Anda di halaman 1dari 27

IMMUNO PARASITOLOGI

Oleh
Dr. Drs. Adrial, M.Kes
Faktor-faktor Kekebalan
1. Kekebalan Bawaan (Innate Immunity)
2. Kekebalan Didapat (Natural Acquired Immunity)
A. Kekebalan Bawaan
• Definisi
= kekebalan yang diperoleh sebelum
seseorang terpapar parasit, termasuk
di dalamnya :
1. Faktor Genetik
2. Faktor Non-genetik
I. Faktor Genetik
a) ERITROSIT ATAU SEL DARAH MERAH

b) B. SEL MAKROFAG DAN SEL LIMFOSIT


A. ERITROSIT
• Kelainan membran sel darah merah
Reseptor-reseptor pada membran sel darah
merah :
1. Antigen Duffy (Fyb)
2. Glikoforin A
3. Protein band-3
• Kelainan dalam sel darah merah/intraseluler
1. Defisiensi G6PD(Glucose –6 Phosphat
Dehydrogenase)
2. Hemoglobinopatia
a. Haemoglobin –S(Sickle cell)
b. Thalassemia(α danβ) dan Haemoglobin
fetal
(Hb-F)
a. Varian rantai β : Hb-C, Hb.D dan Hb-E.
B. Sel makrofag dan Sel Limfosit
• Sel makrofag sebagai tempat hidup parasit
slah satu gen yg berperan adalah Lsh untuk infeksi
Leishmania.
• Sel Limfosit  gen yang berperan adalah gen MHC
(Mayor Histocompatibility Complex) yg t.d. MHC
kelas I dan MHC kelas II
II. Faktor-faktor Non-genetik
1. Hormon : pd wanita hamil dan menyusui
2. Faktor-faktor pada sistem gastrointestinal
- tekanan O2, CO2,pH, enzim-enzim,
empedu.
3. Faktor-faktor pada kulit :
-barrier mekanik : rambut, bulu, stratum
corneum, kelenjar sebum dll.
2. KEKEBALAN YANG DIDAPAT
(NATURAL ACQUIRED IMMUNITY)

DEFINISI :
- kekebalan yang diperoleh seseorang setelah
terpapar parasit.

- penting dalam epidemiologi dan pengem-


bangan vaksin
A. PROTOZOA
1. Malaria
# di daerah endemisitas tinggi
- paling banyak diderita oleh anak-anak
- orang dewasa : - gej.klinis jarang dan
- Σ parasit dalam darah
rendah

2. Toksoplasmosis
3. Giardiasis
2. Toksoplasmosis
- orang dengan Ig spesifik Toxoplasma positif,
tidak memperlihatkan gejala klinis
- toksoplasmosis akut biasanya pd orang-orang
dengan immunosupresi.
3. Giardiasis
- pendatang lebih mudah terinfeksi
daripada penduduk asli/pribumi
B. Cacing
• Schistosomiasis
• Di daerah endemisitas tinggi
• Prevalensi dan intensitas infeksi yg tinggi
terjadi pd anak-anak

• Filariasis
• Di daerah endemik tinggi jarang ditemukan mikrofilaria
dalam darah penderita.
Mekanisme kekebalan yang
didapat
1. Humoral
1. Antibodi yang bekerja sendiri
2. Antibodi yang dibantu sel-sel lain
3. Antibodi dibantu oleh komplemen
2. Seluler  dilakukan oleh sel limfosit T
a. CTL (Cytotoxic T-Lymphocyte)
b. Limfokin IFNγ
c. Sel NK(Natural Killer)
IMUNODIAGNOSIS
PENYAKIT PARASIT
• Tujuan
= menegakkan diagnosis penyakit parasit yang
parasitnya sukar ditemukan dengan
pemeriksaan mikroskopik, misalnya
- pada masa prepaten
- infeksi menahun
- lokalisasi pengambilan bahan pemeriksaan
secara teknis sukar dicapai
Contoh :

 Helmintologi : sindroma Löeffler, visceral


larva migrans, filariasis menahun, tropical
pulmonary eosinophilia, sistiserkosis,
hidatidosis, trikinosis, skistosomiasis dini dan
menahun

 Protozoologi : amebiasis menahun,


toksoplasmosis, malaria transfusi.
Deteksi penyakit
• Secara garis besar adalah

• reaksi kekebalan hospes dan


• antigen dari parasitnya
Reaksi kekebalan
• Reaksi Humoral
• IDT (imunodiffusion test)
• CIEP(Counter Immuno Electrophoresis)
• Tes hemaglutinasi
• Tes fluorosensi
• ELISA
• Radioimmunoassay
• Tes dengan komplemen
• Reaksi Seluler

 Lebih sulit karena limfosit yang diperoleh


harus segar.

 Positip bila jumlah limfosit yang


menempel cukup banyak.
Deteksi antigen parasit
Dapat dgn berbagai tes serologi

Harus dibuat zat anti poliklonal atau monoklonal


yang bereaksi dgn antigen parasit tersebut.

Memerlukan peralatan canggih.

Biaya tinggi.

Bila parasitnya masih hidup.


Teknik-teknik Imunodiagnosis
Masa Kini
• ELISA (=Enzyme linked immunoassay)
• Salah satu teknik imunokimiawi untuk mendeteksi interaksi Ag-
Ab. Proses ini divisualisasi dengan bantuan enzim sebagai
indikator (ag-ab dilabel dengan enzim).
• Manfaat :
• Penentuan kadar Ag/Ab secara kuantitatif
• Mengukur afinitas ab monoklonal
• Syarat :
• .Ag/ab dilabel dg enzim
• Tidak boleh mengurangi sifat monologinya
• Murni
• stabil
• Prinsip kerja ELISA
Reaksi Ag&Ab yg dilabel enzim
kompleks Ag-Ab
diinkubasi dg substrat kromogenik
perubahan warna bila dihidrolisis oleh enzim
pengukuran intensitas warna
• PCR (polymerase chain reaction)
• Suatu teknik memperbanyak DNA secara invitro
• Produknya berupa DNA
• Sebagai cetakan (template) : DNA atau RNA
• Bahan :
• DNA/RNA template: panjang 20-30
• Primer : jarak primer dg cetakan ± 10 kb
• Enzim: polymerase: reaksi sintesis dari 5’ – 3’
( dari 5’α phosphtae ke 3’ terminal hydroxyl)
konsentrasi 10-100
• Buffer
• dNTPs (dCTP,dGTP,dTTP & dATP).
• Reaksi PCR
• Denaturasi : Suhu 92-95 °C
• Penempelan primer 37-55 °C siklus
• Sintesis : 55-72°C

• Banyak produk PCR : 2n


• N = jumlah siklus.
• DNA Probe
= suatu molekul yang mempunyai interaksi kuat
hanya dg target spesifilnya yang akan dideteksi.
Contoh: ikatan ag-ab
- “- avidin-biotin
-“ - komplementer as.Nukleat
DNA probe dilabel dg radioaktif.
Contoh Imunodiagnosis penyakit
Parasit
• Malaria
• RM test (Rapid Manual test) untuk mendeteksi
antigen P. falciparum stad. Trofozoit yg terdiri atas
histidine-rich protein II (PfHRP-II).Dilakukan dengan
metode Dipstick
• ELISA (Enzyme linked immunosorbentassay)
untuk mendeteksi PfHRP II
• ICT (Imunochromatographic Test) menggunakan
antibodi monoklonal sebagai penangkap protein
antigen yaitu HRP II untuk P. falciparum dan LDH
untuk P. vivax.
• Filariasis
• Menggunakan teknologi pelacak DNA dan PCR
(polymerase chain reaction)
• Wuchereria bancrofti:
• Mempunyai DNA berulang dengan panjang
195 bp yang dapat dipotong oleh enzim SspI
repeat
• Brugia malayi: mempunyai DNA berulang dengan
panjang 322 bp(base pair=pasangan basa) yg
dapat dipotong oleh enzim HhaI.

Anda mungkin juga menyukai