Anda di halaman 1dari 26

PENGOLAHAN

LIMBAH ION LOGAM


BERAT SECARA
FISIKA DAN BIOLOGI

KIMIA AIR
KELOMPOK 1
Aulia Anggraeni
Sella Nadya
Nadhira Ramandhani
Nurani Putri Insani
Amalia Kusuma
Ika Aprilia
Indah Salma S.
Novemi Eliza
Vanka Septian H.
Rangga Andhika P.
M. Rifqi Iskandarsyah
Delvin Aurelya
Anita Zulfa N.
Debora Sinaga
Shyfa Endah S.
Ela Uswatun
Anindya Widya P.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air limbah Industri merupakan sumber pencemaran air yang sangat potensial. Pada
konsentrasi yang
tinggi, limbah tersebut menyebabkan kontaminasi bakteriologis serta beban nutrien yang
berlebihan
(euthrophication). Limbah industri anoganik lebih sulit untuk dikontrol dan mempunyai potensi
bahaya yang lebih besar. Industri kimia berbahaya mengeluarkan limbah berbahaya yang
mengadung senyawa yang bersifat racun (toxic material) serta logam berat yang bersifat toksik.
Air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari jenis industrinya. Industri
tersebut selain menghasilkan produk yang bermanfaat, juga menghasilkan produk samping berupa
limbah yang berbahaya dan beracun. Limbah beracun yang dihasilkan industri antara lain dapat
berupa logam berat.
Beberapa teknologi pengolahan air limbah yang telah diterapkan umumnya masih seputar
koagulasi-flokulasi melalui penambahan bahan kimia, sedimentasi, netralisasi, lumpur aktif dan
Lingkungan Aquatik (Hidrosfir)

AIR TANAH
Air yang berada dibawah
permukaan bumi setelah melalui
berbagai lapisan tanah

AIR PERMUKAAN
Air yang terdapat pada
permukaan bumi. Contoh: air
laut, air sungai dan air danau
SIFAT AIR
 Konstanta dielektrik tinggi (penting untuk
melarutkan senyawa ionic sebagai nutrisi yang
diberikan ke tumbuhan)
 Transparan (sinar UV mampu menembus air
mencapai tumbuhan dibawah air untuk
fotosintesis)
 Kerapatan air maksimum pada temperatur
4oC diatas titik beku air (Air dalam bentuk
solid/es akan terapung dan melindungi
makhluk air agar tetap hidup pada musim
dingin)
 Kadar oksigen terlarut di permukaan dan di
dalam air berbeda (menyebabkan tumbuhan
dapat hidup di permukaan maupun di dasar air)
PENCEMARAN
AIR
Pengertian Pencemaran Air

Pencemaran air adalah masuk/dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau


komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia ataupun proses alami
sehingga terjadinya penurunan kualitas air yang menyebabkan air tidak
berfungsi lagi sesuai dengan kegunaannya. Terganggunya kualitas air dapat
ditandai dengan perubahan bau, rasa dan warna.

Air sebagai sumber utama bagi manusia dan makhluk lainnya di muka
bumi karena merupakan bagian dari siklus hidrologi
POLUTAN PADA AIR
Energi Panas
Kualitas air akan turun jika terjadi perubahan temperature. Pembuangan
air limbah yang megandung panas dapat mengakibatkan kenaikan
temperature yang menyebbakan turunnya kadar oksigen dalam air. Air
yang panas pada permukaan air dapat menghambat masuknya oksigen ke
dalam air di level bawah.

Zat Radioaktif
Zat radioaktif yang diaplikasikan dalam teknologi nuklir menimbulkan
sisa pembuangan yang dapat terbawa ke lingkungan air. Pengaruh
radioaktif dapat mengganggu proses pembelahan sel, rusaknya kromosom
dan dapat menyebabkan kerusakan sistem reproduksi dan sel tubuh.
POLUTAN PADA AIR

Polutan Organik
Polutan organik biasanya dihasilkan dari kegiatan rumah tangga
(plastik, sisa makanan, dsb) yang dapat didaur ulang atau
dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat
digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air.

