Anda di halaman 1dari 12

Menyusun Paragraf

Paragraf adalah
gabungan kalimat yang
mengandung satu gagasan
pokok dan didukung oleh
gagasan-gagasan penjelas.
Gagasan pokok dan
gagasan penjelas ini harus
memiliki keterpaduan
bentuk (kohesi) dan
keterpaduan makna
(koherensi).
Gagasan Utama
Gagasan utama adalah
gagasan yang menjadi dasar
pengembangan sebuah
paragraf.
Gagasan Penjelas
Adalah gagasan yang fungsinya
menjelaskan gagasan utama.
Kalimat yang mengandung
gagasan penjelas disebut
kalimat penjelas.
Kalimat penjelas berisikan:
Uraian-uraian kecil;
Contoh-contoh;
Ilustrasi-ilustrasi;
Kutipan-kutipan; atau
Gambaran-gambaran yang
sifatnya parsial.
Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang gagasan utamanya
terletak di awal paragraf.
Contoh :
Satu-satunya bidang pembangunan yang tidak mengalami
imbas krisis ekonomi sektor-sektor di bidang pertanian.
Misalnya, perikanan masih meningkat cukup mengesankan,
yaitu 6,65%; demikian pula perkebunan, yang meningkat 6,46
persen. Walaupun terkena kebakaran sepanjang tahun, sektor
sektor kehutanan masih tumbuh 2,95%. Secara umum,
kontribusi dari sektor-sektor pertanian terhadap produk
domestik bruto (PDB) meningkat dari 18,07% menjadi 18,04%.
Padahal selama 30 tahun terakhir, pangsa sektor pertanian
merosot dari tahun ke tahun.
Paragraf Induktif
Paragraf Induktif yang gagasan utamanya terletak di akhir
paragraf.

Contoh :
Baik di Indonesia maupun di negaranya sendiri, Shin-chan
tidak dianggap sebagai role model yang baik buat anak-anak.
Protes pun bermunculan. Ruang surat pembaca di koran-
koran dipenuhi dengan keberatan para orang tua terhadap
komik yang laris manis itu. Umumnya surat itu datang dari
kalangan ibu. Menurut mereka dalam suratnya, kelakuan
negatif Shin- chan ternyata diikuti oleh anak-anak. Shin-chan,
di mata para orang tua Indonesia, adalah tokoh kartun
anak kecil tetapi penebar virus ketidakpatutan bagi anak
kecil lainnya.
Kepaduan Makna
(Koherensi)
Suatu paragfraf dikatakan koheren,
apabila ada kekompakan antara gagasan
yang dikemukakan kalimat yang satu
dengan yang lainnya. Kalimat-kalimatnya
memiliki hubungan timbal balik serta
secara bersama-sama membahas satu
gagasan utama. Tidak dijumpai satu pun
kalimat yang menyimpang dari gagasan
utama ataupun loncatan-loncatan pikiran
yang membingungkan.
Contoh:

Buku merupakan investasi masa depan. Buku adalah jendela ilmu


pengetahuan yang bisa membuka cakrawala seseorang. Dibanding
media pembelajaran audiovisual, buku lebih mampu mengembangkan
daya kreativitas dan imajinasi anak-anak karena membuat otak lebih
aktif mengasosiasikan simbol dengan makna. Selain itu radio adalah
media alat elektronik yang banyak didengar di masyarakat
termasuk anak-anak. Namun demikian, minat dan kemampuan
mambaca tidak akan tumbuh secara otomatis, tetapi harus melalui
latihan dan pembiasaan. Menciptakan generasi literat membutuhkan
proses dan sarana yang kondusif.

Paragraf di atas dikatakan tidak koheren karena terdapat satu kalimat


yang melenceng dari gagasan utamanya yaitu kalimat yang dicetak
Keterpaduan Bentuk
(Kohesi)
Apabila koherensi berhubungan
dengan isi, maka kohesi atau
keterpaduan bentuk berkaitan
dengan penggunaan kata-katanya.
Bisa saja satu paragraf
mengemukakan satu gagasan
utama, namun belum tentu
paragraf tersebut dikatakan kohesif
jika kata-katanya tidak padu
Contoh:

Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Impor beras
meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998.
swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun
1985, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan
530,7 ribu ton pada tahun 1993. pada tahun 1994, neraca
perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Impor beras
meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton.

Gagasan utama paragraf, yaitu mengenai masalah naik turunnya


produksi beras Indonesia. Dengan demikian koherensi kalimat
tersebut sudah terpenuhi, namun paragraf tersebut dikatakan
tidak memiliki kohesivitas yang baik sehingga gagasan tersebut
sulit dipahami. Paragraf tersebut perlu diperbaiki, misalnya
dengan memberikan kata perangkai seperti berikut ini.
Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85
persen. Akibatnya, impor beras meningkat,
diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998.
Sesudah swasembada pangan tercapai di tahun
1984, pada tahun 1985, kita mengekspor
sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7
ribu ton pada tahun 1993. Akan tetapi, pada
tahun 1994, neraca perdagangan beras kita
tekor 400 ribu ton. Sejak itu, impor beras
meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5
juta ton.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai