Anda di halaman 1dari 29

:Oleh

Team Teaching
Lembaga Pengembangan Studi dan Studi Islam
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
1. Pengertian Thaharah

• secara bahasa adalah bersih atau suci dari kotoran


kotoran seperti najis kencing, dan lain sebagainya,
atau secara maknawi bersih dari aib dan maksiat
• menurut syariat thaharah adalah bersih dari najis
dan hadas.
• para ulama bersepakat bahwa berthaharah adalah
sebuah kewajiban
• Allah sangat menyukai orang yang mensucikan diri
sebagaimana firman berikut ini:

‫ب الْ ُمتَطَ ِّه ِريْ َن‬ ِ ِ


‫ب‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫الت‬
َّ ‫ب‬ ِ ‫ه‬َّ
ُّ ‫ إ َ حُي ُّ َّ نْي َ َ حُي‬...
‫و‬ ‫ل‬ ‫ال‬ َّ
‫ن‬ ِ
• Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang bersuci(QS.
al-Baqarah: 222)
• Dalam sebuah hadis dijelaskan pula:

ِ َ‫الطُّهور َشطْرا ِإلمي‬


‫ان‬
• “Kesucian itu sebagian dari iman.” (HR. Muslim)
ُ ُ ُ
2. Beristinja’
secara bahasa adalah menghilangkan yang
mengganggu
Secara istilah adalah mensucikan sesuatu dari benda
najis dengan benda-benda suci yang dapat digunakan
untuk bersuci, seperti air, batu dan benda lainya
Adab Beristinja’
1. Ketika masuk dalam tempat buang hajat
membaca doa “Allahumma inni a’udzubika
minal khubutsi wal khobaits” dan apabila keluar
mengucapkan “Ghufrânaka”.
2. Menjauhkan diri dari pandangan orang atau
istitar (memakai tabir agar tidak terlihat orang)
3. Hendaklah menjauhi tempat ramai atau tempat
orang-orang benaung.
4. Tidak membuat hajat di tempat air menggenang
yang digunakan untuk mandi dan bersuci
6. Untuk wanita dimakruhkan buang hajat di kamar
mandi umum dimana laki-laki dan perempuan
tidak dipisah (Bercampur).
7. Disunnahkan duduk dan tidak menghadap kiblat
ataupun membelakanginya.
8. Disunahkan mencari tempat yang lunak (atau lebih
rendah) agar tidak menciprati pakaian.
9. Menghindari lubang-lubang tempat tinggal
binatang
10. Tidak sambil memperlihatkan aurat dan berbicara
dengan orang lai
11. Menggunakan tangan kiri ketika membersihkannya
12. Tidak menyebut-nyebut nama atau membawa
tulisan Allah.
13. Istibra’ (menghabiskan sisa-sisa kotoran)
14. Diusahakan mengusap pakaian dengan air yang
terciprati air kencing ketika buang hajat.
DALAM BERSITINJA’ ADA TIGA
PEMBAHASAN

1. benda-benda yang akan disucikan (najis)


2. bahan-bahan untuk mensucikan najis; dan
3. cara mensucikan najis
Najis secara bahasa adalah kotoran, dan kotoran
adalah segala sesuatu yang dianggap menjijikan,
meskipun tidak semua yang menjijikan dapat disebut
najis. Maka parameter kotoran dianggap najis atau
tidak adalah apa-apa yang disebutkan di dalam al-
Qur’an dan as-sunnah Ibid.
Macam-Macam Najis
1. Najis Mughaladlah
Najis mughaladah adalah najis berat yang cara
membersihkannya adalah dengan cara diusap dengan
tanah, kemudian dicuci dengan air sebanyak tujuh kali
Contoh : Air Liur Anjing
2. Najis Mutawasithah
Najis mutawasithah adalah najis sedang yang cara
membersihkannya cukup dicuci dengan air tiga kali atau
lebih sampai hilang bau, warna, dan bentuk najisnya.
Contoh : Darah Haid, Nifas, Tinja dll
3. Najis Mukhafafah
asaja.
Contoh :air kencing bayi laki-laki yang belum diberi
makan kecuali air susu ibunya
Alat untuk Bersuci

