Reformasi Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional. Adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya yang lebih baik, demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan. Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi kehidupan. Krisis multidimensional yang meliputi krisis politik, ekonomi, hukum, sosial, dan lain sebagainya merupakan faktor yang mendorong lahirnya gerakan reformasi. Bahkan, krisis kepercayaan telah menjadi salah satu indikator yang menentukan. Dengan semangat reformasi, rakyat Indonesia menghendaki adanya pergantian kepemimpinan nasional sebagai langkah awal menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Pergantian kepemimpinan nasional diharapkan dapat memperbaiki kehidupan politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya. Indonesia harus dipimpin oleh orang yang memiliki kepedulian terhadap kesulitan dan penderitaan rakyat. Periode Akhir Orde Baru
Orde baru berjalan hampir selama tiga decade,
akan tetapi mulai goyah memasuki akhir decade 1990-an. Pemerintahan Orde Baru tidak mampu menghadapi krisis multidimensional yang berlangsung sejak 1997. Krisis Moneter Pada awal tahun 1997 krisis moneter melanda Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pada awal Juli 1997 rupiah Indonesia berada pada posisi nilai tukar Rp 2.500,00/US$ dan terus mengalami kemerosotan hingga 9%. Bank Indonesia pun tidak mampu membendung rupiah yang kian merosot hingga RP 17.000,00/US$. Kondisi ini berdampak pada jatuhnya bursa saham Jakarta, bangkrutnya perusahaan – perusahaan besar di Indonesia, dan likuidasi beberapa bank nasional. Krisis Ekonomi Munculnya krisis moneter sejak 1997 berdampak pada perekonomian dan dunia usaha. Sejumlah perusahaan bangkrut, sehingga menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) besar – besaran. Hal ini mengakibatkan lonjakan ke level yang belum pernah tercapai sejak tahun 1960-an, yaitu sekitar 20 juta atau lebih dari 20% angkatan kerja. Akibat PHK dan naiknya harga berang dengan cepat, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan mencapai 50% dari total penduduk Krisis Politik Setelah pelaksanaan pemilu 1997 perhatian asyarakat tertuang pada Sidang Umum MPR pada bulan Maret 1998 yang menetapkan kembali Soeharto sebagai presiden untuk masa jabatan 1998-2003 dengan B.J. Habibie sebagai wakilnya. Tanggal 10 Maret 1998 pidato pertanggungjawaban Presiden Soeharto diterima oleh MPR. Selanjutnya, pada 12 Maret 1998 Presiden Soeharto kembali dilantik sebagai presiden dan B.J. Habibie sebagai wakilnya. Peran Pelajar Dan Mahasiswa Menuntut Reformasi Aksi Mahasiswa Universitas Indonesia Aksi pertama mahasiswa Universitas Indonesia dilakukan pada tanggal 19 Februari 1998, tiga bulan sebelum Presiden Soeharto turun dari jabatannya. Keesokan harinya, aksi dilakukan oleh lebih dari 10.000 orang berkeliling kampus dan berkahir di dekat gerbang masuk UI, yang menyampaikan aspirasinya melalui baliho bertuliskan “turunkan harga!”, “hapus monopoli, korupsi, dan kolusi!”, “tegakkan kedaulatan rakyat!”, “tuntut suksesi kepemimpinan nasional!” Tragedi Trisakti Pada tanggal 12 Mei 1998 mahasiswa Universitas Trisakti melakukan demonstrasi menuntut turunnya Presiden Soeharto yang dilakukan sesuai dengan anjuran aparat. Akan tetapi, kekangan aparat menyebabkan mahasiswa menuntut untuk berdemo di depan gedung DPR agar aspirasi mereka bisa langsung disampaikan kepada pemerintah. Pengunduran Diri Presiden Soeharto Kondisi Indonesia yang tidak terkendali memak Presiden Soeharto mempercepat kepulangannya dari Mesir. Akhirnya pada hari Kamis tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya, dan sesuai pasal 8 UUD 1945 B.J. Habibie akan melanjutkan sisa masa pemerintahannya sebagai Presiden Republik Indonesia ketiga, periode 1998-1999. Perkembangan Politik Dan Ekonomi Indonesia Orde Reformasi Pemerintahan B.J. Habibie (1998-1999) Pemerintahan Megawati Soekarnoputri (2001-2004 Pemerintahan S.B. Yudhoyono – Jusuf Kalla (2004- 2009) Pemerintahan S.B. Yudhoyono – Boediono (2009- 2014) Pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla (2014 – sekarang) Demokrasi Pada Masa Reformasi Keluarnya Ketetapan MPR-RI Ketetapan tersebut antara lain Tap MPR RI No. X/MPR/1998 tentang Pokok – Pokok Reformasi, Tap MPR RI No. VII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap MPR tentang Referendum, Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, dan Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Kebebasan Pers Pada Masa Reformasi Pada masa pemerintahan B.J. Habibie, bermunculan media cetak baru yang berjumlah hingga 1.397 penerbit di seluruh Indonesia karena Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) tidak lagi diberlakukan. Selanjutnya, Presiden Abdurrahman Wahid meneruskan kebijakan Habibie, jumlah penerbitan di Indonesia pun meningkat signifikan. Pada masa pemerintahan Megawati,terjadi demokratisasi pers yang ditandai hadirnya undang – undang pers dan undang – undang penyiaran. Undang – undang pers memiliki dampak positif dan negatif. Disatu sisi munsul kebebasan dalam mengemukakan pendapat dan disisi lain pers melahirka sejumlah media cetak yang tak terkendali. Kebebasan pers ini berlangsung hingga saat ini. Sekian dan terima kasih