Anda di halaman 1dari 24

PERSYARATAN

FARMAKOPE PRODUK
REKOMBINAN
PENDAHULUAN
 Teknologi rekayasa genetic kini sudah makin luas digunakan
manusia dalam berbagai sector kehidupan. Manfaaat rekayasa
genetika memang sangat banyak sekali, bahkan tanpa kita sadari
kita telah menikmati manfaat rekayasa genetic tersebut. Dalam
bidang kesehatan produk-produk rekombinan yang berasal dari
teknologi genetic, misalnya Antibiotik, vaksin, immunoserum dll.
PERSYARATAN FARMAKOPE
Penetapan pH Harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter)
yang sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu
mengukur harga ph sampai 0,02 unit ph menggunakan elektrode indikator
yang peka, elektrode kaca, dan elektrode pembanding yang sesuai.

Alat harus menunjukan potensial dari pasangan elektrode dan untuk pembakuan
ph menggunakan potensial yang dapat diukur oleh sirkuit dengan menggunakan
“pembakuan nol”, “asimetri” atau “kalibrasi” dan harus mampu mengontrol
perubahan dalam milivolt perperubahan unit pada pembacaan ph melalui kendali
“suhu” atau kemiringan. Pengukuran dilakukan oleh suhu 25˚±2°, kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi.
Perlu ditekankan disini bahwa definisi ph, sekala ph, dan harga yang ditunjukan untuk memproleh
system operasional yang praktis, sehingga hasil dapat dibandingkan antar laboratorium. Harga ph
yang diukur disni tidak persis sama dengan yang diperoleh dengan definisi klasik, bahwa ph = -[log
H+ (dalam air)]. Jika ph larutan yang diukur mempunyai komposisi yang cukup mirip dengan larutan
dapar yang digunakan untuk pembakuan, ph yang diukur mendekati ph teoritis. Meskipun tidak
ditegaskan hubugan pengukuran kesesuaian system aktifitas ion hidrogen dalam larutan air.

Jika ph dibekukan menggunakan larutan dapar dalam air, kemudian digunakan untuk mengukur
“pH” larutan atau suspensi dalam pelarut bukan air, maka tetapan pengionan dari asam atau basa
tetapan dieleketrik dari medium, potensial asambungan cairan (yang dapat memberikan kesalahan
lebih kurang satu unit ph), dan respon ion hidrogen dari elktrode kaca semua akan berubah. Oleh
karna itu, harga yang diperoleh dengan larutan yang sifatnya hanya mengandung sebagian air, dapat
dianggap hanya sebagai harga pH.
Persyaratan protein total dalam farmakope edisi V, yaitu tidak lebih dari 17%
Protein total
untuk produk imunosera. Prosedur penetapan protein total dilakukan seperti
yang tertera pada Penetapan Kadar Nitrogen dalam Produk Darah Metode 1.
Penetapan Kadar Nitrogen
dalam Produk Darah Metode 1.

Masukan sejumlah zat yang mengandung lebih kurang 2 mg nitrogen, kedalam labu leher panjang 200
ml, tambahkan 3 butir manik kaca dan 4 g campuran serbuk terdiri dari kalium sulfat P, tembaga (II)
sulfat P, dan selenium P dengan perbandingan (100 : 5 : 2,5).

Tambahkan 5 ml asam sulfat bebas nitrogren P, campur dan longgarkan penutup labu. Panaskan perlahan
hingga mendidih dan jika tidak di nyatakan lain, didihkan selama 30 menit dan hindarkan panas berlebih
pada bagian labu di atas permukaan cairan, lalu dinginkan.

NEXT
Larutkan sisa dengan penambahan 25 ml air secara hati-hati, dinginkan dinginkan lagi dan hubungkan
labu dengan alat destilasi uap. Tambahkan 30 ml natrium hidroksida 10 N dan destilasi segera. Tampung
lebih kurang 40 ml destilat dalam campuran 20 ml asam klorida 0,01 dan air secukupnya hingga ujung
kondensor tercelup.

Hindarkan air masuk dari permukaan luar kondensor ke dalam penampung. Titrasi kelebihan asam
dengan Natrium hidroksida 0.01 N menggunakan merah metil biru metilen sebagai indikator. Ulangi
penetapan menggunakan 50 mg D-glukosa sebagai pengganti zat uji. Perbedaan hasil kedua titrasi
menunjukan amonia yang di bebaskan oleh zat uji. Hasil yang diperoleh untuk protein total dikalikan
6,25
kecuali dinyatakan lain dalam monografi, jika di tetapkan secara elektroforesis,
Albumin imunoserum menunjukan tidak lebih dari sesepora protein yang mempunyai
mobilitas albumin.

jika di tetapkan dengan uji pengendapan, hanya mengandung protein galur hewan Protein asing
yang di gunakan.
fenol sebagai pengawet tidak lebih dari 0,25%. Lakukan penetapan seperti yang
Fenol
tertera pada Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin dan Imunoserum.

Uji Bahan Tambahan dalam


Vaksin dan Imunoserum (Fenol)

Kocok homogeny, ukur sejumlah zat uji, encerkan dengan air hingga larutan
mengandung fenol lebih kurang 0,0015%. Ke dalam 5 ml larutan tambahkan
masing-masing 5 ml Dapar borat pH 9.0.

Sabar, Masih Ada Lanjutannya…..


Larutan 4-aminofenazon P 0.1% dan larutan kalium heksasianoferat (III) P 5%.
Biarkan selama 10 menit dan ukur serapan pada 546 nm.

Hitung kadar fenol dalam zat uji, menggunakan kurva kalibrasi yang diperoleh
dengan cara yang sama dari 5 ml larutan baku fenol yang masing-masing
mengandung 0,0005% ; 0.0010% ; 0.0015% ; 0.0020% ; dan 0.0030%.
Formaldehid bebas tidak lebih dari 0.02% jika ditetapkan dengan cara sebagai berikut.

Uji Bahan Tambahan dalam


Vaksin dan Imunoserum
(Fermaldehid bebas)

Encerkan sediaan uji 10 kali dengan air, ambil 1 ml tambahkan 4 ml air dan 5
ml asetilaseton.

Hangatkan dalam tangas air pada suhu 40˚ selama 40 menit. Warna yang terjadi
tidak lebih kuat dari warna larutan pembanding yang dibuat dengan cara dan dalam
waktu yang sama, menggunakan 1 ml larutan yang mengandung formaldehid P , NEXT
CH2O 0.002% sebagai penggunaan larutan uji.
Pada saat membandingkan, amati tabung dalam posisi vertical dari atas.

Catatan : jika metabisulfit digunakan untuk menetralkan kelebihan formaldehid, metode ini
tidak dapat digunakan).
mengandung alumina tidak lebih dari 1.25 mg per dosis. Kecuali dinyatakan
Aluminium lain dalam monografi. Lakukan penetapan seperti yang tertera pada Uji
Bahan Tambahan dalam Vaksin dan Imunoserum. .

Uji Bahan Tambahan dalam


Vaksin dan Imunoserum
(Aluminium)

Kocok homogen sediaan uji, pindahkan sejumlah sediaan mengandung 5 – 6 mg


aluminium ke dalam labu destruksi 50 ml. Tambahkan 1 ml asam sulfat P 0.3 ml
asam nitrat P dan sejumlah batu didih.

Panaskan larutan hingga terbentuk asap berwarna putih. Bila terjadi pengarangan, tambahkan beberapa tetes
asam nitrat P dan lanjutkan pendidihan hingga pengarangan hilang.

NEXT
Biarkan dingin selama beberapa menit, tambahkan hati-hati 10 ml air dan didihkan hingga larutan jernih.
Biarkan dingin, tambahkan 0,1 ml jingga metil dan netralkan dengan natrium hidroksida 10 N (lebih kurang
6,5-7,0 ml).

Bila terbentuk endapan, larutkan endapan dengan penambahan asam sulfat 1 M tetes demi tetes. Pindahkan
larutan kedalam labu, bilas labu destruksi dengan 25 ml air.

Tambahkan 25 ml dinatrium edetat 0.02 M, 10 ml dapar asetat pH 4.4 dan beberapa batu didih. Didihkan
perlahan-lahan selama 3 menit. Tambahkan 0,25 ml larutan piridilazonaftol P dan titrasi kelebihan
dinatrium edetat dalam keadaan panas dengan tembaga (II) sulfat 0,02 M hingga warna berubah menjadi
warna coklat keunguan.

Lakukan penetapan blangko. Perbedaan volume titran menunjukan volume dinatrium edetat 0.02 M setara
dengan jumlah aluminium.
mengandung kalsium tidak lebih dari 1,3 mg per dosis, kecuali dinyatakan hal ini dalam
Kalsium monografi. Lakukan penetapan seperti yang tertera pada Uji Bahan Tambahan dalam
Vaksin dan Immunosera.

Uji Bahan Tambahan dalam


Vaksin dan Imunoserum
(Kalsium)

Kocok homogen sediaan uji, ambil 1,0 ml tambahkan 0,2 ml asam klorida P dan encerkan
dengan air hingga 3,0 ml. Tetapkan kadar kalsium dengan spektrofotometer emisi atom
pada 620 nm menggunakan larutan baku kalsium, jika perlu encerkan dengan air.
Uji Sterilisasi

Prosedur farmakope ini didesain bukan untuk menjamin bahwa satu bets produk adalah
steril atau telah disterilkan. Hal ini terutama harus disertai dengan validasi proses sterilisasi atau
prosedur proses aseptik.
Pengujian digunakan untuk bahan, sediaan, alat sesuai dengan farmakope yang
dipersyaratkan harus steril. Hasil yang diterima menunjukan bahwa tidak ada kontaminasi
mikroba ditemukan dalam sampel dibawah kondisi pengujian.
Tindakan Pencegahan Terhadap Kontaminasi Mikroba

Pengujian sterilitas dilaksanakan pada kondisi aseptik untuk mencapai kondisi tersebut, lingkungan
pengujian harus dibuat sama seperti ketika uji sterilitas dilakukan. Tindakan pencegahan untuk
mencegah kontaminasi tidak boleh mempengaruhi mikroba yang ada dalam pengujian. Kondisi
pengerjaan, ketika uji dilakukan dimonitor secara berkala dengan melakukan sampling yang sesuai
pada area kerja dan kontrol yang sesuai. Tindakan Pencegahan Terhadap Kontaminasi Mikroba
Media dan Suhu Inkubasi

Campur dan panaskan hingga larut L-sistin P, natrium klorida P, / yeast extra dan pankreatik
digest of kasein alam air murni. Larutkan natrium tioglikolat P, atau asam tioglikolat P kedalam
larutan dan atur pH hingga setelah sterilisasi 7,1 + 0,2 dengan penambahan natrium hidroksida 1
N. Jika diperlukan penyaringan, panaskan kembali larutan tanpa mendidih, dan saring selagi
panas melalui kertas saring yang telah dibasahkan.

Tambahkan larutan natrium resazurin P, campur dan tempatkan media dalam tabung yang
sesuai, yang memberikan perbandingan permukaan dengan kedalaman media sedemikian rupa
sehingga tidak lebih dari setengah bagian atas media yang mengalami perubahan warna sebagai
dikasi masuknya oksigen pada akhir massa inkubasi. Sterilisasi menggunakan proses yang telah
divalidasi.
Jika media disimpan, maka disimpan pada suhu antara 2˚ dan 25˚dalam wadah steril tertutup
rapat jika lebih sepertiga bagian atas media terjadi warna merah muda, media dapat diperbaiki
kembali dengan pemanasan diatas tangas air atau dalam uap air uang ,mengalir bebas hinga
warna merah muda hilang, dan dinginkan secepatnya, cegah masuknya udara tidak steril kedalm
wadah.
Media tidak boleh digunakan lebih lama dari waktu penyimpanan yang
telah tervalidasi.

Media cair tioglikolat diinkubasi pada suhu 30˚- 35˚untuk sediaan yang
mengandung pengawetrasa yanng tidak dapat diuji menggunakan metodi
penyaringan membran, media cair teoglikolat diinkubasi pada suhu 20˚-
25˚ sebagai pengganti soyben casein medium yang telah tervalidasi yang
tertera pada uji fartilitas anaerob, aerob, dan kapang, media tioglikolat
alternatif dapat digunakan jika sudah disetujui. Buat capuran
menggunakan komposisi yang sama seperti media cair tioglikolat tetapi
tidak menggunakan agar P dan larutan resaziurin P. Sterilkan sama seperti
diatas. pH setelah sterilisasi 7,1 + 0,2 panaskan dalam tangas air sebelum
digunakan dan inkubasi pada suhu 30˚-35˚ dalam kondisi anaerob.
Larutkan semua bahan padat dalam air murni, hangatkan hingga larut.
Dinginkan larutan hingga suhu ruang, dan jika perlu atur pH larutan higga
setelah sterilisasi 7,3±0,2 dengan penambahan natrium hidroksida 1 N. Jika perlu
saring hingga jernih bagikan dalam wadah yang sesuai dalam sterilisasi
menggunakan proses yang telah divalidasi. Simpan pada suhu 2˚dan 25° dalam
steril dan tertutup baik, kecuali jika segera waktu penyimpanan yang telah
tervalidasi.
IKAN TERI MAKAN ACI

TERIMAKACII
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Depkes RI
PETANYAAN
2. Apakah bahan tambahan yang tertera pada slide presentasi ada pada
1. Berapa pH untuk media
semua vaksin dan imunoserum ? (Lulu Luhfiah kel.3)
sterilisasi ? (wulan kel. 17)
Jawaban :

Jawaban : Menurut kelompok kami tidak semua bahan tambahan tersebut ada
pada vaksin dan imunoserum. Bahan-bahan yang biasanya ada pada
pH media sterilisasi yaitu netral kandungan vaksin yaitu seperti aluminium dalam bentuk garamnya yang

atau berkisar 7,1 ± 0,2 karena terbukti aman dan efektif menurut BPOM, selanjutnya ada pelarut dan
stabilizers yang berfungsi untuk menstabilkan vaksin pada saat kondisi
beberapa bakteri atau mikroba dapat
padan atau dingin, biasanya digunakan gula (sukrosa dan laktosan) atau
tumbuh optimal pada pH netral. protein (albumin dan gelatin).

Anda mungkin juga menyukai