Askep Fraktur-Kelompok II
Askep Fraktur-Kelompok II
KEPERAWATAN
DENGAN FRAKTUR
Kelompok II Tk 3A Keperawatan
• Ega Chindi Aisha (1420119015)
• Eva Aprilia (1420119009)
• Ita Hartati (1420119051)
• Nurul Ilmi Auliya (1420119004)
• Putri Dwi Diani (1420119023)
• Riri Udaeni Ramdonah (1420119026)
• Tia Kriatiawati (1420119021)
10cm
1. Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
10cm 2
a. Tulang
Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif, proteksi alat-
alat di dalam tubuh, pembentuk tubuh metabolisme kalsium, mineral dan
organ hemopoetik.
Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah mineral-mineral dan
jaringan organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk
suatu kristal garam (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan
proteoglikan. Matriks organik tulang disebut juga sebagai osteoid. Sekitar 70%
dari osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan ketegangan tinggi
pada tulang. Materi organik lain yang juga menyusun tulang berupa
proteoglikan seperti asam hialuronat.
10cm 3
Pembentukan Tulang
a. Tahap pembentukan hematom
Dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk kearea fraktur. Suplai darah meningkat, terbentuklah
hematom yang berkembang menjadi jaringan granulasi sampai hari kelima.
b. Tahap proliferasi
Dalam waktu sekitar 5 hari, hematom akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk
jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast yang akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks
kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan.
d. Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalaui proses penulangan endokondrial. Mineral
terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Proses ini memerlukan waktu 3-4 bulan
e. Konsolidasi (6-8 bulan) dan Remodeling (6-12 bulan). Tahap akhir dari perbaikan patah tulang
10cm 8
Jenis-jenis Fraktur
Fraktur terbuka (open,
compound)
Fraktur tertutup (closed) terjadi bila terdapat
hubungan antara
fragmen tulang dengan
patah tulang yang tidak membuat dunia luar karena adanya
tulang menonjol melalui kulit. perlukaan di kulit.
10cm 9
Fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat (menurut R. Gustillo), yaitu:
a. Fraktur komplet: patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran.
b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah
tulang
c. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa
sampai ke patahan tulang.
e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi
lainnya membengkak.
f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
i. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada
tulang belakang)
j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau
tendo pada daerah perlekatannnya.
a. Trauma
b. Gaya meremuk
Pada saat terjadi fraktur periosteum, pembuluh darah, sumsum tulang dan daerah sekitar
jaringan lunak akan mengalami gangguan. Sementara itu perdarahan akan terjadi pada bagian
ujung dari tulang yang patah serta dari jaringan lunak (otot) terdekat. Hematoma akan
terbentuk pada medularry canal antara ujung fraktur dengan bagian dalam dari periosteum.
Jaringan tulang akan segera berubah menjadi tulang yang mati. Kemudian jaringan nekrotik
ini akan secara intensif menstimulasi terjadinya peradangan yang dikarakteristikkan dengan
terjadinya vasodilatasi, edema, nyeri, hilangnya fungsi, eksudasi dari plasma dan leukosit serta
10cminfiltrasi dari sel darah putih lainnya. Proses ini akan berlanjut ke proses pemulihan tulang
Ref X-Ray Exp / 14
6. Pathway
1. Pathway
2. Komplikasi
10cm Ref X-Ray Exp / 15
7. Komplikasi
a. Komplikasi awal
1) Shock Hipovolemik/traumatic
2) Emboli lemak
3) Sindrom kompartemen
4) Kerusakan arteri
5) Injuri saraf
7) Infeksi
f. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah atau cedera hati
b. Reduksi: reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua
yaitu:
1) Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi atau gips
2) Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui pembedahan, biasanya melalui
internal fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat yang langsung kedalam medula tulang.
d. Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan fraktur karena
sering kali pengaruh cidera dan program pengobatan hasilnya kurang sempurna (latihan gerak dengan kruck).
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik
tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan: (1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi
nyeri. (2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti
terbakar, berdenyut, atau menusuk. (3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi. (4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa
nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya. (5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.
f. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).
h. Pemeriksaan Fisik
a). Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti:
a. Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan klien.
b. Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.
c. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.
j. Paru
a. Inspeksi Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan
dengan paru.
b. Palpasi Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
c. Perkusi Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
d. Auskultasi Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
k. Jantung
a. Inspeksi Tidak tampak iktus jantung.
10cmb. Palpasi Nadi meningkat, iktus tidak teraba. Ref X-Ray Exp / 23
l. Abdomen
a. Inspeksi Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
b. Palpasi Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
c. Perkusi Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
d. Auskultasi Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
m. Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
2. Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai status
neurovaskuler (untuk status neurovaskuler 5 P yaitu Pain, Palor, Parestesia, Pulse,
Pergerakan).
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai indikasi
R: meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi/penyembuhan
2) Letakkan papan di bawah tempat tidur atau tempatkan pasien pada tempat tidur ortopedik
R: tempat tidur yang lembut dapat membuat deformasi gips yang masih basah, mematahkan gips yang sudah kering
3) Sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimut
R: mencegah gerakan yang tidak perlu dan perubahan posisi
4) Pertahankan posisi atau integritas traksi
R: traksi memungkinkan tarikan pada aksis panjang fraktur tulang dan mengatasi tegangan otot untuk memudahkan
posisi/penyatuan
10cm Ref X-Ray Exp / 26
5) Pertahankan katrol tidak terhambat dengan beban bebas menggantung
R: jumlah beban traksi optimal dipertahankan
6) Kaji ulang tahanan yang timbul karena terapi
R: mempertahankan integritas tarikan traksi
7) Kaji integritas alat fiksasi eksternal
R: traksi Hoffman memberikan stabilisasi dan sokongan kaku untuk tulang fraktur tanpa
menggunakan katrol tali atau beban, memungkinkan mobilitas/kenyamanan pasien atau besar dan
memudahkan perawatan luka
Kolaborasi
8) Kaji ulang foto
R: memberi bukti visual mulainya pembentukan kalus/proses penyembuhan untuk menentukan tingkat
aktifitas dan kebutuhan terapi
9) Berikan atau pertahankan stimulsi listrik bila digunakan
R: meningkatkan pertumbuhan tulang pada keterlambatan penyembuhan
b. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera
pada jaringan lunak, alat traksi, stress dan ansietas
Intervensi keperawatan
1) Kaji tanda-tanda vital klien
R: mengetahui keadaan umum pasien
2) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips
R: menghilangkan nyei dan mencegah kesalahan posisi tulang yang cedera
3) Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena
R: meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan menurunkan nyeri
4) Hindari penggunaan bantal plastik/sprey di bawah ekstremitas dalam gips
R: dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena peningkatan produksi panas dalam gips yang kering
5) Tinggikan penutup tempat tidur; pertahankan linen terbuka pada ibu jari kaki
R: mempertahankan kehangatan tubuh tanpa ketidaknyamanan karena tekanan selimut pda bagian yang sakit
6) Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karakteristik termasuk intensitas (skala 1-
10). Perhatikan petunjuk nyeri non verbal (perubahan pada tanda-tanda vital dan emosi)
R: mempengaruhi pilihan/keefektifan intervensi. Tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi atau reaksi
terhadap nyeri
10cm Ref X-Ray Exp / 28
7) Selidiki adanya keluhan nyeri yang tidak biasa/tiba-tiba atau dalam, lokasi progresif/buruk tidak hilang dengan
analgesik
R: dapat menandakan terjadinya komplikasi contohnya infeksi, iskemi jaringan, sindrom kompartemen
8) Beri obat sebelum perawatan aktifitas
R: meningkatkan relaksasi otot dan meningkatkan partisipasi
9) Lakukan kompres dingin/es 24-48 jam pertama dan sesuai keperluan
R: menurunkan edema/pembentukan hematoma, menurunkan sensasi nyeri
10) Berikan obat sesuai indikasi: narkotik dan analgesik non narkotik: NSAID injeksi (ketoralak) dan atau
relaksan otot, contoh siklobenzaprin (flekseril), hidroksin (vistaril). Berikan narkotik sekitar pada jamnya
selama 3-5 hari
R: diberikan untuk menurunkan nyeri dan/atau spasme otot
c. Diagnosa : Risiko tinggi perhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan/interupsi
aliran darah/cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan thrombus
Intervensi :
1) Awasi frekuensi pernafasan
R: takipnea, dispnea, dan perubahan dalam mental dan tanda dini insufisiensi pernafasan
2) Auskultasi bunyi nafas
R: perubahan bunyi menunjukkan adanya komplikasi pernafasan
3) Atasi jaringan cedera/tulang dengan lembut
R: mencegah terjadinya emboli lemak yang erat hubungannya dnegan fraktur
4) Instruksikan dan bantu dalam latihan nafas dalam dan batuk efektif
R: meningkatkan ventilasi alveolar dan perfusi
5) Perhatikan peningkatan kegelisahan, kacau, letargi, stupor
R: gangguan pertukaran gas dapat menyebabkan penyimpangan tingkat kesadaran pasien
6) Bantu dalam spirometri intensif
R: maksimalkan ventilasi/oksigenasi
Intervensi :
1) Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera
R: pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri tentang keterbatasan fisik yang memerlukan informasi untuk
meningkatkan kemajuan kesehatan
2) Lakukan dan awasi rentang gerak pasif dan aktif
R: Mempertahankan kekuatan otot yang sakit, memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang cedera
3) Bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda
10cm R: menurunkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi Ref organ
X-Ray Exp / 32
4) Dorong peningkatan masukan cairan sampai 2000-3000 ml/hari
R: mempertahankan hidrasi tubuh, menurunkan resiko infeksi urinarius, pembentukan batu
5) Berikan diet tinggi protein, karbohidrat, vitamin dan mineral
R: pada cedera musculoskeletal nutrisi diperlukan untuk penyembuhan dapat berkurang dengan cepat sering
mengakibatkan penurunan berat badan sebanyak 20-30 pon selama traksi tulang
6) Konsul dengan ahli terapi fisik
R: berguna dalam membuat aktifitas individu/program Latihan
f. Diagnosa : Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan cedera tusuk,
fraktur terbuka, perubahan sirkulasi, imobilisasi fisik
Intervensi :
1) Kaji kulit, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna, kelabu
R: memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin disebabkan oleh pemasangan gips
2) Masase kulit dan penonjolan tulang
R: menurunkan tekanan pada area yang peka dan risiko abrasi
10cm Ref X-Ray Exp / 33
3) Bersihkan kulit dengan sabun dan air
R: memberikan gips tetap kering, dan area bersih
4) Masase kulit sekitar akhir gips dengan alcohol
R: mempunyai efek pengering yang menguatkan kulit
5) Balik pasien dnegan sering untuk melibatkan sisi yang tak sakit
R: meminimalkan tekanan pada kaki dan sekitar tepi gips
g. Diagnosa : Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan
kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan
Intervensi :
1) Kaji ulang patologi, prognosis, dan harapan yang akan datang
R: memberikan dasar pengetahuan pasien dan pasien dapat membuat pilihan informasi
2) Dorong pasien untuk melakukan latihan aktif untuk sendi
R: mencegah kekakuan sendi, kontraktur, dan kelelahan otot
3) Kaji ulang perawatan pen/luka yang tepat
R: menurunkan risiko trauma tulang/jaringan dan infeksi yang dapat berlanjut
10cm 35
THANK YOU,,,