincian perolehan atas jasa berdasarkan jenis.
3. Jumlah piutang cicilan ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua tahun terakhir.
4. Transaksi dan saldo dengan pihak-pihak yang berelasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai