Anda di halaman 1dari 14

MUHKAM DAN MUTASYABIH

Kelompok 7
WIDYAYANI_2120203860202019
RAHMAWATI_2120203860202020
NUR AISYAH_2120203860202021

EKONOMI SYARIAH
KELAS 2400B

Ulumul Al-Qur’an
PEMBAHASAN

PengertianMuhkam Dan Mutasyabih


Sikap ulama Terhadap Ayat Muhkam dan Mutasyabih
Hikmah Adanya Ayat Muhkam Dan Mutasyabi
Muhkam da Mutasyabih Secara Khusus
Perbedaan Pendapat dalam Mengetahui Mutasyabih
Macam-Macam Mutastabih
o Al-Mutasyabih Al-Haqiqiy
o Al-Mutasyabih Al-Idhafiy
o Al-MutasyabihDalamIstilahHukum
Kompromi Dua Pendapat dengan Memahami Makna Takwil
PENGERTIAN MUHKAM DAN MUTASYABIH

MUHKAM MUTASYABIH
Derivasi kata muhkam
berasal dari ihkâm.
berasal dari kata tasyâbuh
secara bahasa bermakna
kekukuhan, kesempurnaan,
kesaksamaan, dan pencegahan. Secara bahasa berarti
keserupaan dan kesamaan.
Ahkâm al-amr berarti ia
menyempurnakan suatu hal
dan mencegahnya dari Biasanya membawa pada
kerusakan. kesamaran antara dua hal.
Ahkâm al-fars berarti, ia Tasyâbaha dan isytâbaha
membuat kekang pada mulut berarti dua hal yang masing-
kuda untuk mencegahnya dari masing menyerupai lainnya.
goncangan
PENGERTIAN MUHKAM DAN MUTASYABIH

SALAH SATU DEFINISI MUHKAM DAN MUTASYABIH


MENURUT AL-ZARQANI

muhkam ialah ayat yang jelas maksudnya dan nyata, tidak


mengandung kemungkinan nâskh.

Mutasyâbih ialah ayat yang tersembunyi maknanya, tidak


diketahui maknanya baik secara rasional, 'aqli maupun
naqli.
PENGERTIAN MUHKAM DAN MUTASYABIH
DALAM AL-QURAN

Pertama, firman Allah SWT:

Sebuah kitab yang disempurnakan (dijelaskan) ayat-ayatnya


(QS. Hûd [11]: 1).

Kedua, firman Allah SWT

Yaitu Al-Qur'an yang serupa (mutasyâbih) lagi berulang-ulang. (QS. al-


Zumâr [39]: 23)
SIKAP ULAMA TERHADAP AYAT-AYAT MUHKAM
DAN MUTASYABIH
Ayat- ayat yang termasuk dalam kategori mutasyabih al-shifat
Menurut Shubhi Al-shalih :
QS. Thâha [20]: 5

“Yaitu Tuhan yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas 'Arsy.”

QS. al-Fajr [89]: 22

“Dan datanglah Tuhanmu sedang malaikat berbaris-baris”


HIKMAH ADANYA AYAT
MUHKAM DAN MUTASYABIH

Menjadi rahmat bagi manusia Memperlihatka kelemahan dan


Memudahkan manusia kebodohan akal manusia
mengetahui arti dan maksudnya Teguran bagi orang-orang orang
Mendorong umat untuk giat yang mengutak-atik ayat-ayat
memahami, menghayati dan mutasyabih
mengamalkan isi kandungan Memperlihatkan kemukjizatan
Al_Quran Al-Quran
Menghilangkan kesulitan dan Mendorong kegiatan
kebingungan umat dalam mempelajari displin ilmu
mempelajari isi ajaran pengetahuan yang bermacam-
macam
MUHKAM DAN MUTASYABIH SECARA KHUSUS

1. Muhkam adalah ayat yang mudah diketahui


maksudnya, sedang mutasyabih hanyalah diketahui
maksudnya oleh Allah sendiri.
2. Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu
segi, sedang mutasyabih mengandung banyak segi.
3. Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui
secara langsung, tanpa memerlukan keterangan lain,
sedang mutasyabih tidak demikian; ia memerlukan
penjelasan dengan merujuk kepada ayat-ayat lain.
Perbedaan Pendapat dalam Mengetahui
Mutasyabih
Sumber perbedaan pendapat ini berpangkal pada masalah waqaf (berhenti)
dalam ayat. Contoh dalam QS. Ali Imran [3]:7

Apakah kedudukan lafazh ini sebagai huruf isti'naf (permulaan) dan waqaf
dilakukan pada lafazh "Wama ya'lamu ta'wilahu illa Allah, " ataukah ia ma'thuf?
Sedang lafazh "wa yaquluna" menjadi hal dan waqafnya pada lafazh "War-
rasikhuna fil ilmi.
Perbedaan Pendapat dalam
Mengetahui Mutasyabih
Pendapat pertama, mengatakan "isti'naf." Pendapat ini didukung
oleh sejumlah tokoh seperti Ubay bin Ka'ab, Ibnu Mas'ud, Ibnu
Abbas, sejumlah sahabat, tabi'in dan lainnya. Mereka beralasan,
antara lain dengan keterangan yang diriwayatkan oleh Al-Hakim
dalam Mustadrak-Nya, bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa ia
membaca; "Wa ma ya'lamu ta`wilahu illa Allah, wa ar -rasikhuna
fil ilmi yaquluna amanna bihi."
Dari Aisyah, ia berkata; Rasulullah membaca ayat ini
"Huwalladzi anzala ' alaika al-kitab" sampai dengan;
"ulul albab." Kemudian beliau bersabda,

"Apabila kamu melihat orang yang suka


mengikuti ayat-ayat mutasyabihat, maka itulah
mereka yang disinyalir Allah, waspadalah
terhadap mereka."
MACAM-MACAM MUTASYABIH

Al-Mutasyabih al-Haqiqiy adalah


bagian dari al-Qur’an yang mana kita
tidak dapat memahami maknanya, Al-Mutasyabih al-Idhafiy adalah
bahkan seorang mujtahidpun saat bagian dari al-Qur’an yang sebenarnya
menelitinya tidak bisa mendapatkan maknanya bisa dimengerti dalam
maknanya yang muhkam. syariat akan tetapi terkadang
dirancukan oleh kejahilan atau hawa
nafsu sehingga dalam pandangannya
menjadi mutasyabih yang sebenarnya
Al-Mutasyabih dalam istinbat lebih condong kepada muhkam.[16]
hukum bukan pada ayat atau Jenis kedua ini disebut juga dengan
dalilnya akan tetapi pada ‘illahnya. istilah al-Mutasyabih an-Nisbiy yang
Contoh; ayat tentang haramnya relative dan hanya ulama tertentu saja
bangkai dan halalnya hewan yang yang dapat memahami maknanya.
disembelih secara syari sangatlah
jelas, namun timbul syubhat saat
kedua daging tersebut tercampur
apakah halal untuk dikonsumsi atau
menjadi haram.
Kompromi Dua Pendapat dengan Memahami Makna Takwil

Dengan merujuk kepada makna takwil, maka akan jelas bahwa


antara kedua pendapat di atas tidak terdapat pertentangan, karena
lafazh "takwil" digunakan untuk menunjukkan tiga makna:

1. Memalingkan sebuah lafazh dari makna yang kuat (rajih)


kepada makna yang lemah (marjuh) karena ada suatu dalil
yang menghendakinya. Inilah pengertian takwil yang
dimaksudkan oleh mayoritas ulama mutaakhirin.
2. Takwil dengan makna tafsir (menerangkan, menjelaskan),
yaitu pembicaraan untuk menafsirkan lafazh-lafazh agar
maknanya dapat dipahami.
,
Kompromi Dua Pendapat dengan Memahami Makna Takwil

3. Takwil adalah pembicaraan tentang substansi


(hakekat) suatu lafazh. Maka, takwil tentang zat dan
sifat-sifat Allah ialah tentang hakekat zat-Nya itu
sendiri yang kudus dan hakekat sifat-sifatNya. Dan
takwil tentang Hari Kemudian yang diberitakan Allah
adalah substansi yang ada pada Hari Kemudian itu
sendiri. Dengan makna inilah diartikan ucapan Aisyah;
"Rasulullah mengucapkan di dalam ruku' dan sujudnya,
"Subhanaka Allhumma rabbana wa bi hamdika
Allahummaghfirli." Bacaan ini sebagai takwil beliau
terhadap Al-Qur'an, yakni firman Allah
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai