Anda di halaman 1dari 15

Transaksi Perpajakan

Atas Kewajiban
Arbela Anastasia 3803019031
Gracelia Anggraini 19120057
Grace Angelina 19120062
Clara Laurencia 19120063
“Wajib Pajak menurut Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan mengatakan “Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan
yang meliputi pembayaran pajak, memotong pajak, pemungutan pajak dan melaporkan pajak,
mempunyai 24 hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan”
Kewajiban
● Segala sesuatu yang diwajibkan atau sesuatu yang harus dilaksanakan
dan sebuah keharusan.
● Hutang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
diperkirakan mengakibatkan pengeluaran sumber daya perusahaan.

Kewajiban menurut waktu penyelesaiannya, dapat dikelompokkan menjadi 2 :


1. Kewajiban lancar
2. Kewajiban tidak lancar
Kewajiban Lancar
Kewajiban lancar merupakan kewajiban yang diharapkan akan dilunasi dalam satu tahun atau satu siklus operasi
normal perusahaan yang lebih lama. Kewajiban lancar mencakup:

1. Utang bank
Dalam perpajakan, peminjaman uang di bank dapat dilakukan dengan membuka tabungan atau
deposito atau jasa giro dalam bank tersebut dengan nilai yang sudah ditentukan sebelumnya oleh pihak
bank.

2. Utang usaha
a. Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
Utang usaha dalam hubungan istimewa dapat timbul karena terjadinya transaksi seperti pembelian,
atau pengalihan jasa/ barang, sewa, penjaminan, penyelesaian oleh perusahaan atas nama pihak yang
mempunyai hubungan istimewa. Penyajian pihak pihak yang mempunyai hubungan istimewa diatur juga
dalam SAK-ETAP (2009: 160-163)

b. Pihak ketiga
Utang usaha dapat dicatat berdasarkan metode bruto maupun neto. Apabila digunakan metode bruto,
maka utang dicatat sebesar nilai yang harus dibayarkan tanpa potongan tunai. Namun apabila
menggunakan metode neto, maka diasumsikan perusahaan akan selalu mengambil diskon sehingga nilai
yang dicatat adalah sebesar nilai yang telah dikenakan potongan tunai.
Kewajiban Lancar
3. Utang pajak
Utang pajak merupakan pembayaran pajak yang dilakukan dengan mekanisme
pemotongan dan/atau pemungutan pajak. Utang pajak terdiri atas PPh 21, PPh 23, PPh 26
dan pajak keluaran.

4. Biaya yang masih harus dibayar


Akuntansi menganut prinsip akrual, sehingga biaya biaya yang terjadi yang akan dibayar
kemudian hari tetap dicatat pada periode terjadinya biaya tersebut. Utang biaya dapat
berupa utang gaji/upah, utang sewa, utang bunga, utang biaya air PAM dan utang biaya
listrik.

5. Utang dividen
Terutangnya dividen, akan menimbulkan kewajiban pemotongan PPh 23 sebesar 15%
dari jumlah bruto apabila penerima dividen adalah WP dalam negeri dan BUT sebesar 20%
atau sesuai dengan ketentuan Tax Treaty dari jumlah bruto apabila penerima dividen adalah
Kewajiban Lancar
6. Utang wesel
Utang wesel merupakan suatu surat utang yang disertai dengan dokumen
perjanjian. Utang wesel ini dapat muncul akibat utang usaha yang tidak dibayar pada
jatuh tempo sehingga muncul perjanjian atau kesepakatan maupun dikeluarkan
untuk mendapatkan pinjaman

7. Pendapatan diterima di muka


Penghasilan yang diterima dari penjualan barang ataupun penyerahan jasa yang
diterima sebelum terjadinya penyerahan barang/jasa maka akan dilaporkan dalam
kelompok kewajiban karena setelah pemberi jasa atau penjual barang tersebut
menerima uang, maka akan timbul kewajiban baginya untuk menyerahkan barang
maupun jasa di kemudian hari
Kewajiban Tidak Lancar
Kewajiban tidak lancar adalah utang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun buku dan sumber
pembiayaannya tidak diambil dari aset lancar. Kewajiban tidak lancar mencakup:

1. Utang obligasi
Untuk perpajakan, bunga obligasi diatur dalam PP 16 Tahun 2009 jo. PMK-85/PMK.03/2011,
menurut peraturan tersebut, yang dimaksud dengan obligasi adalah surat utang dan SUN (Surat Utang
Negara) yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan. Bunga obligasi adalah imbalan yang diterima
dan/atau diperoleh pemegang obligasi dalam bentuk bunga dan/atau diskonto.

2. Utang hipotek
Utang hipotek umumnya hampir sama dengan obligasi, yang membedakan adalah, utang hipotek tidak
memiliki agio maupun diskonto. Pinjaman hipotek terutama untuk pembelian tanah dan bangunan
umumnya merupakan pinjaman dengan beban bunga tetap dan ditutup pada waktu yang lama.
Kewajiban Pajak bagi Perusahaan atau Badan Usaha

Seluruh badan usaha di Indonesia, baik yang berbentuk Perseroan


Terbatas (PT), Firma (Fa), maupun Persekutuan Komanditer (CV) yang
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) berkewajiban untuk membayar
pajak.

Saat ini, negara sudah memberikan kepercayaan kepada perusahaan dan


masyarakat untuk inisiatif menghitung, melapor dan menyetor pajak (self-
assessment). Terdapat beberapa jenis pajak bagi WP badan yang harus
dibayarkan kepada pemerintah. Jenis pajak tersebut adalah Pajak
Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Pajak yang Wajib Disetor dan Dilaporkan Pengusaha
1. Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21)
Kepada Negara
● pemotongan pajak atas penghasilan (gaji, upah, bonus, honorarium, tunjangan, dll) menurut pekerjaan atau
tugas yang diemban karyawan sebagai Wajib Pajak.
● PPh 21 dibayar setiap bulan.
● Perusahaan biasanya memungut pajak penghasilan 21 dengan cara memotongnya langsung dari gaji
bulanan karyawan. Besar pajak tiap karyawan berbeda tergantung PKP-nya.

2. Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh 22)


● Perusahaan yang melakukan kegiatan ekspor-impor barang mewah dikenai PPh Pasal 22.

3. Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh 23)


PPh 23 dibebankan atas pendapatan yang diterima oleh Wajib Pajak atas transaksi berikut:
● Pembagian keuntungan saham (dividen)
● Pembayaran royalti atas karya tertentu
● Pembayaran bunga pinjaman
● Pembayaran hadiah, penghargaan, dan bonus
● Sewa dan pemakaian aset selain tanah atau transfer bangunan atau jasa
● Pembayaran jasa (manajemen, konsultan keuangan, konsultan hukum, teknik, dsb) sesuai Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015.
4. Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh 25)
● Angsuran pajak yang berasal dari jumlah pajak penghasilan terutang menurut SPT
Tahunan PPh dikurangi PPh yang dipotong atau dipungut serta PPh yang dibayar atau
terutang di Luar Negeri yang boleh dikreditkan.

5. Pajak Penghasilan Pasal 26 (PPh 26)


● Perusahaan Indonesia yang melakukan transaksi dengan Wajib Pajak di luar negeri.
● PPh 26 pada dasarnya sama dengan PPh 21 dan PPh 23. Yang membedakan adalah
penerima penghasilannya, yakni Wajib Pajak luar negeri—baik WNA maupun
perusahaan asing.

6. Pajak Penghasilan Pasal 29 (PPh 29)


● PPh 29 juga disebut dengan PPh Kurang Bayar
● Pajak ini tercantum dalam SPT tahunan dan harus dilunasi sebelum Anda melaporkan
SPT PPh ke Kantor Pelayanan Pajak, yakni setiap 30 April
● PPh 29 hanya berlaku jika nilai pajak terutang tahunan perusahaan lebih besar daripada
total kredit pajak yang sudah disetorkan ke KPP
7. Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) (PPh Pasal 4 ayat (2))
● Berhubungan dengan pajak penghasilan yang dipotong dari bunga deposito dan
tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, bunga simpanan yang
dibayarkan koperasi, hadiah undian, transaksi saham dan sekuritas lainnya, serta
transaksi lain sebagaimana diatur dalam peraturannya.
● PPh Pasal 4 Ayat (2) juga mengatur mengenai PPh yang berhubungan dengan usaha
dengan omzet di bawah Rp 4,8 miliar per tahun.

8. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


● pajak yang dibebankan pada barang yang mengalami pertambahan nilai saat berpindah
dari produsen ke konsumen
● Besaran PPN untuk transaksi jual beli dan impor adalah 10%, sedangkan untuk ekspor
sebesar 0%
● Perusahaan yang melakukan transaksi penjualan barang/jasa kena pajak wajib
menerbitkan faktur sebagai bukti sah pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Kewajiban Perpajakan bagi Wajib Pajak
1. Kewajiban Mendaftarkan Diri
2. Kewajiban Menghitung Pajak
- Penghasilan
- pengurang penghasilan
- penghasilan netto
- penghasilan kena pajak
- tarif pajak
- besarnya pajak terutang
1. Kewajiban Membayar Pajak
4. Kewajiban Melaporkan

SPT disampaikan oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak atau tempat lain
yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak, dengan cara:

- disampaikan secara langsung;


- melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
- perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat;
atau,
- saluran tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sesuai
dengan perkembangan teknologi informasi (e-Filing).
Contoh Jurnal
Tanggal 31 Januari 2008 PT. ABC melakukan pembelian barang dagangan
Rp.15.000.000 secara kredit. Utang dilunasi tanggal 28 Februari 2008.

Jurnal:

31 Jan Pembelian 15.000.000


PPN Masukan 1.500.000
Utang Dagang 16.500.000
28 Feb Utang Dagang 16.500.000
Kas 16.500.000
1. Kewajiban warga negara dalam membayar pajak dan retribusi diatur dalam Pasal 23A
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan
bahwa “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang”. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban
kenegaraan dan peran serta warga negara untuk secara langsung dan bersama-sama
mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

2. Perpajakan Indonesia menganut sistem self assessment yang memberikan


kepercayaan penuh kepada masyarakat untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.

3. Wajib Pajak memiliki beberapa kewajiban perpajakan, yaitu: Kewajiban Mendaftarkan


Diri, Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pembayaran dan Pelaporan Pajak.

4. Warga negara yang baik adalah warga negara yang memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Sikap dan perilaku ini
menunjukkan bukti kecintaan warga negara terhadap negaranya.

Anda mungkin juga menyukai