Disusun Oleh :
MUHAMMAD RAJIEF AZZA
NIM :20200961102
FILSAFAT DAN PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI
• Ada keyakinan mendasar bahwa filsafat bertitik tolak pada pengalaman.
• Manusia yang berfilsafat berada dalam satu konteks pengalaman tertentu.
• Untuk memberi makna kehidupan dalam filsafat, diandaikan bahwa manusia
memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang apa yang akan menjadi bahan
refleksinya.
• Filsafat selalu memulai dengan bentuk pengetahuan tertentu, dari suatu bidang
pengalaman tertentu.
• Berbagai bentuk pengetahuan dan bidang pengalaman yang tersedia bagi refleksi
filsafat, perlu dipilih, diseleksi dan dianalisa.
• filsafat mengatur dan menginterpretasikan ide-ide, keyakinan, serta nilai sehingga
terbentuk suatu sistem pemikiran yang mampu memberi arah pada kehidupan
manusia.
• Filsafat adalah usaha revolusioner untuk menggantikan sistem penjelasan mitologis
dengan sistem penjelasan yang rasional.
• Sekumpulan tokoh-tokoh filsafat seperti Thales, Anaximenes, Anaximandros adalah
tonggak-tonggak penting dalam sejarah pemikiran rasional.
• Filsuf awal mempraktikkan filsafat sebagai penjelasan rasional terhadap persoalan-
persoalan yang mereka temukan dalam pengalaman sehari-hari.
• Pertanyaan dan jawaban rasional merupakan langkah awal pada proses permulaan
penelitian dan pengamatan, redefinisi mitos-mitos yang irasional dan pembiasaan
untuk memulai penjelasan dengan bukti-bukti yang empirik dan masuk akal.
Ada tiga ciri khas kualitas pengetahuan filsafat atau menunjuk bahwa suatu
pengetahuan itu khas filosofis.
Discourse of Representative
Aliran ini menekankan pada keterwakilan, yakni teori komunikasi yang dikembangkan secara kuantitatif,
yang diwakili oleh rumusan X→Y (faktor x mempengaruhi faktor y), seperti teori pengaruh menonton
tayangan kekerasan terhadap prilaku agresivitas anak SD. Aliran ini sangat menekankan keterpisahan
antara peneliti dan yang diteliti sebagai sebuah nilai objektivitas. Aliran ini disebut juga aliran Chicago.
Discourse of Understanding
Aliran ini menekankan pada pemahaman. Yakni untuk memahami objek kita harus melakukan interaksi
dengan yang diteliti. Tidak seperti aliran pertama, aliran kedua justru membolehkan adanya interaksi
peneliti dan yang diteliti. Seperti ketika meneliti pola komunikasi dalam suatu kebudayaan tertentu,
maka penelitian yang terbaik adalah dengan cara kita berinteraksi dengan kebudayaan tersebut. Realitas,
dengan demikian merupakan bangunan bersama antara peneliti dan yang diteliti. Aliran ini menekankan
pada metode kualitatif.
Discourse of Suspicion
Aliran ini disebut juga aliran kritis, yakni berusaha mendobrak struktur komunikasi dan struktur sosial
yang mempengaruhi pola komunikasi suatu masyarakat. Aliran ini tumbuh di Frankfurt dan karenanya
disebut juga sebagai aliran Frankfurt. Sifat kritis pada aliran ini berasal dari adopsi pemikiran Karl Marx
yang kemudian dimodifikasi. Pada dasarnya aliran ini mendobrak struktur sosial dan politik yang
dikuasai oleh penguasa dan pemilik modal, sehingga lebih berorientasi pada masyarakat luas.
Discourse of Vulnerability
Aliran ini disebut juga aliran postmodernism, yakni aliran yang menolak keberadaan struktur sosial.
Menurut aliran ini yang ada adalah perubahan minat (interest) dan ide. Karenanya pola komunikasi pun
harus dibebaskan dari struktur yang melingkupinya.
Seiring dengan perkembangan zaman, teori komunikasi hingga kini masih terus
berkembang. Straubhaar (2003: xiii), seorang teoritisi komunikasi dari University of Texas,
AS, mengatakan komunikasi kekinian adalah komunikasi yang termediasi oleh teknologi
dalam berbagai bentuk jenis media baru. Di negara maju seperti AS, rata- rata orang
menonton TV adalah 2.600 jam per tahun, atau setara dengan 325 hari efektif kerja.
Dari pemaparan tersebut jelas terlihat bahwa bagaimanapun kelahiran dan perkembangan
komunikasi sebagai suatu disiplin tidak terlepas dari filsafat.
TERIMAKASIH
SEMOGA BERMANFAAT