Kebijakan DalkarHutLa Pa Yusuf 2015
Kebijakan DalkarHutLa Pa Yusuf 2015
5000
4000
3000
2000
1000
0
g u A au ng g KK
un da AY ng uti le u
an ar
w an R a P u
Ha m KI
T
Se
b
ng K L
at La BU ju lu
k
Sa
p
SM TN n Te
KA Ta -
kit BA TN an
g
Bu IT le u
CA K
BU gK
TN jun
n
Ta
A
TW
Data Hotspots Kalteng 2005 - 2014
45000
40000
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
DATA SEBARAN HOTSPOT PER KABUPATEN DI KALIMANTAN TENGAH
TAHUN 2014
P BAR BAR BAR GUN KAP KATIN KOB KOT LAMA MU P.PIS SERUY SUKA
RAY SEL UT TIM MAS UAS GAN AR IM NDAU RA AU AN MARA JUM
A LAH
312 70 95 93 147 594 695 443 922 136 183 733 517 423 5.437
Ket :
922
695 733
594
517
443 423
312
147 136 183
70 95 93
YA EL UT IM AS AS AN AR IM U A U AN RA
A RS R T U G B OT
A UR IS
A Y A
R A BA R N M
AP N O ND M P RU AM
P B BA G U K A TI K K A P. S E K
K L AM SU
TOLERANSI RASIONAL DAN REALISASI HOTSPOT TINGKAT
NASIONAL TAHUN 2014
Hotspot
4500 4315
4000 3681
3500 3282
3000
2500 2299
2000
1500 1145
957 970 983 897
1000 682
562
421
500 281 284
231 249 192
190 225
172
101
31 8853 10 1 2727
0
h ut r i bi l l t
e ba au pr se be ul
u ng rta ra en ga
h
Ac m Ri e m m a k pu a a nt
Su Su
m K Ja Su B ng m Ja
k
a
B B a T en
Be La I w
wa
DK Ja
Ja
TOLERANSI HOTSPOT 2014 (LANJUTAN.....)
Hotspot
6000
5437
4803
5000
3000
2307
2000 1509
914
1000 727 631
558 474 532
474 504
113 192 192 186 334 5145 1634 84 4187
131 1921 25 23
0
a l ur li T r l r
ltr lse r ta ti m
Ba NT
B
NT ba ng l se lti
m
ta
l o
lu
t ng ba
Su u Ti
m ka Ja l l te
Ka n Su tl e l
S a Ka Ka Ka ro Su Su
wa gy Go
Ja Yo
Target Penurunan Hotspots Nasional
Propinsi Rata-Rata 20% 36% 48,8% 59,2% 67,2%
2005-2009 (2010) (2011) (2012) (2013) (2014)
Kalteng 10.945 8.756 7.005 5.604 4.466 3.590
HUTAN : LAHAN :
• Kawasan Konservasi, • Perkebunan Besar / Kecil
• Hutan Lindung, Hutan Produksi • Pertanian
SIAPA
Penyebab Kebakaran di Indonesia PENGELOLA
Hampir seluruhnya disebabkan oleh MANUSIA ?
Kesimpulannya :
Setiap hutan atau lahan yang terbakar, dapat dipastikan ada pengelolanya.
Dengan demikian yang bertanggung jawab atas kejadian kebakaran di
hutan atau lahan adalah pengelola hutan dan lahan tersebut.
ORGANISASI PEMERINTAH
PENGENDALIAN
PUSAT PENGENDALIAN KEBAKARAN
KEBAKARAN HUTAN DAN
HUTAN DAN LAHAN PROPINSI :
LAHAN di Indonesia Sifat organisasi bersifat koordinatif.
Biasanya diketuai Wkl. Gubernur.
SWASTA BKSDA (Manggala Agni) menjadi anggota
1. Beberapa Perusahaan SATKORLAK DI PROPINSI DAN SATLAK
perkebunan. DI KABUPATEN. Sifat organisasi
2. Beberapa Perusahaan HPHTI koordinatif dan baru bergerak setelah
3. RPK, TSAK, TSA ada bencana alam
4. Tagana
DINAS KEBAKARAN KOTA. Tidak setiap
5. Masyarakat Peduli Api kota ada dan hanya menangani
(binaan Manggala Agni) kebakaran kota.
6. Rescue /Penyelamatan
UPTD DALKARHUT Organisasi dibawah
KEBAKARAN LAHAN Dinas Kehutanan Propinsi. Belum
DAN HUTAN, semua Prop ada. Tdk punya pasukan.
Masih terjadi setiap tahun DIREKTORAT PENGENDALIAN
pada musim kemarau ? KEBAKARAN HUTAN, KEMENHUT.
Daerah Operasi Brigade Pengendalian
kebakaran hutan (Manggala Agni) 4
HARUS daops di Prop.Kalteng. Satu-satunya
BAGAIMANA ??? organisasi yang mempunyai garis
komando dari pusat sampai daerah.
KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN HARUS DAPAT
DIKENDALIKAN SEHINGGA TIDAK MENIMBULKAN
PENCEMARAN ASAP
Visi:
Menjadi institusi yang mampu mewujudkan sistem
pengendalian kebakaran hutan (karhut) secara optimal dan
mewujudkan kondisi masyarakat yang terlindung dari ancaman
jiwa, raga, harta benda serta terbebas dari pencemaran asap.
Misi:
1.Pencegahan karhut secara optimal.
2.Pemadaman karhut sedini mungkin dan progresif.
3.Penanganan pasca karhut dengan titik berat rehabilitasi
kawasan bekas kebakaran dan penegakan hukum.
III. DASAR HUKUM & KEWENANGAN
PENGENDALIAN KEBAKARAN
HUTAN dan LAHAN
Kawasan Hutan Lahan dan
Hutan
Konser- Produksi kebun
Lindung
vasi
Kemenhut Pemda,
Pemda,
Cq. Ditjen Kemenhut Cq. Pemda Unit Pengelola,
PHKA Ditjen BUK, Masyarakat
Unit Pengelola
Sumber:
1. UU No. 5/1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya.
2. UU No. 18/2004 tentang Perkebunan.
3. PP No. 4/2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup
yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan.
4. PP. 45/2004 tentang Perlindungan Hutan.
5. PP. 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemda
Provinsi, dan Pemda Kabupaten/Kota.
6. Inpres 16/2011 tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.
UU No.41/1999 tentang KEHUTANAN
Pasal 78 Ayat 3:
Barang siapa dengan SENGAJA melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 Ayat 3 Huruf d, diancam
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
denda paling banyak Rp.5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).
Pasal 78 Ayat 4:
Barang siapa karena KELALAIANNYA melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 Ayat 3 Huruf d, diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp.1.500.000.000,- (satu miliar lima ratus juta
rupiah).
PP No.45/2004 Tentang
Perlindungan Hutan
Pasal 108
Setiap orang yang melakukan pembakaran
lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
ayat (1) huruf h, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah).
UU No. 24 Tahun 2007 tentang
PENANGGULANGAN BENCANA
Penjelasan Bab I
Bencana alam antara lain berupa gempa bumi karena alam, letusan
gunung berapi, angin topan, tanah longsor, kekeringan, kebakaran
hutan/lahan karena faktor alam, hama penyakit Tanaman, epidemi,
wabah, kejadian luar biasa, dan kejadian antariksa/benda-benda
angkasa.
PASAL 26
Setiap pelaku usaha perkebunan dilarang
membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara
pembakaran yang berakibat terjadinya
pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan
hidup.
UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2004
TENTANG PERKEBUNAN
PASAL 48
(1) Setiap orang yang dengan sengaja membuka dan/atau
mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat
terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud dalma Pasal 26, diancam
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku
diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan denda paling banyak
Rp.15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2004
TENTANG PERKEBUNAN
PASAL 49
(1). SETIAP ORANG LALAI MEMBUKA/
MENGOLAH LAHAN DNG MEMBAKAR
DIPIDANA MAKSIMUM 3 TAHUN DAN
DENDA MAKSIMAL Rp. 3 MILYAR.
PASAL 82:
(1) Orang perseorangan yang dengan sengaja:
melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan :
a) yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan hutan.
b) tanpa memiliki izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang
berwenang.
c) secara tidak sah.
PASAL 82:
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh orang perseorangan yang bertempat tinggal di
dalam dan/atau di sekitar kawasan hutan, pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling
lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) dan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2013
TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PERUSAKAN HUTAN
PASAL 82:
(1) Korporasi yang:
melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan :
a) yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan hutan.
b) tanpa memiliki izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang
berwenang.
c) secara tidak sah.
PASAL 104:
Setiap pejabat yang dengan sengaja melakukan pembiaran
terjadinya perbuatan pembalakan liar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 sampai dengan Pasal 17 dan Pasal 19, tetapi
tidak menjalankan tindakan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
(enam) bulan dan paling lama 15 (lima belas) tahun serta
pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp7.500.000.000,00 (tujuh miliar
lima ratus juta rupiah).
UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2013
TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PERUSAKAN HUTAN
PASAL 106:
Setiap pejabat yang melakukan kelalaian dalam melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf h dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan
paling lama 5 (lima) tahun serta pidana denda paling sedikit
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
PP 4 TAHUN 2001 TENTANG
PENGENDALIAN KERUSAKAN
DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
HIDUP
PASAL 11 :
Setiap orang dilarang melakukan
kegiatan pembakaran hutan dan atau
lahan.
Bab V :
• Pemerintah Pusat mengkoordinasikan kegiatan dalkarlahut lintas
provinsi dan atau lintas batas negara.
• Pemerintah Provinsi mengkoordinasikan kegiatan dalkarlahut
lintas kabupaten/Kota.
• Pemerintah Kab/Kota bertanggung jawab dalam
mengkoordinasikan kegiatan dalkarlahut di daerahnya.
• Setiap penanggung jawab usaha wajib mencegah terjadinya
karlahut di lokasi usahanya.
PP 45 TAHUN 2004 TENTANG PERLINDUNGAN
HUTAN
Pada tingkat nasional, pemerintah pusat (Menteri
Kehutanan) :
– Menetapkan program dalkarhut (gah, dam, pasca karhut)
– Membentuk Brigdalkarhut di tingkat Pusat, Provinsi, Kab, dan Unit
Pengelolaan Hutan.
– Menetapkan standar peralatan dalkarhut.
– Mengatur koordinasi dan tata hubungan kerja Brigdalkarhut
– Membentuk Pusdalops Karhut untuk koordinasi dan mobilisasi tenaga,
sarana dan prasarana .
47
fungsi SKPD yang membidangi damkar sebagai koordinator dalam dalkarhutla.
d. Mengalokasikan biaya pelaksanaan dalkarhutla dalam APBD provinsi.
e. Memfasilitasi hubungan kerjasama antar pemerintah kabupaten/kota dalam
pelaksanaan dalkarhutla di wilayah provinsi.
f. Melaporkan pelaksanaan dalkarhutla di wilayahnya kepada Menkokesra.
g. Mewajibkan kepada pelaku usaha pertanian, untuk memiliki SDM, sarpras
dalkarhutla serta melaksanakan dalkarhutla yang menjadi tanggung jawabnya.
h. Memberikan sanksi tegas kepada pelaku usaha pertanian, yang tidak
melaksanakan dalkarhutla yang menjadi tanggung jawabnya.
Instruksi kepada Bupati/Walikota:
a. Terbitnya Peraturan Bupati/Walikota tentang sistem Dalkarhutla.
b. Optimalisasi peran dan fungsi BPBD sebagai koordinator dalam Dalkarhutla.
c. Mengoptimalkan peran dan fungsi SKPD yang membidangi damkar sebagai
koordinator dalam dalkarhutla.
d. Melaksanakan dalkarhutla di kabupaten/kota yang menjadi wilayah kerjanya.
e. Mengalokasikan biaya pelaksanaan dalkarhutla dalam APBD kabupaten/kota.
f. Mewajibkan kepada pelaku usaha pertanian, untuk memiliki SDM, sarpras dalkarhutla
serta melaksanakan dalkarhutla yang menjadi tanggung jawabnya.
g. Memberikan sanksi tegas kepada pelaku usaha pertanian, yang tidak melaksanakan
dalkarhutla yang menjadi tanggung jawabnya.
h. Melaporkan pelaksanaan dalkarhutla kepada Gubernur.
i. Membentuk Posko Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan
MEMBUAT PROSEDUR TETAP
PENGENDALIAN KEBAKARAN
HUTAN
PROTAP
NASIONAL
P
1. KONDISI LOKASI
E
PROTAP N
KERJA
PROVINSI Y
E 2. SDM
S
PROTAP U 3. SARPRAS
KABUPATEN A
I 4. REGULASI
A
INTERNAL
PROTAP TINGKAT N
PENGELOLA
HUTAN PROSEDUR
TETAP
INTERNAL
Brigdalkarhut Manggala Agni Daops Kapuas
Pelatihan
Penutup
Belajar dari pengalaman kebakaran di tahun-tahun yang telah
lalu (1997 s.d. 2002) dapat dilihat bahwa semaksimal upaya
yang telah dilakukan baik oleh pemerintah bersama pihak-
pihak lain yang perduli (swasta dan LSM/masyarakat) masih
belum mampu mengatasi secara berarti kebakaran lahan dan
hutan