Hukum Acara Pidana Aci
Hukum Acara Pidana Aci
OLEH :
WESSY TRISNA, SH. MH
PENGERTIAN HUKUM ACARA PIDANA
1. LOGIKA
Ilmu bantu logika sangat dibutuhkan dalam proses penyidikan dan proses
pembuktian disidang pengadilan. kedua proses ini memerlukan cara-cara
berpikir yang logis sehingga kesimpulan yang dihasilkan pun dapat dikatakan
logis dan rasional.
2. PSIKOLOGI
sesuai dengn materi pokok ilmu ini, maka ilmu ini dapat berguna didalam
menyentuh persoalan-pesoalan kejiwaan tersangka. hal ini sangat membantu
penyidik dalam proses interograsi. dan hakim dapat memilih bagaimana dia
harus mengajukan pertanyaan sesuai dengan kondisi kejiwaan terdakwa.
3. KRIMINALISTIK:
Peranan ilmu bantu kriminalistik ini sangat berguna bagi proses pembuktian
terutama dalam melakukan penilaian fakta-fakta yang terungkap didalam
sidang, dan dengan ilmu ini maka dapat dikonstruksikan dengan sistematika
yang baik sehingga proses pembuktian akan lebih dapat
dipertanggungjawabkan. ilmu ini yang banyak dipakai adalah ilmu tentang
sidik jari, jejak kaki, toxikologi (ilmu racun) dan sebagainya.
4. Kedokteran Kehakiman dan Psikiatri
kedokteran kehakiman dan psikiatri sangat membantu penyidik, JPU dan hakim
didalam menangani kejahatan yang berkaitan dengan nyawa atau badan seseorang
atau keselamatan jiwa orang. Dalam hal ini hakim memerlukan keterangan dari
kedokteran dan psikitri, dan ketika ada yang menjelaskan tentang istilah istilah medis
hakim, jaksa dan pengacara tidak terlalu buta.
5. Kriminologi
Ilmu ini mempelajari seluk beluk tentang kejahatan baik sebab sebab dan latar
belakang kejahatanya maupun mengenai bentuk-bentuk kejahatan. ilmu ini akan
membantu terutama pada hakim dalam menjatuhkan putusan tidak membabi buta,
harus melihat latar belakang dan sebab sebab yang menjadikan pelaku melakukan
tindak pidana.
6. Penologi
Ilmu ini sangat membantu hakim dalam menentukan alternatif penjatuhan hukuman
termasuk juga bagi petugas pemasyarakatan jenis pembinaan apa yang tepat bagi nara
pidana.
7. Victimologi
Ilmu Yang mempelajari seluk beluk korban Kejahatan. Ilmu ini sangat membantu
dalam menentukan tindakan apa yang tepat untuk dapat memberikan santunan
kepada korban.
ASAS-ASAS HUKUM ACARA PIDANA
ASAS OPPORTUNITAS
pasal 36 C UU no. 48/2009
asas ini memberi wewenang pada penuntut umum untuk menuntut atau tidak
menuntut seorang pelaku dengan alasan kepentingan umum. inilah yang dianut
Indonesia contohnya seseorang yang memiliki keahlian khusus, dan hanya dia
satu-satunya di negara itu maka dengan alasan ini JPU boleh memilih untuk tidak
menuntut.
ASAS LEGALITAS
adalah asas yang menghendaki bahwa penuntut umum wajib menuntut semua
perkara pidana yang terjadi tanpa memandang siapa dan bagaimana keadaan
pelakunya. Dalam arti menghendaki agar semua pelaku sesuatu tindak pidana,
tanpa kecuali harus dituntut menurut undang-undang pidana yang berlaku dan
diajukan ke pengadilan untuk diadili.
Asas-asas
Pasal 97
Rehabilitasi dpt diajukan oleh seseorang yg diputus
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum atas
putusan pengadilan yg telah incracht.
Permintaan rehabilitasi tersangka atas penangkapan
atau penahanan tanpa alasan yg berdasarkan UU,
atau kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yg
diterapkan, yg tidak diajukan ke PN, diputus melalui
sidang praperadilan (Psl 97 ayat 3)
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
Penyelidikan
Penyidikan
Penangkapan
Penahanan
Penggeledahan
Penyitaan
Hukum acara pidana mengenal beberapa tahapan
dalam menyelesaiakan perkara pidana, sekalipun
secara tegas tidak ditentukan didalam KUHAP,
namun berdasarkan rumusan pasal-pasal yang ada
dalam KUHAP maka beberapa ahli hukum acara
pidana yang ditemukan dalam berbagai literatur
membagi tahapan itu menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu:
1. Tahapan pemeriksaan Pendahuluan,
2. Tahapan Penuntutan dan
3. Tahapan pemeriksaan disidang pengadilan.
Menurut S Tanusubroto yang dimaksud dengan
Pemeriksaan pendahuluan adalah pemeriksaan
penyidikan atau pemeriksaan sebelum dilakukan
dimuka persidangan pengadilan. Seperti halnya
dengan yang disampaikan oleh Soedjono D. yaitu
Pemeriksaan yang dilakukan apabila ada
persangkaan, baik tertangkap tangan atau tidak,
yang dilakukan sebelum pemeriksaan dimuka
persidangan pengadilan.
PENYELIDIKAN
DASAR HUKUM :
Pasal 156 ayat (1) KUHAP :
“Dalam hal terdakwa atau PH mengajukan keberatan
bahwa Pengadilan tidak berwenang atau Dakwaan tidak
dapat diterima atau Surat Dakwaan harus dibatalkan,
maka setelah diberi kesempatan kepada PU untuk
menyatakan pendapatnya, hakim mempertimbangkan
keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil
keputusan.”
JENIS/ MACAM KEBERATAN :
Meliputi:
1. Tulisan;
2. Keterangan saksi;
3. Persangkaan
4. Pengakuan;
5. Sumpah.
Pasal 184 ayat 2 KUHAP:
“Hal-hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu
dibuktikan” atau disebut dengan istilah notoire feiten (Fakta
Notoir).
Secara garis besar fakta notoir dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Sesuatu atau peristiwa yang diketahui umum bahwa sesuatu atau
peristiwa tersebut memang sudah demikian halnya yang
sebenarnya atau semestinya demikian.
Yang dimaksud sesuatu misalnya, harga emas lebih mahal dari
perak, tanah dikota lebih mahal harganya dari pada tanah
didesa. Dan yang dimaksud dengan peristiwa misalnya, pada
tanggal 17 Agustus diadakan peringatan hari kemerdekaan
Indonesia.
b. Sesuatu kenyataan atau pengalaman yang
selamanya dan selalu mengakibatkan demikian
atau selalu merupakan kesimpulan demikian.
Misalnya, arak adalah termasuk minuman keras
yang dalam takaran tertentu bisa menyebabkan
seseorang mabuk. Contoh lain, kendaraan yang
larinya 100 km/jam maka kendaraan tersebut akan
tidak stabil jika dihentikan seketika.
Keterangan saksi
Keterangan saksi dapat dilihat dalam Pasal 185 KUHAP.
Kewajiban seseorang menjadi saksi diatur pada penjelasan Pasal 159 ayat
(2) KUHAP yang menyebutkan: “Orang yang menjadi saksi setelah
dipanggil ke suatu sidang pengadilan untuk memberikan keterangan
tetapi dengan menolak kewajiban itu ia dapat dikenakan pidana
berdasarkan ketentuan undang-undang yang berlaku. Demikian pula
dengan ahli.”
Syarat keterangan saksi:
1. Syarat Formil (Pasal 160 ayat 2 KUHAP)
Jelas identitasnya, apakah ia kenal terdakwa, apakah ia mempunyai
hubungan darah/semenda dan sampai derajat keberapa dengan
terdakwa, atau apakah ia suami atau isteri, atau terdakwa meskipun
sudah bercerai atau terikat hubungan kerja dengannya
2. Syarat Materiil
Yang ia dengar sendiri, melihat sendiri, dan mengalami sendiri dengan
menyebut alasan mengapa saksi dapat melihat, mendengar dan
mengalami hal itu dan harus dinyatakan disidang pengadilan.
Orang yang dapat mengundurkan diri sebagai saksi atau
memberikan keterangan tanpa disumpah (Pasal 168 KUHAP)
yaitu:
1. keluarga sedarah atau semanda dalam garis lurus ke atas
atau ke bawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau
yang bersama-sama sebagai terdakwa;
2. saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka
yang mempunyai hubungan karena parkawinan dan anak-
anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga;
3. suami atau isteri terdakwa maupun sudah bercerai atau
yang bersama-sama sebagai terdakwa.
Pasal 171 KUHAP juga menambahkan pengecualian
untuk memberikan kesaksian dibawah sumpah,
yakni:
1. anak yang umurnya belum cukup lima belas tahun
dan belum pernah kawin;
2. orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun
kadang-kadang ingatannya baik kembali.
Pasal 185 ayat (2) KUHAP yang berbunyi:
“Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk
membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap
perbuatan yang didakwakan kepadanya”. Dikenal
dengan istilah unus testis nullus testis (Satu
saksi bukan saksi)
Keterangan Ahli