Anda di halaman 1dari 16

MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT

KELOMPOK 6 :
TAUFIQUL HAFIZH (020200108)
DWI ARIANTO (020200109)
FAJAR SANTOSO (020200107)
SATRIO HADI P (020200110)
MATERIALITAS

Materialitas merupakan dasar penerapan dasar auditing, terutama standar pekerjaan


lapangan dan standar pelaporan.
 Materialitas salah saji adalah tingkat salah saji yang dapat mempengaruhi
pertimbangan penggunaan laporan keuangan
 Materialitas salah saji bersifat relative, lain perusahaan lain ukuran, serta
ditentukan berdasar pertimbangan professional auditor. Pertimbangan
professional adalah pertimbangan objektif yang dilatarbelakangi oleh
pendidikan, pelatihan, dan pengalaman akuntan
Materialitas salah saji

 Materialitas salah saji ditentukan pada dua tingkat, yaitu :


1. Tingkat laporan keuangan secara keseluruhan
2. Tingkat segmen audit (transaksi, saldo akun, dan pengungkapan), dikenal
dengan istilah performance materiality

Materialitas juga ditentukan pada tahap perencanaan audit dan pada tahap kesimpulan
audit (evaluasi hasil audit)
Penerapan materialitas

 Pada tahap perencanaan audit:


1. Menentukan materialitas pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan
(utamanya laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif)
2. Menentukan materialitas pada tingkat saldo akun (performance materiality)

Materialitas tingkat saldo akun penting untuk ditetapkan, karena audit laporan
keuangan pada dasarnya adalah audit untuk elemen-elemen laporan keuangan.
Penerapan materialitas

 Pada tahap kesimpulan audit


1. Membuat estimasi total salah saji segmen atau elemen laporan keuangan
2. Membandingan estimasi kombinasi salah saji dengan estimasi awal materialitas
atau revisi asesmen materialitas (revised judgment about materiality). Revisi
asesmen materialitas adalah perubahan angka materialitas dari yang telah
ditetapkan pada saat perencanaan audit
Penerapan materialitas

 Faktor faktor yang mempengaruhi asesmen materialitas


1. Materialitas adalah asesmen yang bersifat relative, bukan bersifat absolut atau
mutlak
2. Dalam melakukan asesmen materialitas memerlukan angka pembanding
3. Materialitas bisa dipengaruhi oleh factor kualitatif, dalam arti salah saji secara
kualitatif material, missal salah saji yang disengaja dan terpola
Penerapan materialitas

 Alokasi materialitas tingkat laporan keuangan ke tingkat saldo akun (performance


materiality)
1. Audit dilakukan dengan cara menguji kewajaran elemen-elemen laporan keuangan,
oleh sebab itu untuk keperluan audit, materialitas tingkat laporan keuangan harus
dialokasikan ke tingkat saldo akun. Materialitas saldo akun disebut dengan
materialitas kinerja (performance materiality)
Penerapan materialitas

2 dasar alokasi materialitas :


a. Potensi salah saji. Semakin kecil potensi salah salah, semakin besar alokasi
materialitas, artinya semakin besar tolerensi terhadap temuan salah saji, begitu
pula sebaliknya
b. Potensi biaya audit. Semakin besar potensi biaya audit, semakin besar
materialitas. Meskipun demikian, efektifitas audit tetap tidak bias dikorban
dengan pertimbangan biaya audit
Penerapan materialitas

Hubungan SPI, Materialitas, dan bukti audit :


1. SPI kuat –> potensi salah saji kecil -> materialitas besar (toleransi terhadap
salah saji besar) -> bukti audit relative sedikit
2. SPI lemah -> potensi salah saji besar -> materialitas kecil (toleransi terhadap
salah saji kecil -> bukit audit relative banyak

Kekuatan dan kelemahan SPI didasarkan pada hasil pemahaman dan pengujian
pengendalian
Penerapan materialitas

Estimasi salah saji


 Temuan salah saji dalam suatu akun dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu salah
saji terdeteksi (known miss statment), dan potensi salah saji (likely miss
statement)
 Salah saji terdeteksi adalah salah saji yang ditemukan oleh auditor, sedangkan
potensi salah saji adalah :
1. Salah saji karena perbedaan estimasi klien dengan estimasi auditor
2. Estimasi salah saji berdasar hasil pengujian sampel bukti audit
RESIKO AUDIT

Resiko audit adalah resiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadarinya,
tidak memodifikasi sebagaimana mestinya pendapatnya atas suatu laporan keuangan
yang mengandung salah saji material.

Auditor mempertimbangkan resiko audit dalam:


• Perencanaan audit
• Pengevaluasian akhir
Semakin kecil resiko audit, semakin banyak dan semakin intensif prosedur audit yang
akan diterapkan.
Tipe Resiko
1. Resiko Deteksi
merupakan ukuran resiko bahwa bukti audit atas segmen tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan salah
saji yang melebihi suatu nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi. Jika nilai risiko deteksi terencana
berkurang, maka auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti audit untuk mencapai nilai risiko deteksi
yang berkurang ini.  Semakin besar risiko audit, semakin besar pula risiko deteksi. Sebaliknya semakin besar
risiko bawaan ataupu risiko pengendalian, semakin kecil risiko deteksi.
2. Resiko inheren
merupakan suatu ukuran yang dipergunakan oleh auditor dalam menilai adanya kemungkinan bahwa
terdapat sejumlah salah saji yang material (kekeliruan atau kecurangan) dalam suatu segmen sebelum ia
mempertimbangkan keefektifan dan pengendalian intern yang ada. Dengan mengasumsikan tiadanya
pengendalian intern, maka risiko inheren ini dapat dinyatakan sebagai kerentanan laporan keuangan terhadap
timbulnya salah saji yang material. Jika auditor, dengan mengabaikan pengendalian intern, menyimpulkan
bahwa terdapat suatu kecenderungan yang tinggi atas keberadaan sejumlah salah saji, maka auditor akan
menyimpulkan bahwa tingkat risiko inherennya tinggi.
3. Resiko pengendalian
merupakan ukuran yang digunakan oleh auditor untuk menilai adanya
kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji material yang melebihi nilai salah
saji yang masi dapat ditoleransi atas segmen tertentu akan tidak terhadang atau tidak
terdeteksi oleh pengendalian intern yang dimiliki klien. Resiko pengendalian ini
memperhatikan 2 hal berikut:
a. penilaian tentang apakah pengendalian intern yang dimiliki klien efektif untuk
mencegah atau mendeteksi terjadinya salah saji.
b. kehendak auditor membuat penilaian tersebut senantiasa berada di bawah nilai
maksimum (100 persen) sebagai bagian dari rencana audit yang dibuatnya.
4. Resiko akseptibilitas audit
merupakan ukuran atas tingkat kesediaan auditor untuk menerima kenyataan
bahwa laporan keuangan mungkin masih mengandung salah saji yang material
setelah audit selesai dilaksanakan serta suatu laporan audit wajar tanpa syarat telah
diterbitkan. Ketika auditor memutuskan untuk menetapkan suatu tingkat resiko
akseptibilitas audit yang lebih rendah, hal tersebut berarti bahwa auditor ingin
memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi bahwa laporan keuangan tidak
mengandung salah saji yang material. Resiko nol berarti yakin sekali, dan suatu
tingkat resiko sebesar 100 persen berarti benar-benar tidak yakin.
5. Resiko kecurangan
Merupakan resiko selain 4 resiko di atas dan resiko ini biasanya di perhitungkan di
luar dari model resiko audit. Karena resiko kecurangan secara konsep dan praktek sangat
sulit untuk dipisahkan faktor-faktornya ke dalam 4 jenis resiko di atas. Kecurangan
sendiri memiliki arti kesalahan penyajian yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk
penggelapan aktiva dan kecurangan pelaporan keuangan.
Untuk menilai resiko kecurangan, auditor mengumpulkan informasi untuk
menentukan luasnya keberadaan kondisi kecurangan. Hal-hal yang menyebabkan
timbulnya resiko kecurangan antara lain tekanan yang diterima manajemen baik
kelompok maupun individual, kesempatan yang tercipta, dan perilaku manajemen untuk
membiarkan terjadinya tindakan ketidakjujuran tersebut.
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH


Anda mungkin juga menyukai