Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH KH.

HASYIM ASY’ARI
OLEH KELOMPOK 1

TANTOWI ZOHRI
LUTFI HAKIMUN WAHID
Biografi KH.HASYIM ASY’ARI

Hasyim Asy’ari lahir di desa Nggedang sekitar dua kilometer sebelah Timur
Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Pada hari Selasa kliwon, tanggal 24 Dzulhijjah
1287 atau bertepatan tanggal 14 Pebruari 1871 M.
Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim ibn Asy’ari ibn Abd. Al Wahid ibn
Abd. Al Halim yang mempunyai gelar Pangeran Bona ibn Abd. Al Rahman Ibn Abd.
Al Aziz Abd. Al Fatah ibn Maulana Ushak dari Raden Ain al Yaqin yang disebut
dengan Sunan Giri. Sedangkan ayahnya bernama Asy’ari dan ibunya bernama
Halimah.
KEHIDUPAN SOSIAL DAN PENDIDIKAN KH. HASYIM ASY’ARI

Pendidikan pesantren mengalami kemajuan yang pesat sampai dengan akhir


perang Diponegoro (1785-1855). Setelah itu, pendidikan Islam, meski secara kuantitas
naik tapi secara kualitas mengalami kemunduran.
Menurunnya kualitas itu antara lain karena pesantren selama masa perang
dianggap sebagai kubu perang gerilya. Posisis ini terang sangat membahayakan
pemerintah penjajah Belanda. Keadaan ini semakin diperparah ketika pada 1888
terjadi pemberontakan para kyai dan petani di Cilegon yang dipimpin oleh Kyai Wasir.

Ditengarai, bermukimnnya KH. Hasyim As’ari selama di Makkah telah


menumbuhkan semangat perlawanan terhadap kolonialisme. Interaksi sosial yang
terjalin antar sesama pelajar dari Jawa khususnya dan daerah jajahan pada umumnya,
talah membentuk kesadaran resistensi terhadap kolonialisme.
MASA MUDA KH. HASYIM
ASY’ARI

HADRATUSSYAIKH KH. HASYIM ASY’ARI

Pada usia muda Hasyim Asy’ari mulai melakukan


pengembaraan ke berbagai pesantren di luar daerah
Jombang. Pada awalnya, ia menjadi santri di pesantren
Wonokojo di Probolinggo, kemudian berpindah ke
pesantren Langitan, Tuban.
Dari Langitan santri yang cerdas
tersebut berpindah lagi ke pesantren
Trenggilis, hingga pesantren
Kademangan Bangkalan, di Madura
sebuah pesantren yang diasuh kyai Khalil.
Terakhir sebelum belajar ke Mekkah, ia
sempat nyantri dan tinggal lama di
pesantren Siwalan Panji, Sidoarjo, di
bawah asuhan kiai Ya’qub, sampai
akhirnya diambil menantu oleh kiai
Ya’qub, dinikahkan dengan anaknya yang
bernama Khadijah tahun 1892.
MENDIRIKAN PONPES TEBUIRENG
Pondok Pesantren Tebuireng Jombang merupakan salah satu
pondok pesantren tertua di Indonesia dan telah banyak
melahirkan para pejuang agama dan negara di bumi nusantara.
Didirikan sejak 3 Agustus 1899, Pesantren Tebuireng kini telah
menapaki usianya yang ke-120 tahun.
Pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari mendirikan
pesantren ini bertepatan pada 26 Rabi’ul Awal 1317 Hijriah. Saat
itu, Mbah Hasyim baru pulang dari Makkah dan berkeinginan
untuk membangun pesantren tidak jauh dari rumah orang tuanya
di Tebuireng.
Berdasarkan data dari pemerintah Jepang
pada 1942, jumlah santri dan ulama di Pulau
Jawa sebanyak 25 ribu orang, yang mana
semuanya itu pernah menyantri di Tebuireng. Di
antara santri Tebuireng yang menjadi ulama besar
adalah KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri,
KH Chudori, KH Abdul Karim, KH As’ad
Syamsul Arifin, KH Maksum Ali, KH Adlan Ali,
dan banyak lagi yang lainnya.
MENDIRIKAN NAHDLATUL ULAMA

Sejarah mencatat bahwa ulama-ulama pesantren kerap melakukan upaya-upaya


batin setiap membuat keputusan-keputusan penting. Upaya batin tersebut di
antaranya dilakukan melalui shalat istikhoroh, puasa, istighotsah, wirid, dzikir, tahlil,
dan membaca shalawat. Shalawat yang dibaca oleh para kiai juga beragam, shalawat
nariyah, shalawat badar.

Dalam meminta petunjuk langit, para kiai tidak lepas dari teladan Nabi Muhammad
SAW. Kala itu, Rasulullah dan para sahabatnya melakukan doa bersama (istighotsah)
menjelang Perang Badar. Menilik kelahiran NU, juga tidak hanya melalui upaya-
upaya lahir dengan berbagai pertimbangan kuat, tetapi juga meminta petunjuk
langit, terutama ketika KH Hasyim Asy’ari berinteraksi langsung secara batin dengan
gurunya, KH Cholil Bangkalan.
Di berbagai literatur yang menjelaskan tentang
sejarah pendirian Nahdlatul Ulama (NU), KH Cholil
Bangkalan Madura (1820-1923) mempunyai peran
strategis. Peran tersebut terjadi ketika KH
Muhammad Hasyim Asy’ari (1871-1947) hendak
meminta petunjuk kepada Mbah Cholil terkait
gagasan para kiai pesantren untuk mendirikan
sebuah organisasi ulama.
KESIMPULAN
KH. Hasyim Asy’ari dilahirkan pada selasa
kliwon 24 Zulqa’dah 1284 atau 14 Februari 1871
di desa gedang, jombang jawa timur. KH. Hasyim
Asy’ari wafat pada tanggal 25 Juli 1947 pukul
03.45 dini hari bertepatan dengan tanggal 7
Ramadhan tahun 1366 dalam usia 79 tahun.
SEKIAN TRIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai