Anda di halaman 1dari 21

Meeting with Company A JUNE 15, 2021 - 18H

JULY 11, 2021 - 11H Meeting with Company A


Meeting with Company A JUNE 15, 2021 - 15H
AUGUST 8, 2021 - 16H Meeting with Company A
// FEBRUARY
Meeting with Company A 2021 JUNE 15, 2021 - 15H
RIL 15, 2021 - 15H Meeting with Company A
ing with Company A

MANAJEMEN
RISIKO
KELOMPOK 5 JUNE 15, 2021 - 18H
Meeting with Company A
Shania Cahya Nadhifa141180077 JUNE 15, 2021 - 15H
Ilham Nur Saputra 141180082
Meeting with Company A
M. Rizki Ramadhan 141180098
Indah Nur Fauziyah 141180203 JUNE 15, 2021 - 15H
Meeting with Company A
MARCH 22, 2021 - 15H
Risiko proyek adalah peristiwa tidak pasti
yang bila terjadi memiliki
pengaruh positif atau negatif terhadap
minimal satu tujuan proyek (waktu,
biaya, ruang lingkup, mutu). Risiko
mungkin memiliki satu atau lebih
penyebab, yang bila terjadi memiliki satu
atau lebih dampaknya terhadap
manajemen.
Manajemen proyek dan risiko adalah proses sistematis untuk merencanakan, mengidentifikasi,
menganalisis, dan merespon risiko proyek.
Manajemen risiko berusaha mengenali dan mengelola masalah potensial dan tak terduga
yang mungkin terjadi ketika proyek diimplementasikan. Manajemen risiko mengidentifikasikan
sebanyak mungkin peristiwa risiko (sesuatu yang bisa berlangsung salah atau menyimpang),
memperkecil dampak mereka (apa yang dapat dilakukan pada peristiwa tersebut sebelum proyek
mulai), megelola respons terhadap peristiwa-peristiwa yang sungguh-sungguh berdampak besar
(rencana kontingensi), dan menyediakan dana kontingensi untuk mengatasi peristiwa risiko yang
benar-benar terjadi.
PROSES MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko proyek memberi manajer proyek pengendalian yang lebih


baik atas masa depan dan dengan signifikan meningkatkan peluang mencapai
sasaran proyek secara tepat waktu, sesuai anggaran, dan memenuhi kinerja
teknis (fungsional) yang diperlukan.
Sumber risiko proyek tak terbatas. Ada sumber di luar organisasi seperti
inflasi, penerimaan pasar, nilai tukar, dan peraturan pemerintah. Dalam
praktik, peristiwa risiko seperti itu sering disebut “ancaman”.
Langkah 1: Identifikasi risiko

Tim manajemen risiko terdiri dari anggota tim inti dan stakeholders lain yang relevan. Tim
menggunakan brainstorming dan teknik identifikasi masalah untuk mengidentifikasikan
masalah potensial.
Satu kesalahan umum yang dibuat pada awal proses identifikasi risiko adalah fokus pada
konsekuensi, bukan pada peristiwa-peristiwa yang dapat menghasilkan konsekuensi. Apa
yang perlu mereka fokuskan adalah peristiwa-peristiwa yang bisa menyebabkan hal itu
terjadi (yaitu estimasi yang buruk, cuaca kurang baik, keterlambatan pengirima, dll). Selain
itu Fokus pada awal seharusnya adalah pada risiko yang dapat memengaruhi proyek
keseluruhan, bukan pada satu bagian spesifik dari proyek atau jaringan.
Alat untuk mengidentifikasi risiko, yaitu

Work Breakdown Structure  (WBS)

Penggunaan WBS ini mengurangi kesempatan luputnya


sebuah peristiwa risiko.

Profil risiko

Profil risiko ini berupa daftar pertanyaan yang meyoroti


area ketidakpastian pada sebuah proyek. Pertanyaan
tersebut dikembangkan dan ditinggalkan dari proyek-
proyek sebelumnya yang serupa.
Langkah 2: Penilaian Risiko

Para manajer harus mengembangkan metode-metode untuk menelusuri daftar risiko dan
menghapus risiko yang tidak penting dan memerhatikan risiko dalam hal nilai pentingnya dan
kelayakannya untuk diperhatikan.
Analisis skenario adalah teknik yang paling umumm digunakan untuk menganalisis risiko.
Anggota tim menilai masing-masing risiko dalam hal:
1. Peristiwa yang tidak diinginkan.
2. Semua hasil akhir dari kejadian sebuah peristiwa.
3. Manfaat penting atau dampak merusak atau merugikan dari sebuah peristiwa.
4. Peluang atau probabilitas terjadinya peristiwa.
5. Kapan peristiwa dapat terjadi pada proyek.
6. Interaksi dengan bagian lain dari proyek ini atau dari proyek lain.
Form penilaian risiko
Organisasi sering
menemukan bahwa
menggolongkan tingkat
keparahan risiko yang
berbeda-beda ke dalam
beberapa format matriks
penilaian risiko, merupakan
hal yang berguna. Matriks
umumnya dibuat dengan
memasukkan dampak dan
kemungkinan peristiwa
risiko.
Langkah 3: Mengembangkan Respon Resiko

1. Mengurangi Risiko
Pada dasarnya ada 2 strategi untuk mengurangirisiko. Yang pertama adalah Mengurangi
kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut atau mengurangi dampak peristiwa tersebut pada
proyek.Yang kedua adalah Menghindarkan risiko adalah mengubah rencana proyek untuk
menghapuskondisi atau risiko. Sekalipun mustahil menghapus semua peristiwa risiko, namun
beberapa risiko spesifik dapat dihindarkan sebelum meluncurkan proyek.
2.  Menghindarkan Risiko
Menghindarkan risiko adalah mengubah rencana proyek untuk menghapus kondisi atau risiko.
Sekalipun mustahil menghapus semua peristiwa risiko, namun  beberapa risiko spesifik dapat
dihindarkan sebelum meluncurkan proyek.
3.  Memindahkan Risiko
Melewatkan risiko kebagian lain adalah hal biasa, pemindahan tersebut tidak mengubah
risiko. Memindahkan risiko ke bagian lain selalu menimbulkan  pengeluaran besar. Kontak
 fixed-price adalah contoh klasik pemindahan risiko dari pemilik ke kontraktor. Kontraktor
memahami perusahaan akan membayar semua risiko yang kelihatan. Oleh karena itu, faktor
risiko moneter ditambahkan ke harga penawaran kontrak. Sebelum memtuskan pemindahan
risiko, pemilik  perlu memtuskan bagian mana yang paling baik dapat mengendalikan aktivitas
yang akan mendorong ke arah risiko yang terjadi.
4. Berbagi risiko ( sharing risk ) adalah mengalokasikan proporsi risiko ke beberapa bagian
yang berbeda. Contoh, Airbus A340. Risiko riset dan pengembangan dialokasikan
antarnegara Eropa, termasuk Inggris dan Perancis.
Perencanaan Kontingensi

Rencana kontingensi adalah sebuah rencana alternatif yang akan


digunakan jika suatu peristiwa risiko yang diperkirakan belum menjadi
kenyataan. Rencana kontingensi menghadirkan tindakan-tindakan
yang akan mengurangi ataumemperkecil dampak negatif dari
peristiwa risiko. Seperti semua rencana, rencana kontingensi menjawab
pertanyaan tentang apa, di mana, kapan, dan berapa banyaktindakan yang
akan berlangsung.
Beberapa dari metode yang paling umum untuk menangani risiko
dibahas dibawah ini :
1. Risiko Teknis
2. Risiko Jadwal :
a. Penggunaan Slack
b. Tanggal Durasi yang Ditentukan
c. Kompresi Jadwal Proyek
3. Risiko Biaya :
a. Hubungan Ketergantungan Waktu/Biaya
b. Keputusan Arus Kas
c. Risiko Proteksi Harga
4. Risiko Pembiayaan
Dana Kontingensi dan Penyangga Waktu

