Anda di halaman 1dari 13

Tugas 3

Subconjunctiva Bleeding
Perdarahan Subkonjungtiva

Agustina Tambing
20014101032
Masa KKM PJJ 28 Desember 2020-10 Januari 2021
Intoduction

Perdarahan subkonjungtiva salah satu kelainan mata yang umum dapat


terjadi spontan, biasanya hanya pada satu mata. Kemunculannya yang
mendadak dan tampilan merah terangnya sering kali mengkhawatirkan
pasien. Perdarahan disebabkan oleh pecahnya pembuluh-pembuluh kecil
konjungtiva, kadang-kadang didahului oleh serangan batuk atau bersin yang
hebat. Perdarahan biasanya asimtomatik sampai diketahui oleh pasien atau
lainnya; rasa sakit tajam sesaat atau sensasi benturan terkadang terasa.
Batuk, bersin dan muntah pencetus umum. Pada orang muda yang
memakai lensa kontak adalah asosiasi umum, dan pada orang tua vaskular
penyakit sistemik lazim, terutama hipertensi, dan tekanan darah. Penyebab
lokal mata harus disingkirkan dengan pemeriksaan slit lamp. Penglihatan
biasanya tidak terpengaruh kecuali perdarahan yang sangat banyak
menyebabkan perdarahan besar terlokalisasi, perdarahan besar bisa masuk
ke kelopak mata.

Terapi paling baik adalah menenangkan diri pasien. Perdarahan umumnya


diserap dalam 2-3 minggu. Kadang-kadang perdarahan ini bersifat bilateral
atau kambuhan; kemungkinan adanya diskrasia darah harus disingkirkan
terlebih dahulu.

Sumber: Vaughan, Daniel G.Oftalmologi Umum. Edisi 17.2010. EGC. Jakarta


Kanski's Clinical Ophtalmology 8th Ed
Definisi Sinonim
Beberapa istilah lain untuk perdarahan
subkonjungtiva adalah:
Perdarahan subkonjungtiva - bleeding in the eye,
adalah perdarahan akibat - eye injury,
rapuhnya pembuluh darah - ruptured blood vessels,
konjungtiva. Darah terdapat di - blood in the eye,
antara konjungtiva dan sklera - bleeding under the conjunctiva,
sehingga mata terlihat merah. - bloodshot eye,
- pinkeye.

Sumber: Materi kuliah Dr.Rillya Manoppo,SpM FK Unsrat


Amaliaturrahmah, Baswara. Perdarahan Subkonjungtiva Oculi Sinistra. Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, RSUD A.W.Sjahranie. Samarinda.2012
Etiologi Faktor Resiko
 Idiopatik  Hipertensi
 Manuver Valsalva (seperti batuk, tegang, muntah – muntah,  Trauma tumpul atau tajam
bersin)  Penggunaan obat pengencer darah
 Traumatik (terpisah atau berhubungan dengan perdarahan  Benda asing
retrobulbar atau ruptur bola mata)  Konjungtivitis
 Hipertensi
 Gangguan perdarahan (jika terjadi berulang pada pasien
usia muda tanpa adanya riwayat trauma atau infeksi,
termasuk penyakit hati atau hematologik, diabetes, SLE,
parasit dan defisisensi vitamin C)
 Obat-obatan (antibiotik, NSAID, steroid, kontrasepsi)

Sumber: Materi kuliah Dr.Rillya Manoppo,SpM FK Unsrat


Amaliaturrahmah, Baswara. Perdarahan Subkonjungtiva Oculi Sinistra. Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, RSUD A.W.Sjahranie. Samarinda.2012
Epidemiologi

Dari segi usia, perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi di


semua kelompok umur, namun hal ini dapat meningkat
kejadiannya sesuai dengan pertambahan umur. sebagian besar
terjadi unilateral (90%). Pada perdarahan subkonjungtiva tipe
spontan tidak ditemukan hubungan yang jelas dengan suatu
kondisi keadaan tertentu (64.3%). Kondisi hipertensi memiliki
hubungan yang cukup tinggi dengan angka terjadinya perdarahan
subkonjungtiva (14.3%). Kondisi lainnya namun jarang adalah
muntah, bersin, malaria, penyakit sickle cell dan melahirkan. Pada
kasus melahirkan, telah dilakukan penelitian oleh oleh Stolp W
dkk pada 354 pasien postpartum dengan perdarahan
subkonjungtiva. Bahwa kehamilan dan proses persalinan dapat
mengakibatkan perdarahan subkonjungtiva.