Polutan Anorganik
Zat pencemar dengan kadar relative kecil namun dapat
mengganggu kesehatan manusia. Contohnya: logam, garam,
asam dan basa.
POLUTAN ANORGANIK
1 2 3
ION LOGAM ION NON-LOGAM ASAM ANORGANIK
 Timbal (II)  Arsen  Nitrat
 Alumunium (II)  Fluorida  Sulfat
 Cadmium (II)  Boron
 Tembaga (II)
 Selenium
 Chromium (III)
 Besi (III)
 Arsen 4
 Iodium SENYAWA
 Mangan (II)
  Hydrogen Sulfida KOMPLEKS
Seng (II)
 Mercury (II)
5
SENYAWA
ORGANOMETAL
PENGOLAHAN
LIMBAH
ION LOGAM BERAT
PENGOLAHAN
SECARA FISIKA
1. Penguapan (proses penguapan air limbah sehingga sisa logam

berat dapat digunakan kembali)

Proses penguapan limbah melalui pemanasan hingga suhu

120˚C memungkinkan endapan logam berat sisa penguapan dapat

dikumpulkan dan dimanfaatkan kembali untuk berbagai kebutuhan

industri. Kelebihan metoda ini adalah bahwa perlakuannya praktis,

buangan tidak ada, relatif murah, dan bisa dilakukan mulai industri

kecil (home industry) hingga industri besar. Kelemahannya,

membutuhkan waktu lama untuk proses penguapannya, dan bahan

bakar atau energi yang banyak untuk melakukan penguapan limbah


PENGOLAHAN
SECARA FISIKA
2. Osmosis Balik (pemisahan logam berat dengan membran

semipermeabel)

Metode penanganan limbah B3 dengan teknik osmosis balik

(reverse osmoses) sangat cocok diterapkan pada limbah

agroindustri, menggunakan membran yang hanya dapat dilewati

molekul zat tertentu, sehingga ion logam terlarut dapat dipisahkan

dari limbah cair yang ada. Kelebihan metode ini memiliki efisiensi

yang tinggi (high removal efficiency), dan kelemahannya harganya

relatif mahal dan dibutuhkan keahlian khusus untuk menanganinya.


PENGOLAHAN
SECARA FISIKA
3. Penukar Ion
Proses pertukaran ion adalah proses di mana
suatu material atau bahan tidak iarut menangkap ion-
ion bermuatan baik positif maupun negatif dari suatu
larutan dan melepaskan ion-ion bermuatan sejenis ke
dalam larutan dalam jumlah yang setara. Bila proses
pertukaran telah mencapai titik jenuh, maka dilakukan
proses regenerasi dengan tujuan agar kapasitas
penukaran material penukar ion dapat kembali seperti
semula.
PENGOLAHAN SECARA BIOLOGI
1. Fitoremediasi
Mereduksi ataupun menghilangkan kandungan ion logam dalam
limbah cair juga dapat dilakukan dengan menggunakan tumbuhan air (water
hyacinth) seperti eceng gondok dan kiambang. Sistem ini dikenal dengan
Fitoremediasi, dimana tumbuhan air menyerap ion logam berat dari limbah
cair melalui akar dan disimpan dalam jaringan tumbuhan. Beradasarkan hasil
penelitian, tumbuhan air eceng gondok mampu mengabsorbsi Timbal (Pb)
sebanyak 0,176mg, Merkuri (Hg) 0,15mg dan Cobalt (Co) 0,568mg dalam
waktu kontak 24 jam. Kelebihan dari fitoremediasi ini adalah praktis, waktu
cepat, dapat dilakukan semua orang, biaya relatif murah dibanding perlakuan
fisik dan kimiawi. Kelemahannya, harus menyediakan kolam limbah yang
agak luas, selalu mengganti tumbuhan air secara regular dan membuangnya
ke tempat khusus.
PENGOLAHAN SECARA BIOLOGI
2. Lumpur aktif
Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses
pertumbuhan mikroba tersuspensi. Proses ini pada dasarnya
merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material
organik menjadi CO2 dan H2O, NH4. dan sel biomassa baru.
Proses ini menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa
blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba
membentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan.
Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan
keberhasilan pengolahan limbah secara biologi, karena akan
memudahkan pemisahan partikel dan air limbah. Lumpur aktif
dicirikan oleh beberapa parameter, antara lain, Indeks Volume
Lumpur (Sludge Volume Index = SVI) dan Stirred Sludge
PENGOLAHAN SECARA BIOLOGI
3. Biosorpsi
Merupakan teknologi pengolahan limbah terbaru yang dapat
menyisihkan/menghilangkan logam berat yang bersifat racun, oleh karena itu
biosorpsi dapat dipertimbangkan sebagai suatu teknologi alternatif yang ramah
lingkungan untuk mengolah limbah cair industri. Proses biosorpsi dapat terjadi
karena adanya material biologis yang disebut biosorben dan adanya larutan
yang mengandung logam berat dengan afinitas yang tinggi sehingga mudah
terikat dengan biosorben. Pengikatan logam berat yang berada dalam suatu
larutan yaitu dengan cara pertukaran ion dimana ion-ion pada dinding sel
mikroorganisme digantikan oleh ion-ion logam berat. Kompleksitas ion logam
berat yang bermuatan positif berinteraksi dengan pusat aktif yang bermuatan
negatif pada permukaan dinding sel atau dalam polimer ekstra seluler, seperti
protein dan polisakarida sebagai sumber gugus fungsi berperan penting dalam
mengikat ion logam berat. Proses penyerapan ini berlangsung cepat dan terjadi
pada sel hidup maupun sel yang telah mati.
Penyerapan logam berat oleh mikroorganisme dapat dilakukan melalui dua
cara, yaitu proses penyerapan yang terjadi secara absorbsi (bioakumulasi) dan proses
penyerapan yang terjadi secara adsorbsi (biosorpsi). Proses penyerapan yang terjadi
secara absorbsi (bioakumulasi) disebut juga mekanisme resistensi. Mekanisme
resistensi dapat dilakukan melalui pengekskresian/ perembesan senyawa pengkelat
(chelator) ke luar sel, pengikatan ion logam oleh molekul intraseluler seperti
metalotionen, atau akumulasi ion logam pada organ tertentu seperti vakuola dan
mitokondria. Berbagai biosorben telah diteliti untuk menghilangkan logam berat dari
larutannya. Palar (1994) melaporkan bahwa fungi, bakteri dan ragi telah digunakan
sebagai biosorben logam-logam berat seperti Cr, Co, Ni, Zn, Ag, Au, Pb, Th, dan U
dengan kapasitas absorbsi bervariasi dari 0,4 mg/g hingga 450 mg/g. Beberapa
macam fungi yaitu Aspergillus digunakan sebagai biosorben logam berat Pb (Wang et
METODE
PENGOLAHAN
LAINNYA
LIMBAH ION LOGAM BERAT

Terdiri dari Cu2+, Ni2+, Zn 2+, Cd2+, Pb2+,


Hg2+, Cr3+, Fe3+
Macam-macam metode pengolahan:

1. Diendapkan sebagai hidroksida


2. Dilewatkan pada resin penukar ion
3. Diendapkan sebagai sulfide
4. Diendapkan sebagai kompleks karbamat
5. Diendapkan sebagai senyawa
organologam
CONTOH STUDI
KASUS
Pengolahan Air Payau Menggunakan Teknologi Membran Sistem Osmosa
Balik Sebagai Alternatif Pemenuhan Kebutuhan Air Minum Masyarakat
Kepulauan Seribu

Kepulauan seribu merupakan salah satu wilayah Jakarta Utara, Propinsi DKI Jakarta Raya. Dalam kondisi
kemarau panjang kualitas air tanah dangkal menurun, akibat intrusi air laut, sehingga air menjadi payau bahkan asin
karena tingginya kadar garam. Pada kondisi semacam itu kadar garam (Total Disssolved Solid mencapai 7.000 bahkan
lebih). Dalam kondisi semacam ini sangat diperlukan instalasi pengolahan air (IPA) untuk mengolah air payau
menjadi air tawar. Berdasarkan data kualitas air baku, proses yang harus diterapkan meliputi oksidasi, filtrasi dan
desalinasi dengan sistem Osmosa Balik (Reverse Osmosis).
Prinsip dasar pengolahan air payau atau asin menggunakan membran sistem osmosa balik yaitu apabila dua
buah larutan dengan konsentrasi encer dan konsentrasi pekat dipisahkan oleh membran semi permeabel, maka larutan
dengan konsentrasi yang encer akan terdifusi melalui membran semi permeabel tersebut dan masuk ke dalam larutan
yang pekat sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi.

Air tawar yang disebut sebagai larutan dengan konsentrasi encer dan air payau yang disebut dengan larutan
dengan konsentrasi pekat dipisahkan dengan membran semi permeabel, maka air tawar akan terdifusi ke dalam air
asin melalui membran semi permeabel tersebut, sehingga terjadi kesetimbangan. Daya yang menyebabkan terjadinya
difusi air tawar ke dalam air asin melalui membran semi permeabel dinamakan tekanan osmosis. Tekanan osmosis
dipengaruhi karakteristik jenis membran, temperatur air, dan konsentarsi garam (salinitas) serta senyawa lain yang
terlarut dalam air (TDS). Air payau mengandung TDS  12.000 pada suhu 25oC mempunyai tekanan osmotik normal
 6,9 kg/cm2 , air laut yang mengandung TDS  35.000 ppm pada suhu 25oC mempunyai tekanan osmotik normal 
26,7 kg/cm2 , dan untuk air laut di daerah timur tengah atau laut Merah yang mengandung TDS  42.000 ppm, pada
suhu 30oC, tekanan osmosis  32,7 kg /m2 . Dalam sistem osmosis tersebut, apabila diberikan tekanan yang lebih
besar dari tekanan osmosisnya, maka aliran air tawar akan berbalik yakni dari air asin ke air tawar melalui membran
semi permeabel, sedangkan garamnya tertahan di dalam larutan garammya sehingga menjadi lebih pekat.
ABSORPSI LOGAM Fe DAN Mn OLEH TANAMAN PURUN TIKUS
(Eleocharis Dulcis) PADA AIR ASAM TAMBANG SECARA
FITOREMEDIASI

Penambangan batubara dapat mendorong terjadinya oksidasi mineral sulfida,melepaskan asam


sulfat yang akan menurunkan pH secara drastis dan biasanya disebut sebagai air asam tambang yang
akan mengakibatkan tingginya akumulasi logam berat pada tanah dan air. Salah satu penanganan
dalam mengatasi limbah air asam tambang yaitu dengan metode fitoremediasi.
Pada penelitian ini menggunakan Purun tikus (Eleocharis dulcis) yang ditanam pada areal
lahan bekas tambang batubara. Tanaman purun tikus dapat mengakumulasi logam berat karena
kemampuannya dapat hidup pada daerah lahan basah dengan kandungan besi dan mangan tinggi,
serta memiliki fitostabilisasi dan fitoekstraksi.
Uji parameter logan Fe dan MN pada jaringan tumbuhannya dilakukan dengan metode
destruksi basah. Hasilnya, Purun tikus (Eleocharis dulcis) mempunyai kemampuan menyerap logam
pada lokasi air asam tambang. Kemampuan tanaman purun tikus menyerap logam Fe jauh lebih
besar dibandingkan logam Mn karena kebutuhan tanaman terhadap Fe juga lebih besar
dibandingkan kebutuhan tanaman terhadap Mn. Tanaman purun tikus sudah mengalami
kejenuhan dalam menyerap logam dan sudah mulai banyak yang mati.
THA
YOU
NK

Anda mungkin juga menyukai