Anda di halaman 1dari 53

KEBIJAKAN DAN PROGRAM

PEMERINTAH DALAM DALKARHUT

PT.GENTING PLANTATION NUSANTARA


PEBRUARI 2015
I. LATAR BELAKANG

• Kebakaran hutan & lahan merupakan permasalahan rutin yang terjadi


setiap tahun di Indonesia, khususnya di musim kemarau.
• Salah satu Indikator Kinerja Utama Kementerian Kehutanan tahun
2010-2014 adalah Hotspot (titik panas) di Pulau Kalimantan, Sumatera
& Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata 2005-2009.
• Pada kurun waktu 3 tahun terakhir, lebih dari 70% hotspot terdeteksi
di luar kawasan hutan (lahan).
• Kabut asap akibat kebakaran hutan & lahan di Provinsi Riau &
Kalbar hampir dipastikan menyeberang ke Singapura & Malaysia.
• Perlu keterlibatan banyak pihak dalam pengendalian kebakaran hutan
& lahan melalui pola koordinasi yang baik & saling mendukung.
SEBARAN HOTSPOT DI PROPINSI KALIMATAN TENGAH
BERDASARKAN FUNGSI KAWASAN

• CA Bukit Sapat Hawung 8 Hotspot


• SM Lamandau 6 Hotspot
• TN BUKIT BAKA BUKIT RAYA 4 Hotspot
• TN Sebangau 136 Hotspot
• TN Tanjung Puting 74 Hotspot
• TWA Tanjung Keluang-Teluk Keluang 1 Hotspot
• Luar KK 5208 Hotspot
• Grand Total 5437
6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
g u A au ng g KK
un da AY ng uti le u
an ar
w an R a P u
Ha m KI
T
Se
b
ng K L
at La BU ju lu
k
Sa
p
SM TN n Te
KA Ta -
kit BA TN an
g
Bu IT le u
CA K
BU gK
TN jun
n
Ta
A
TW
Data Hotspots Kalteng 2005 - 2014
45000

40000

35000

30000

25000

20000

15000

10000

5000

0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
DATA SEBARAN HOTSPOT PER KABUPATEN DI KALIMANTAN TENGAH
TAHUN 2014

P BAR BAR BAR GUN KAP KATIN KOB KOT LAMA MU P.PIS SERUY SUKA
RAY SEL UT TIM MAS UAS GAN AR IM NDAU RA AU AN MARA JUM
A LAH

312 70 95 93 147 594 695 443 922 136 183 733 517 423 5.437

Ket :

1. Sumber Data Sipongi (Satelit NOAA-18) 149,39


%
2. *Batas Toleransi Hotspot Provinsi Kalteng Untuk Tahun 2014 : 3.590 titik
DATA HOTSPOT PROPINSI KALTENG 2014

922

695 733
594
517
443 423
312
147 136 183
70 95 93

YA EL UT IM AS AS AN AR IM U A U AN RA
A RS R T U G B OT
A UR IS
A Y A
R A BA R N M
AP N O ND M P RU AM
P B BA G U K A TI K K A P. S E K
K L AM SU
TOLERANSI RASIONAL DAN REALISASI HOTSPOT TINGKAT
NASIONAL TAHUN 2014
Hotspot
4500 4315

4000 3681

3500 3282

3000

2500 2299

2000

1500 1145
957 970 983 897
1000 682
562
421
500 281 284
231 249 192
190 225
172
101
31 8853 10 1 2727
0
h ut r i bi l l t
e ba au pr se be ul
u ng rta ra en ga
h
Ac m Ri e m m a k pu a a nt
Su Su
m K Ja Su B ng m Ja
k
a
B B a T en
Be La I w
wa
DK Ja
Ja
TOLERANSI HOTSPOT 2014 (LANJUTAN.....)

Hotspot
6000
5437

4803
5000

4000 3642 3590

3000
2307

2000 1509
914
1000 727 631
558 474 532
474 504
113 192 192 186 334 5145 1634 84 4187
131 1921 25 23
0
a l ur li T r l r
ltr lse r ta ti m
Ba NT
B
NT ba ng l se lti
m
ta
l o
lu
t ng ba
Su u Ti
m ka Ja l l te
Ka n Su tl e l
S a Ka Ka Ka ro Su Su
wa gy Go
Ja Yo
Target Penurunan Hotspots Nasional
Propinsi Rata-Rata 20% 36% 48,8% 59,2% 67,2%
2005-2009 (2010) (2011) (2012) (2013) (2014)
Kalteng 10.945 8.756 7.005 5.604 4.466 3.590

Data Deteksi Hotspots ( 2010 s/d 2014)


Propinsi Rata-Rata 20% 36% 48,8% 59,2% 67,2%
2005-2009 (2010) (2011) (2012) (2013) (2014)
Kalteng 10.945 831 4.285 4.139 2.270 5.437
% - 90,51% 61.17% 26% 49.18% + 149,3%
Penurunan
PENYEBAB KEBAKARAN
HUTAN
Penyebab kebakaran hutan/lahan:
A. Alam: seperti halilintar, letusan gunung berapi, gesekan kayu
serta adanya benda-benda yang dapat menimbulkan api, dsb.
B. Manusia, karena:
1. Kelalaian: api dari puntung rokok, pembakaran sampah, api
unggun, obor, pembuatan arang, dsb.
2. Kesengajaan:
a. Membakar rumput untuk mendapatkan rumput muda untuk
pakan hewan (pembinaan habitat).
b. Mengalihkan perhatian petugas atau sakit hati terhadap
perlakuan petugas.
PENYEBAB KEBAKARAN.....
lanjutan.....
c. Konflik lahan (status, penggunaan dan pemanfaatan)
antara pelaku usaha dengan masyarakat.
d. Pembukaan/pengolahan lahan dengan cara membakar
(cara yang paling mudah, murah dan cepat).
e. Konversi lahan dari lahan terbuka menjadi pemukiman
karena pertumbuhan penduduk.

Pemacu membesarnya kejadian kebakaran hutan dan lahan


bahkan menjadi kabut asap adalah :
• Lahan gambut.
• Adanya kandungan batubara.
• Kemarau panjang atau El nino.
Penyebab Kebakaran di Kalimantan Tengah

Sumer Data : Universitas Palangka Raya (2006)


• Pengarahan Presiden RI pada Apel Siaga Manggala Agni
di Palembang,
Kebakaran hutan dan lahan tidak boleh dibiarkan terus
menerus dan harus ditanggulangi dengan upaya yang gigih
dan suatu saat kebakaran hutan dan lahan harus dapat
dihentikan.
KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN
SELALU TERJADI BERULANG
SETIAP TAHUN ???

SELURUH LAPISAN MASYARAKAT SUDAH TAHU


BAHWA SETIAP TAHUN PADA MUSIM KEMARAU
TERJADI KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

SIAPAKAH MASYARAKAT TERSEBUT ? :


1. PRESIDEN
2. ANGGOTA DPR/DPRD
3. MENTERI DAN JAJARANNYA
4. GUBERNUR DAN JAJARANNYA
5. BUPATI DAN JAJARANNYA
6. CAMAT DAN JAJARANNYA
7. KEPALA DESA DAN JAJARANNYA
8. MASYARAKAT BIASA
9. PENGUSAHA HUTAN/PERKEBUNAN
10. LSM
LOKASI KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN

HUTAN : LAHAN :
• Kawasan Konservasi, • Perkebunan Besar / Kecil
• Hutan Lindung, Hutan Produksi • Pertanian

SIAPA
Penyebab Kebakaran di Indonesia PENGELOLA
Hampir seluruhnya disebabkan oleh MANUSIA ?

Membuka atau penyiapan/pembersihan lahan untuk penanaman


dengan cara membakar, karena kurang berhati-hati akhirnya
melebar dan menjadi kebakaran yang besar

Mengapa penyiapan/pembersihan lahan dengan membakar ? : murah,


cepat, terdapat pendapat bahwa dengan membakar tanahnya menjadi
lebih subur.

Hutan dan Lahan yang mana dalam kegiatannya KEBAKARAN


memerlukan pembersihan ? LAHAN DAN HUTAN
Hutan : Hutan Tanaman Industri. SELALU TERJADI
BERULANG SETIAP
Lahan : Perkebunan Besar / Kecil, Pertanian
TAHUN ?
Siapa Pengelola HUTAN : LAHAN :
Hutan dan lahan 1. Kawasan Konservasi • Perkebunan Besar
KSA,KPA... (BKSDA) • Perkebunan Kecil
?
Taman Nasional ….(BTN) • Pertanian
TAHURA …(Pemda)
2. HUTAN LINDUNG.. (Pemda,Perhutani)
3. HUTAN PRODUKSI..(HPH,HPHTI,BUMN)

Kesimpulannya :
Setiap hutan atau lahan yang terbakar, dapat dipastikan ada pengelolanya.
Dengan demikian yang bertanggung jawab atas kejadian kebakaran di
hutan atau lahan adalah pengelola hutan dan lahan tersebut.
ORGANISASI PEMERINTAH
PENGENDALIAN
PUSAT PENGENDALIAN KEBAKARAN
KEBAKARAN HUTAN DAN
HUTAN DAN LAHAN PROPINSI :
LAHAN di Indonesia Sifat organisasi bersifat koordinatif.
Biasanya diketuai Wkl. Gubernur.
SWASTA BKSDA (Manggala Agni) menjadi anggota
1. Beberapa Perusahaan SATKORLAK DI PROPINSI DAN SATLAK
perkebunan. DI KABUPATEN. Sifat organisasi
2. Beberapa Perusahaan HPHTI koordinatif dan baru bergerak setelah
3. RPK, TSAK, TSA ada bencana alam
4. Tagana
DINAS KEBAKARAN KOTA. Tidak setiap
5. Masyarakat Peduli Api kota ada dan hanya menangani
(binaan Manggala Agni) kebakaran kota.
6. Rescue /Penyelamatan
UPTD DALKARHUT Organisasi dibawah
KEBAKARAN LAHAN Dinas Kehutanan Propinsi. Belum
DAN HUTAN, semua Prop ada. Tdk punya pasukan.
Masih terjadi setiap tahun DIREKTORAT PENGENDALIAN
pada musim kemarau ? KEBAKARAN HUTAN, KEMENHUT.
Daerah Operasi Brigade Pengendalian
kebakaran hutan (Manggala Agni) 4
HARUS daops di Prop.Kalteng. Satu-satunya
BAGAIMANA ??? organisasi yang mempunyai garis
komando dari pusat sampai daerah.
KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN HARUS DAPAT
DIKENDALIKAN SEHINGGA TIDAK MENIMBULKAN
PENCEMARAN ASAP

PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN


HARUS BAGAIMANA
1. Perijinan pengelolaan hutan dan lahan
???
harus dipersyaratkan ybs membangun
Brigade Pengendalian kebakaran
hutan dan lahan. ORGANISASI DALKARHUTLA
2. Pengelola Hutan dan Lahan harus
jelas dan pengawasan terhadap 1. Seperti pada bagan alir organisasi,
pengelolaan sesuai dengan yang lengkap organisasinya serta
perijinannya harus selalu dilaksanakan mempunyai sistem komando yang
oleh yang berwenang dengan baik jelas di mana kegiatannya meliputi
sesuai dengan peraturan yang berlaku Kelembagaan, Pencegahan,
3. Pemberian sangsi yang berat apabila Pemadaman, Penanganan paska
di wilayah usahanya terjadi kebakaran kebakaran dan penyelamatan.
dan ybs tdk mempunyai program dan dengan tugas pokok dan fungsi
kegiatan pengendalian kebakaran di yang tepat dan penganggaran yang
wilayah kerjanya. sesuai.
4. Memberikan alternatif penyiapan 2. Efektifitas organisasi yang ada
lahan tanpa bakar kepada masyarakat dengan memperhatikan kegiatan
5. Membangun masyarakat peduli api pengendalian kebakaran yang
meliputi pencegahan, pemadaman
dan penanganan pasca kebakaran
DATA HOTSPOT PER KABUPATEN
BRIGADE PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN
MANGGALA AGNI

• Adalah suatu lembaga yang dilengkapi dengan


sumber daya tenaga, peralatan dan dana yang
memadai untuk melakukan tugas-tugas dan fungsi-
fungsi pencegahan, pemadaman dan penanganan
pasca kebakaran.
• Sasaran pengendalian kebakaran hutan adalah
kawasan hutan, namun apabila diperlukan dapat juga
mendukung pelaksanaan dalkarhut diluar kawasan
hutan dengan prioritas lahan disekitar kawasan
hutan.
MANGGALA AGNI DiDIBENTUK
BERDASARKAN KEPUTUSAN DIREKTORAT
JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN
KONSERVASI ALAM (PHKA) DENGAN SURAT
KEPUTUSAN NOMOR :21 & 22/KPTS/DJ-IV/2002
TANGGAL 13 SEPTEMBER 2002. TENTANG
PEMBENTUKAN BRIGDALKARHUT DI PROPINSI
SUMUT, RIAU, JAMBI, KALBAR DAN KALTENG
VISI dan MISI

Visi:
Menjadi institusi yang mampu mewujudkan sistem
pengendalian kebakaran hutan (karhut) secara optimal dan
mewujudkan kondisi masyarakat yang terlindung dari ancaman
jiwa, raga, harta benda serta terbebas dari pencemaran asap.

Misi:
1.Pencegahan karhut secara optimal.
2.Pemadaman karhut sedini mungkin dan progresif.
3.Penanganan pasca karhut dengan titik berat rehabilitasi
kawasan bekas kebakaran dan penegakan hukum.
III. DASAR HUKUM & KEWENANGAN
PENGENDALIAN KEBAKARAN
HUTAN dan LAHAN
Kawasan Hutan Lahan dan
Hutan
Konser- Produksi kebun
Lindung
vasi

Kemenhut Pemda,
Pemda,
Cq. Ditjen Kemenhut Cq. Pemda Unit Pengelola,
PHKA Ditjen BUK, Masyarakat
Unit Pengelola
Sumber:
1. UU No. 5/1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya.
2. UU No. 18/2004 tentang Perkebunan.
3. PP No. 4/2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup
yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan.
4. PP. 45/2004 tentang Perlindungan Hutan.
5. PP. 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemda
Provinsi, dan Pemda Kabupaten/Kota.
6. Inpres 16/2011 tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.
UU No.41/1999 tentang KEHUTANAN

Pasal 50 ayat 3 (d):


• Setiap orang dilarang membakar hutan

Penjelasan Pasal 50 ayat 3 (d):


Pada prinsipnya pembakaran hutan dilarang
Pembakaran hutan terbatas diperkenankan untuk tujuan khusus
atau kondisi yang tidak dapat dielakkan, antara lain:
• Pengendalian kebakaran hutan
• Pembasmian hama dan penyakit
• Pembinaan habitat tumbuhan dan satwa
• Pelaksanaan pembakaran secara terbatas harus mendapat
izin pejabat yang berwenang
KETENTUAN PIDANA

Pasal 78 Ayat 3:
Barang siapa dengan SENGAJA melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 Ayat 3 Huruf d, diancam
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
denda paling banyak Rp.5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

Pasal 78 Ayat 4:
Barang siapa karena KELALAIANNYA melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 Ayat 3 Huruf d, diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp.1.500.000.000,- (satu miliar lima ratus juta
rupiah).
PP No.45/2004 Tentang
Perlindungan Hutan

Pasal 20 ayat (1) menyatakan bahwa untuk mencegah dan membatasi


kerusakan hutan yang disebabkan oleh kebakaran sebagaimana dimaksud pada
Pasal 6 huruf a, dilakukan kegiatan pengendalian, yang meliputi :
a. Pencegahan ;
b. Pemadaman;
c. Penanganan pasca kebakaran.
Pasal 20 ayat (2) tertulis bahwa Kegiatan pengendalian kebakaran hutan
dilakukan pada tingkat :
a. Nasional;
b. Provinsi;
c. Kabupaten/kota;
d. Unit atau Kesatuan pengelolaan hutan.
PP No.45/2004 tentang
Perlindungan Hutan
Pasal 24 ayat (1) menyatakan bahwa:
Dalam rangka pemadaman kebakaran sebagaimana
dimaksud pada Pasal 20 ayat (1) huruf b, maka setiap
Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan, Pemegang Izin
penggunaan Kawasan Hutan, Pemilik Hutan Hak dan
atau Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan,
berkewajiban melakukan rangkaian tindakan
pemadaman dengan cara:
a. Melakukan deteksi terjadinya kebakaran hutan;
b. Mendayagunakan seluruh sumber daya yang ada;
c. Membuat sekat bakar dalam rangka melokalisir api;
d. Memobilisasi masyarakat untuk mempercepat
pemadaman.
UNDANG-UNDANG NO.32 TH 2009
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP

Pasal 108
Setiap orang yang melakukan pembakaran
lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
ayat (1) huruf h, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah).
UU No. 24 Tahun 2007 tentang
PENANGGULANGAN BENCANA
Penjelasan Bab I

Bencana alam antara lain berupa gempa bumi karena alam, letusan
gunung berapi, angin topan, tanah longsor, kekeringan, kebakaran
hutan/lahan karena faktor alam, hama penyakit Tanaman, epidemi,
wabah, kejadian luar biasa, dan kejadian antariksa/benda-benda
angkasa.

Bencana non alam antara lain kebakaran hutan/lahan yang


disebabkan oleh manusia, kecelakan transportasi, kegagalan
konstruksi/teknologi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran
lingkungan dan kegiatan keantariksaan.
UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2004
TENTANG PERKEBUNAN

PASAL 26
Setiap pelaku usaha perkebunan dilarang
membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara
pembakaran yang berakibat terjadinya
pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan
hidup.
UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2004
TENTANG PERKEBUNAN
PASAL 48
(1) Setiap orang yang dengan sengaja membuka dan/atau
mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat
terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud dalma Pasal 26, diancam
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku
diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan denda paling banyak
Rp.15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2004
TENTANG PERKEBUNAN

PASAL 49
(1). SETIAP ORANG LALAI MEMBUKA/
MENGOLAH LAHAN DNG MEMBAKAR
DIPIDANA MAKSIMUM 3 TAHUN DAN
DENDA MAKSIMAL Rp. 3 MILYAR.

(2). APABILA TINDAK PIDANA DI ATAS


MENGAKIBATKAN ORANG MATI ATAU
LUKA BERAT, DIPIDANA MAKSIMUM 5
TAHUN DAN DENDA MAKSIMUM Rp. 5
MILYAR.
UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2013
TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PERUSAKAN HUTAN

PASAL 82:
(1) Orang perseorangan yang dengan sengaja:
melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan :
a) yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan hutan.
b) tanpa memiliki izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang
berwenang.
c) secara tidak sah.

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan


paling lama 5 (lima) tahun serta pidana denda paling sedikit
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).
UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2013
TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PERUSAKAN HUTAN

PASAL 82:
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh orang perseorangan yang bertempat tinggal di
dalam dan/atau di sekitar kawasan hutan, pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling
lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) dan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2013
TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PERUSAKAN HUTAN

PASAL 82:
(1) Korporasi yang:
melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan :
a) yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan hutan.
b) tanpa memiliki izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang
berwenang.
c) secara tidak sah.

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun


dan paling lama 15 (lima belas) tahun serta pidana denda paling
sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling
banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2013
TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PERUSAKAN HUTAN

PASAL 104:
Setiap pejabat yang dengan sengaja melakukan pembiaran
terjadinya perbuatan pembalakan liar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 sampai dengan Pasal 17 dan Pasal 19, tetapi
tidak menjalankan tindakan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
(enam) bulan dan paling lama 15 (lima belas) tahun serta
pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp7.500.000.000,00 (tujuh miliar
lima ratus juta rupiah).
UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2013
TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PERUSAKAN HUTAN

PASAL 106:
Setiap pejabat yang melakukan kelalaian dalam melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf h dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan
paling lama 5 (lima) tahun serta pidana denda paling sedikit
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
PP 4 TAHUN 2001 TENTANG
PENGENDALIAN KERUSAKAN
DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
HIDUP

PASAL 11 :
Setiap orang dilarang melakukan
kegiatan pembakaran hutan dan atau
lahan.

Sanksi : di UU No. 23 Th 1997 Pengl Ling Hidup


Sengaja : maks10 th dan denda maks Rp 500 juta
Lalai : maks 3 th dan denda maks Rp 100 juta
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB:
PP 4 TAHUN 2001 TENTANG
PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN
PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP

Bab V :
• Pemerintah Pusat mengkoordinasikan kegiatan dalkarlahut lintas
provinsi dan atau lintas batas negara.
• Pemerintah Provinsi mengkoordinasikan kegiatan dalkarlahut
lintas kabupaten/Kota.
• Pemerintah Kab/Kota bertanggung jawab dalam
mengkoordinasikan kegiatan dalkarlahut di daerahnya.
• Setiap penanggung jawab usaha wajib mencegah terjadinya
karlahut di lokasi usahanya.
PP 45 TAHUN 2004 TENTANG PERLINDUNGAN
HUTAN
Pada tingkat nasional, pemerintah pusat (Menteri
Kehutanan) :
– Menetapkan program dalkarhut (gah, dam, pasca karhut)
– Membentuk Brigdalkarhut di tingkat Pusat, Provinsi, Kab, dan Unit
Pengelolaan Hutan.
– Menetapkan standar peralatan dalkarhut.
– Mengatur koordinasi dan tata hubungan kerja Brigdalkarhut
– Membentuk Pusdalops Karhut untuk koordinasi dan mobilisasi tenaga,
sarana dan prasarana .

Pada tingkat Provinsi (Gubernur):


– Menetapkan program dalkarhut (gah, dam, pasca karhut)
– Melakukan deteksi terjadinya kebakaran hutan
– Mengadakan peralatan pengendalian kebakaran hutan
– Mobilisasi Brigade Pemadam Kebakaran dan koordinasi instansi terkait
dan tokoh masyarakat.
– Melaporkan kepada Menteri Kehutanan tentang kebakaran hutan yang
tejadi, tidakan yang sudah dan akan dilakukan
PP 45 TAHUN 2004 (lanjutan)
Pada Tingkat Kabupaten/Kota (Bupati/Walikota):
– Menetapkan rencana dalkarhut (gah, dam, pasca karhut)
– Melakukan deteksi terjadinya kebakaran hutan.
– Mengadakan peralatan pengendalian kebakaran hutan.
– Mobilisasi Brigade Pemadam Kebakaran dan masyarakat.
– Melaporkan kepada Gubernur.

Pada Tingkat Unit atau Kesatuan Pengelolaan Hutan:


– Menetapkan rencana dalkarhut (gah, dam, pasca karhut)
– Menyiapkan regu-regu pemadam kebakaran.
– Mengadakan peralatan pengendalian kebakaran hutan.
– Mobilisasi masyarakat untuk mempercepat pemadaman.
– Melakukan rangkaian tindakan pemadaman.
– Melaporkan kepada Bupati/Walikota
Inpres Nomor 16 Tahun 2011
Tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan
Lahan
PENERIMA INSTRUKSI
1. Menteri Koordinator Bidang 9. Menteri Perencanaan
Kesejahteraan Rakyat Pembangunan Nasional/Kepala
2. Menteri Kehutanan Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional
3. Menteri Pertanian 10. Jaksa Agung Republik Indonesia
4. Menteri Lingkungan Hidup 11. Panglima Tentara Nasional
Indonesia
5. Menteri Riset dan Teknologi 12. Kepala Kepolisian Negara republik
Indonesia
6. Menteri Dalam Negeri 13. Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana
7. Menteri Luar Negeri 14. Para Gubernur
8. Menteri Keuangan 15. Para Bupati/Walikota
Instruksi Kepada Menhut:
a. Meningkatkan koordinasi pelaksanaan dalkarhut.
b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM dalkarhut
(Manggala Agni).
c. Mewajibkan kepada pemegang izin usaha di bidang
kehutanan untuk memiliki SDM, sarpras dalkarhut serta
melaksanakan dalkarhut yang menjadi tanggung jawabnya.

d. Memberikan sanksi kepada pemegang izin usaha di bidang


kehutanan yang tidak memiliki SDM dan sarpras dalkarhut serta
tidak melaksanakan kegiatan dalkarhut di areal kerjanya.

e. Meningkatkan kinerja PPNS Kehutanan dan Polisi


Kehutanan dalam rangka penegakan hukum terhadap pelaku
pelanggaran di bidang karhut.
Instruksi Kepada Mendagri:

Melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian


terhadap Gubernur atau Bupati/Walikota dalam
pelaksanaan Dalkarhutla.
Instruksi Kepada Gubernur:
a. Menyusun Peraturan Gubernur tentang sistem Dalkarhutla.
b. Mengoptimalkan peran dan fungsi BPBD sebagai koordinator dalam
Dalkarhutla.
c. Bagi provinsi yang belum memiliki BPBD, agar mengoptimalkan peran dan

47
fungsi SKPD yang membidangi damkar sebagai koordinator dalam dalkarhutla.
d. Mengalokasikan biaya pelaksanaan dalkarhutla dalam APBD provinsi.
e. Memfasilitasi hubungan kerjasama antar pemerintah kabupaten/kota dalam
pelaksanaan dalkarhutla di wilayah provinsi.
f. Melaporkan pelaksanaan dalkarhutla di wilayahnya kepada Menkokesra.
g. Mewajibkan kepada pelaku usaha pertanian, untuk memiliki SDM, sarpras
dalkarhutla serta melaksanakan dalkarhutla yang menjadi tanggung jawabnya.
h. Memberikan sanksi tegas kepada pelaku usaha pertanian, yang tidak
melaksanakan dalkarhutla yang menjadi tanggung jawabnya.
Instruksi kepada Bupati/Walikota:
a. Terbitnya Peraturan Bupati/Walikota tentang sistem Dalkarhutla.
b. Optimalisasi peran dan fungsi BPBD sebagai koordinator dalam Dalkarhutla.
c. Mengoptimalkan peran dan fungsi SKPD yang membidangi damkar sebagai
koordinator dalam dalkarhutla.
d. Melaksanakan dalkarhutla di kabupaten/kota yang menjadi wilayah kerjanya.
e. Mengalokasikan biaya pelaksanaan dalkarhutla dalam APBD kabupaten/kota.
f. Mewajibkan kepada pelaku usaha pertanian, untuk memiliki SDM, sarpras dalkarhutla
serta melaksanakan dalkarhutla yang menjadi tanggung jawabnya.
g. Memberikan sanksi tegas kepada pelaku usaha pertanian, yang tidak melaksanakan
dalkarhutla yang menjadi tanggung jawabnya.
h. Melaporkan pelaksanaan dalkarhutla kepada Gubernur.
i. Membentuk Posko Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan
MEMBUAT PROSEDUR TETAP
PENGENDALIAN KEBAKARAN
HUTAN
PROTAP
NASIONAL
P
1. KONDISI LOKASI
E
PROTAP N
KERJA
PROVINSI Y
E 2. SDM
S
PROTAP U 3. SARPRAS
KABUPATEN A
I 4. REGULASI
A
INTERNAL
PROTAP TINGKAT N
PENGELOLA
HUTAN PROSEDUR
TETAP
INTERNAL
Brigdalkarhut Manggala Agni Daops Kapuas
Pelatihan
Penutup
Belajar dari pengalaman kebakaran di tahun-tahun yang telah
lalu (1997 s.d. 2002) dapat dilihat bahwa semaksimal upaya
yang telah dilakukan baik oleh pemerintah bersama pihak-
pihak lain yang perduli (swasta dan LSM/masyarakat) masih
belum mampu mengatasi secara berarti kebakaran lahan dan
hutan

Bencana kebakaran lahan dan hutan tidak dapat ditangani secara


parsial, namun harus secara holistik, melibatkan segenap
komponen mulai masyarakat, swasta dan pemerintah multisektor
yang tersistem dan terkoordinasi dengan baik
• Wa
ssalam
• ‘n
• Ter
i ma K
asih

Anda mungkin juga menyukai