Sumber: Amaliaturrahmah, Baswara. Perdarahan Subkonjungtiva Oculi Sinistra. Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, RSUD A.W.Sjahranie.
Samarinda.2012
1. Spontan :
umur, hipertensi, erteriskelosis,
konjungtivitis hemoragik, anemia,
pemakaian anti koagulan, batuk
rejan.

Tipe
2. Traumatic :
Riwayat trauma secara langsung dan
tidak langsung

Sumber: Materi kuliah Dr.Rillya Manoppo,SpM FK Unsrat


Amaliaturrahmah, Baswara. Perdarahan Subkonjungtiva Oculi Sinistra. Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, RSUD A.W.Sjahranie. Samarinda.2012
Gejala - Sebagian besar tidak ada gejala simptomatis yang

klinis -
berhubungan dengan perdarahan subkonjungtiva
selain terlihat darah pada bagian sklera.
Sangat jarang mengalami nyeri ketika terjadi
perdarahan subkonjungtiva pada permulaan. Ketika
perdarahan terjadi pertama kali, akan terasa tidak
nyaman, terasa ada yang mengganjal dan penuh di
mata.
- Tampak adanya perdarahan di sklera dengan warna
merah terang (tipis) atau merah tua (tebal).
- Tidak ada tanda peradangan, kalaupun ada
biasanya peradangan yang ringan.
- Perdarahan akan terlihat meluas dalam 24 jam
pertama setelah itu kemudian akan berkurang
perlahan ukurannya karena diabsorpsi

Sumber: Materi kuliah Dr.Rillya Manoppo,SpM FK Unsrat


American Academy. 2009.Subconjunctival Haemorrhages. Amerika
Patofisiologi

Konjungtiva adalah selaput tipis transparan yang melapisi bagian putih dari bola mata
(sklera) dan bagian dalam kelopak mata. Konjungtiva merupakan lapisan pelindung terluar
dari bola mata. Konjungtiva mengandung serabut saraf dan sejumlah besar pembuluh
darah yang halus. Pembuluh-pembuluh darah ini umumnya tidak terlihat secara kasat
mata kecuali bila mata mengalami peradangan. Pembuluh-pembuluh darah di konjungtiva
cukup rapuh dan dindingnya mudah pecah sehingga mengakibatkan terjadinya
perdarahan subkonjungtiva. Perdarahan subkonjungtiva tampak berupa bercak berwarna
merah terang di sclera. Karena struktur konjungtiva yang halus, sedikit darah dapat
menyebar secara difus di jaringan ikat subkonjungtiva dan menyebabkan eritema difus,
yang biasanya memiliki intensitas yang sama dan menyembunyikan pembuluh darah.
Konjungtiva yang bawah lebih sering terkena daripada bagian atas. Pendarahan
berkembang secara akut, dan biasanya menyebabkan kekhawatiran, meskipun
sebenarnya tidak berbahaya. Apabila tidak ada kondisi trauma mata terkait, ketajaman
visual tidak berubah karena perdarahan terjadi murni secara ekstraokulaer, dan tidak
disertai rasa sakit

Sumber: Sumber: Amaliaturrahmah, Baswara. Perdarahan Subkonjungtiva Oculi Sinistra. Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, RSUD A.W.Sjahranie.
Samarinda.2012
Graham, R. K.Subconjuntival Hemorrhage. 1st Edition. 2009.
Patofisiologi

Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi secara spontan, akibat trauma ataupun infeksi.
Perdarahan dapat berasal dari pembuluh darah konjungtiva atau episclera yang bermuara
ke ruang subkonjungtiva..Berdasarkan mekanismenya, perdarahan subkonjungtiva dibagi
menjadi dua,yaitu :

1. Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan


Sesuai namanya perdarahan subkonjungtiva ini adalah terjadi secara tiba – tiba
(spontan). Perdarahan tipe ini diakibatkan oleh menurunnya fungs iendotel sehingga
pembuluh darah rapuh dan mudah pecah. Keadaan yang dapat menyebabkan pembuluh
darah menjadi rapuh adalah umur,hipertensi, arterisklerosis, konjungtivitis hemoragik,
anemia, pemakaian antikoagulan dan batuk rejan. Perdarahan subkonjungtiva tipe
spontan ini biasanya terjadi unilateral. Namun pada keadaan tertentu dapat menjadi
bilateral atau kambuh kembali; untuk kasus seperti ini kemungkinan diskrasia darah
(gangguan hemolitik) harus disingkirkan terlebih dahulu.