• Dana kontingensi dibuat untuk mengkaver resiko proyek, yang telah diidentifikasi maupun
yang belom diketahui. Pemilik proyek sering enggan menyediakan dana kontingensi proyek
karena dana tersebut dapat menyiratkan bahwa rencana proyek buruk.
• Beberapa dari mereka merasa dana kontingensi sebagai dana tambahan. Pada umumnya
keengganan menetapkan cadangan kontingensi dapat diatasi dengan identifikasi resiko yang
telah didokumentasikan, penilaian, rencana kontingensi dan merencanakan kapan dan
bagaimana dana akan dikeluarkan.
Dana Kontingensi

Cadangan Anggaran Cadangan Manajemen

Cadangan ini diidentifikasikan untuk Dana cadangan ini diperlukan untuk


paket kerja yang spesifik atau untuk menutup risiko utama yang tak terduga
segmen-segmen sebuah proyek yang dan karena itu, berlaku untuk total
ditemukan dalam anggaran baseline atau proyek.
WBS.
Penyangga Waktu (Time Buffer)

Para manajer menggunakan penyangga waktu untuk mengatasi keterlambatan


potensial dalam proyek. Dan seperti dana kontingensi, jumlah waktu adalah
bergantung pada ketidakpastian yang melekat pada proyek.
Ketika menghadapi ketidakpastian jadwal secara menyeluruh, penyangga kadang-
kadang ditambahkan pada akhr proyek.
Langkah 4: Pengendalian Respons Risiko

Manajer proyek harus memonitor risiko dan melacak kemajuan proyek. Penilaia
dan pembaruan (updating)  risiko perlu menjadi bagian dari setiap sistem
pelaporan pemenuhan atau penyelesaian dan kemajuan proyek.
membangun sebuah lingkungan dimana para peserta merasa nyaman untuk
mendapatkan perhatian dan mengakui kesalahan. Seharusnya norma yang berlaku
adalah bahwa kesalahan bisa diterima, dan menyembunyikan kesalahan tidak
bisa ditoleransi. Dalam proyek yang melibatkan banyak organisasi dan
kontraktor, masalah ini bisa problematis. 
  Manajemen Pengendalian Perubahan

Kebanyakan perubahan masuk dalam tiga kategori berikut:


1. Perubahan cakupan dalam bentuk desain atau penambahan menghadirkan
perubahan besar.
2. Implementasi rencana kontingensi, ketika peristiwa resiko terjadi dapat
menghadirkan perubahan dalam biaya dan jadwal baseline. 
3. Perubahan peningkatan yang diusulkan oleh anggota tim proyek menghadirkan
kategori lain.
Sistem pengendalian perubahan melibatkan pelaporan, pengendalian, dan
 perekaman perubahan pada baseline proyek. Sistem pengendalian proyek dirancang untuk
memenuhi hal berikut:
1. Mengidentifikasi perubahan yang diusulkan.
2. Mendaftarkan efek yang diharapkan dari perubahan jadwal dan anggaran yang diusulkan.
3. Meninjau ulang, mengevaluasi, dan menyetujui atau tidak menyetujui perubahan
secara resmi.
4. Merundingkan dan memecahkan konflik perubahan, kondisi, dan biaya.
5. Mengomunikasikan perubahan ke pihak yang terpengaruh.
6. Menetapkan tanggung jawab untuk mengimplementasikan perubahan.
7. Melakukan penyesuaian jadwal master dan anggaran.
8. Melacak semua perubahan yang diimplementasikan.
JUNE 15, 2021 - 18H
Meeting with Company A
JUNE 15, 2021 - 15H
Meeting with Company A
JUNE 25, 2021 - 12H JUNE 15, 2021 - 15H
Meeting with Company A

TERIMAKASIH
Meeting with Company A
JULY 11, 2021 - 11H MARCH 22, 2021 - 15H
Meeting with Company A Meeting with Company A
AUGUST 8, 2021 - 16H
Meeting with Company A
RIL 15, 2021 - 15H
ing with Company A

Anda mungkin juga menyukai