1. Air
a. Air Mutlak
Adalah air suci yang dapat mensucikan
Contoh : : air hujan, salju, air es yang sudah hancur
kembali
b. Air Musta’mal (yang terpakai)
Adalah air curahan bekas bersuci (mandi dan wudlu)
c. Air Campur
adalah air suci yang bercampur dengan sabun, kapur
barus dan benda-benda lain yang biasanya terpisah
dari air, namun tidak merubah bentuk, bau dan
rasanya.
Misalnya air kapur barus, air mawar, dan sebagainya
d. Air Perahan
Adalah air suci yang berasal dari perahan tumbuhan atau buah-
buahan
Misalnya air jus, air lira, air kelapa dan sebagainya
e. Air Najis
adalah yang tercampur benda najis sehingga merubah rasa, warna,
dan baunya. Air najis hukumnya tidak dapat mensucikan.
2. Tanah
Dalam hadis digambarkan bahwa sandal yang terkena
kotoran cara membersihkannya adalah dengan
menggosoknya di tanah.

َ ِ ‫ َعن أَبِي هُ َر ْي َرةَ أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬


‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
‫اب لَهُ طَهُو ٌر‬ َ ‫إِ َذا َو ِط َئ أَ َح ُد ُك ْم بِنَ ْعلِ ِه اأْل َ َذى فَإ ِ َّن ال ُّت َر‬
“Jika salah seorang diantara kalian menginjak kotoran
dengan sendalnya, maka sesungguhnya debu (tanah)
menjadi penyuci baginya.” (HR. Ibnu Hibban)
3. Batu dan benda padat yang dapat menyerap
kotoran

Dikisahkan pada saat tidak ada air, Nabi saw bersuci


dengan menggunakan tiga batu, sebagaimana hadis
berikut ini:

“Dari Khuzaimah bin Tsabit ia berkata; Rasulullah saw.


bersabda berkenaan dengan istinja`: “Hendaklah
menggunakan tiga batu dan tanpa dengan menggunakan
kotoran.”(HR. Ibnu Majah)
Hadas dan Cara Mensucikannya
1. Pengertian hadas
 Hadas adalah sebuah keadaan atau kondisi syar’i
dimana seseorang diharuskan bersuci, tanpanya
ibadah batal (tidak sah)
 Hadas ada dua macam yakni hadas kecil dan hadas
besar
Cara mensucikan Hadas
1. Wudlu
Dalam buku Himpunan Putusan Tarjih, dijelaskan
bahwa cara berwudlu sebagai berikut:
a. Baca “Bismillahirrahmanirrahim
b. Niat yang ikhlas karena Allah
c. Membasuh telapak tangan tiga kali
d. Gosok gigi dengan kayu siwak atau sikat dan
semisalnya
e. Berkumur dan memasukkan lalu mengeluarkan dari
hidung tiga kali apabila tidak dalam keadaan puasa
f. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap sudut
mata
g. Melebihkan dan menggosok muka dengan tangan
sampai sela-sela jenggot
h. Membasuh kedua tangan beserta siku dengan
digosok tiga kali dan sela-sela jari mulai dari tangan
kanan
i. Mengusap seluruh kepala dan di atas surban
dengan menjalankan kedua telapak tangan dari
ujung muka kepala sehingga tengkuk
dikembalikan pada permulaan
j. Mengusap kedua telinga sebelah luar dengan
dua ibu jari dan sebelah dalamnya dengan
kedua telunjuk
k. Membasuh kedua kaki beserta kedua mata kaki
dengan tiga kali dan celah-celah jari kaki
dengan melebihkan membasuh keduanya mulai
dari kanan
l. Mengucapkan Ashadu alla ilaha
illallah wahdahu la syarikalah wa
asyhadu anna Muhammadan
abduhu wa Rasuluhu
m. Setelah berwudlu dengan cara-
cara di atas maka ia berada
dalam, keadaan suci selama
tidak ada yang keluar dari dua
jalan, tidak bersetubuh, tidak
menyentuh kemaluan dan tidak
tidur nyenyak dengan miring.
2. Mandi
Berikut ini tata cara mandi janabah (hadas besar) yaitu:
a. Membasuh (mencuci) kedua tangan dengan ikhlas niat
karena Allah
b. Mencuci Kemaluan dengan tangan kiri
c. Berwudlu seperti wudlu untuk shalat
d. Mengambil air, kemudian memasukkan jari pada pokok
rambut dengan sedikit wangi-wangian, sesudah rambut
dilepas. Dimulai dari sisi kanan
e. Menuangkan air di atas kepala tiga kali, lalu diratakan di
atas seluruh tubuh dengan digosok
3. Tayamum
• menurut bahasa adalah sengaja
• menurut syara’ adalah sengaja menggunakan tanah
(debu) untuk mengusap muka dan kedua tangan
maksudnya dapat melakukan shalat dan lain-lainnya.
Tayamum disyariatkan berdasarkan pada al-Qur’an
dan sunnah sebagai berikut:
Al-Qur’an yaitu firman Allah:
…Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau
kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci).
Sapulah mukamu dan tanganmu.Sesungguhnya Allah
Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun (QS. An-Nisa’: 43).
Al-Sunnah, berdasarkan hadits Abu Umamah; yang
artinya: “Rasulullah Saw bersabda: Seluruh bumi dijadikan
bagiku dan bagi umatku sebagai masjid dan alat bersuci
(HR. Ahmad).
Sebab-Sebab Bertayamum
a. Jika seseorang tidak mendapat air atau ada tetapi tidak
cukup untuk bersuci
b. Jika seseorang mempunyai luka atau ditimpa sakit dan ia
khawatir dengan menggunakan air penyakitnya
bertambah atau lama sembuhnya, baik hal ini sebagai
pengalaman atau nasehat dokter yang dapat dipercaya
c. Jika sangat dingin dan keras dugaannya akan timbul
bahaya disebabkan ia menggunakan air dengan syarat
tidak sanggup memanaskannya
d. Jika air berada dekat seseorang tetapi ia khawatir atas
keselamatan dirinya, kehormatan, harta dan lain-lain atau
air terhalang oleh musuh yang ditakuti, baik manusia
maupun yang lain atau tidak mampu mengeluarkan air
karena tidak memiliki alat seperti tali dan ember. Keadaan
air seperti ini sama dengan tidak ada. Untuk itu boleh
bertayamum
e. Bila seseorang memiliki air yang sedikit hanya cukup untuk
minum dan masak dan keperluan lainnya
f. Jika seseorang sanggup menggunakan air tetapi ia khawatir
akan habis waktu shalat, bila ia berwudlu atau mandi
Cara Bertayamum
Dalam himpunan Putusan Tarjih
Muhammadiyah, diterangkan tata cara tayamum
sebagai berikut:
a. Meletakkan kedua telapak tangan ketanah, lalu
tiuplah keduanya dengan niat yang ikhlas karena
Allah dan membaca Bismillahirrahmanirrahim.
b.Mengusap muka
c. Mengusapkan kedua tangan sampai pergelangan
Mengenai cara tayamum tersebut di atas
dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Ammar bin Yasir ra yang artinya:
“ Pada suatu saat saya junub dan tidak mendapat
air, maka aku bergelimang dengan tanah lalu
shalat, kemudian kuceritakan kepada nabi Saw
maka Nabi bersabda: Cukup bila anda lakukan
seperti ini. Dipukulkan kedua telapak tangannya ke
tanah lalu dihembuskan dan kemudian
disapukannya ke muka dan kedua telapak
tangannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Wassalamu’alaikum Wr.
Wb……………..

Anda mungkin juga menyukai