2. Perdarahan subkonjungtiva tipe traumatik.


Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien sebelumnya mengalami trauma di mata
langsung atau tidak langsung yang mengenai kepala daerah orbita. Perdarahan yang
terjadi kadang – kadang menutupi perforasi jaringan bolamata yang terjadi

Sumber: Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. 2008. FK UI. Jakarta
Vaughan, Daniel G.Oftalmologi Umum. Edisi 17.2010. EGC. Jakarta
Diagnosis, Pemeriksaan Fisik dan Diagnosis Banding

Diagnosis
Anamnesis ( Didapatkan pernyataan sesuai Diagnosis banding
manifestasi klinis diatas) 1. Konjungtivitis, hal ini dikarenakan memiliki
kesamaan pada klinisnya yaitumata merah.
Pemeriksaan fisik 2. Konjungtivitis hemoragik akut
- Tampak adanya perdarahan di sklera dengan 3. Sarcoma kaposi
warna merah terang (tipis) atau merah tua
(tebal)
- Pemeriksaan tajam penglihatan, jika visus
<6/6 curiga terjadi kerusakan selain
dikonjungtiva

Pemeriksaan fisik bisa juga dilakukan dengan memberi


tetes mata proparacaine(topikal anestesi) jika pasien tidak
dapat membuka mata karena sakit; dan curiga etiologi lain
jika nyeri terasa berat atau terdapat fotofobia

Sumber: Materi kuliah Dr.Rillya Manoppo,SpM FK Unsrat


Chern, K. C. Emergency Ophthalmology: A Rapid Treatment Guide. 1st ed.2002. McGraw-Hill, Massachusetts.17
Penatalaksanaan

Perdarahan subkonjungtiva biasanya tidak memerlukan pengobatan.


- Pengobatan dini pada perdarahan subkonjungtiva ialah dengan kompres dingin.
- Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1- 2 minggu tanpa diobati. 45%
- Pada bentuk-bentuk berat yang menyebabkan kelainan dari kornea, dapat dilakukan
sayatan dari konjungtiva untuk drainase dari perdarahan.
- Pemberian airmata buatan juga dapat membantu pada pasien yang simtomatis. Dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik, dicari penyebab utamanya, kemudian terapi dilakukan
sesuai dengan penyebabnya.
- Tetapi untuk mencegah perdarahan yang semakin meluas dapat diberikan vasacon
(vasokonstriktor) dan multivitamin. Air mata buatan untuk iritasi ringan dan mengobati
faktor risikonya untuk mencegah risiko perdarahan berulang.
- Perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke spesialis mata jika ditemukan kondisi
berikut ini :
- Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan.
- Terdapat perubahan penglihatan (pandangan kabur, ganda atau kesulitan untuk
melihat)
- Terdapat riwayat gangguan perdarahan
- Riwayat hipertensi
- Riwayat trauma pada mata
Komplikasi dan Prognosis

Komplikasi

Prognosis
Perdarahan subkonjungtiva akan
diabsorpsi sendiri oleh tubuh dalam waktu
1 – 2 minggu, sehingga tidak ada Secara umum prognosis dari
komplikasi serius yang terjadi. Namun perdarahan subkonjungtiva
adanya perdarahan subkonjungtiva harus adalah baik. Karena sifatnya
segera dirujuk ke dokter spesialis mata yang dapat diabsorpsi sendiri
jika ditemui berbagai hal seperti yang oleh tubuh. Namun untuk
telah disebutkan diatas. perdarahan keadaan tertentu seperti
subkonjungtiva yang menetap atau sering mengalami
mengalami kekambuhan didapatkan kekambuhan, persisten atau
kesimpulan bahwa perdarahan disertai gangguan
subkonjungtiva yang menetap merupakan pandangan maka dianjurkan
gejala awal dari limfoma adneksa okuler. untuk dievaluasi lebih lanjut.

Sumber: Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. 2008. FK UI. Jakarta
Graham, R. K.Subconjuntival Hemorrhage. 1st Edition. 2009.
Materi kuliah Dr.Rillya Manoppo,SpM FK Unsrat
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai