Manajemen Nyeri
Oleh:
Esthika Ariany Maisa
Sifat
Nyeri…………………………………………
……...(1)
• Subjektif dan sangat individual
• Nyeri akut merupakan mekanisme fisiologis tubuh untuk melindungi diri dari stimulus
yang berbahaya
• Nyeri akut mengindikasikan adanya kerusakan jaringan dan warning bagi tubuh untuk
melindungi dirinya
• Pasien yang tidak mampu mengekspresikan nyeri, spt. pasien afasia, pasien yg sdg
diintubasi, atau pasien dg perubahan status kesadaran, tidak berarti tidak merasakan
nyeri
• Pasien dg kerusakan saraf tulang belakang tidak dapat merasakan stimulus nyeri,
perawat harus melakukan kewaspadaan khusus utk mencegah cedera tambahan pada
pasien
• Oleh karena itu, pengkajian nyeri sangatlah krusial dilakukan oleh perawat
Sifat
Nyeri…………………………………………
……...(2)
• Petugas kesehatan sering memiliki prasangka ttg nyeri pasien, jika pasien tidak
menunjukkan objektif dari nyeri, perawat mengganggap pasien tidak merasakan nyeri
• Asumsi diatas akan mempengaruhi sikap perawat dalam mengkaji dan mengatasi
nyeri pasien
• Nyeri pasien yang tidak teratasi akan berdampak pada peningkatan penderitaan
pasien, spt. lama waktu penyembuhan, komplikasi dan kematian, masalah psikologis,
serta biaya rawatan pasien
• Sebagai standar pelayanan, petugas kesehatan harus mengkaji nyeri pada semua
pasien sbg data dasar, shg bbrp institusi merekomendasikan nyeri sbg ‘tanda vital ke-
5’
• Petugas termasuk perawat, berkewajiban untuk mengkaji nyeri pd setiap pasien,
memilih terapi yang sesuai, dan mengevaluasi efek terapi dalam mengurangi nyeri yg
pasien rasakan
Fisiologi Nyeri
…………………………………………..(1)
Terdiri dari 4 tahap:
1. Transduksi
Rangsangan asli penyebab kerusakan sel, spt. termal (cth. paparan
thd suhu yg tinggi/rendah), mekanik (cth. edema yg mendorong
pelebaran jaringan), kimia (cth. Peningkatan asam lambung), elektrik
(cth. Luka bakar krn tersengat listrik) akan merangsang pengeluaran
subtansi-yg memproduksi-nyeri, spt. histamin, bradykinin, dan
potassium. Stimulasi ini menyebabkan aksi potensial pd nociceptors
(jenis reseptor yg merespon stimulus yg merusak), yg kemudian
mengubah rangsangan asli menjadi impuls nyeri
Fisiologi Nyeri
…………………………………………..(2)
2. Transmisi
Impuls nyeri kemudian diteruskan sepanjang serat saraf aferen perifer.
Ada 2 tipe serat saraf: serat impuls cepat, yaitu serat bermielin A-delta,
dan serat impuls lambat, yaitu serat tidak bermielin C. Serat A
mengirimkan sensasi nyeri tajam, jelas, dan terlokalisir, sementara serat
C menyampaikan nyeri yang bersifat kurang terlokalisir, visceral, dan
persisten.
Contoh: Ketika seseorang menginjak paku, orang tsb merasakan nyeripd
kakinya yang tajam dan terlokalisir, sbg hasil transmisi serat A. Bbrp
waktu kemudian, seluruh kaki terasa sakit sebagai stimulasi dr serat C.
Fisiologi Nyeri
…………………………………………..(3)
• Transmisi (sambungan..)
Serabut A-delta dan C meneruskan impuls dari perifer ke tanduk
dorsal medula spinalis, tempat neurotransmitter rangsang (excitatory
neurotransmitter), subtansi P, dilepaskan. Hal ini menyebabkan
transmisi sinaptik dari saraf perifer aferen (sensorik) ke saraf saluran
spinothalamic. Rangsangan nyeri berjalan melalui serabut saraf di
saluran spinothalamic, menyeberang ke sisi berlawanan dari medula
spinalis, dan kemudian berjalan naik pada medula spinalis.
Fisiologi Nyeri
…………….(4)
• Transmisi (sambungan..)
SEKIAN