Anda di halaman 1dari 14

Materialitas, Risiko, dan Strategi

Awal

Kelompok 5 ;
 Silvi Putri Lestari (1119022)
 Silvia Siti Zihara (1119023)
Pengertian Materialitas

Adalah besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi akuntansi yang
dipandang dari keadaan-keadaan yang melingkupinya, memungkinkan pertimbangan
yang dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau
dipengaruhi oleh penghilangan atau salah saji tersebut.

Pertimbangan Materialitas
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam
perencanaan auditnya. Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif
yang berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan
keuangan dan pertimbangan kualitatif yang berkaitan dengan penyebab salah saji.
Dalam perencanaan suatu audit, auditor
harus menetapkan materialitas pada dua
tingkat berikut ini :

a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran


mencakup laporan keuangan sebgai keseluruhan.
b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai
kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
Materialitas Tingkat Laporan Keuangan

Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas yaitu :


1. Auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit, dengan
membuat estimasi materialitas karena terdapat hubungan terbalik antara
jumlah dalam laporan keuangan yang dipandang material oleh auditor dengan
jumlah pekerjaan audit yang diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan
keuangan.
2. Pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanaan audit.
Materialitas Tingkat Saldo Akun

Adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang
dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo
akun tidak boleh dicampur adukan dengan istilah saldo akun material.
Saldo akun yang tercatat umumunya mencerminkan batas atas lebih saji
(overstatement) dalam akun tersebut. Oleh karena itu, akun dengan saldo yang
jauh lebih kecil dibandingkan materialitas seringkali disebut sebagai tidak
material mengenai risiko lebih saji. Namun, tidak ada batas jumlah kurang saji
dalam suatu akun dengan saldo tercatat yang sangat kecil. Oleh karena itu, harus
disadari oleh auditor bahwa akun yang kelihatannya bersaldo tidak material
dapat berisi kurang saji (understatement) yang melampaui materialitasnya.
Hubungan Antara Materialitas dengan
Bukti Audit
Materialitas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi
pertimbangan auditor tentang kecukupan (kuantitas) bukti audit. Dalam
membuat generalisasi hubungan antara materialitas dengan bukti audit,
perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material harus teatp diperhatikan.
Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan
(hubungan terbalik).

Risiko Audit
Adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan
yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan
pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia menanggungnya.
Jika diinginkan tingkat kepastian 99%, risiko audit yang auditor bersedia
menanggungnya adalah 1%.
Tipe-tipe Risiko Audit

1. Planned Detection Risk (Risiko yang Direncanakan)


Adalah risiko bahwa bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan
kekeliruan yang melampaui jumlah yang dapat ditolerir. Jika kekeliruan
semacam itu timbul. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan :
 PDR tergantung pada tiga unsur risiko lainnya dalam model. Jadi risiko
penemuan yang direncanakan hanya akan berubah jika auditor mengubah
salah satu unsur lainnya.
 PDR menentukan besarnya bukti yang akan dikumpulkan. Hubungan antara
PDR dengan bukti berbanding terbalik. Jika nilai risiko penemuan yang
direncanakan diperkecil, berarti jumlah bukti yang harus dikumpulkan auditor
dalam audit lebih banyak.
2. Acceptable Audit Risk (Risiko audit yang dapat diterima)
Adalah ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan
mengandung salah saji material tanpa pengecualian telah diberikan.
Risiko ini ditetapkan secara subyektif bahwa auditor bersedia menerima laporan
keuangan tidak disajikan secara wajar setelah audit selesai dan pendapat wajar
tanpa pengecualian telah diberikan.
Tingkat risiko nol berarti kepastian penuh bahwa laporan keuangan tidak
mengandung kekeliruan yang material dan tingkat risiko ini 100% berarti auditor
sangat tidak yakin kalau laporan keuangan tidak mengandung salah saji atau
kekeliruan yang material.
3. Inherent Risk (Risiko Bawaan atau Risiko Melekat)
Adalah penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji)
dalam segmen audit yang melampaui batas toleransi, sebelum memperhitungkan
faktor efektivitas pengendalian intern. Risiko bawaan menunjukan faktor
kerentanan laporan keuangan terhadap kekeliruan yang material dengan asumsi
tidak ada pengendalian intern.
Bila auditor berkeseimbangan bahwa akan banyak kemungkinan terjadi
kekeliruan tanpa pengendalian intern, berarti risiko bawaannya tinggi. Faktor
pengendalian intern tidak diiperhitungkan dalam menetapkan inherent risk
(risiko bawaan) karena dalam model risiko audit hal itu akan diperhitungkan
tersendiri sebagai risiko pengendalian.
4. Control Risk (Risiko Pengendalian)
Adalah ukuran penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan dalam
segmen audit yang melampaui batas toleransi yang tidak terdeteksi atau
tercegah oleh struktur pengendalian intern klien. Risiko pengendalian
mengandung unsur :
 Apakah struktur pengendalian intern klien cukup efektif untuk mendeteksi
atau mencegah kekliruan.
 Keinginan auditor untuk membuat penetapan tersebut dibawah nilai
maksimum (110%) dalam rencana audit.
Misalnya, auditor menyimpulkan bahwa struktur pengendalian intern yang ada
sama sekali tidak efektif dalam mencegah atau mendeteksi kekeliruan.
Unsur Audit

Terdapat tiga unsur risiko audit yaitu :


1. Risiko Bawaan,
2. Risiko Pengendalian,
3. Risiko Deteksi.
Hubungan Antara Materialitas, Risiko
Audit dan Bukti Audit
 Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas
dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
 Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi
jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
 Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat
menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini :
1. Menambah tingkat materialitas, sementara itu memepertahankan jumlah
bukti audit yang dikumpulkan.
2. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat
materialitas tetap dipertahankan.
3. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat
materialitas secara bersama-sama.
Strategi Audit Awal

Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi auditor


menetapkan empat unsur berikut ini :
1. Tingkat risiko pengendalian taksiran yang direncankan.
2. Luasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh.
3. Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menkasir risiko
pengendalian.
4. Tingkat pengujian subtantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit
ke tingkat yang cukup rendah.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai