Anda di halaman 1dari 28

HOSPITALISASI PADA ANAK

BY. ADRIAN SALI


PRODI ILMU KEPERAWATAAN
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
• Mahasiswa mampu memahami konsep hospitalisasi pada
anak
DEFINISI

HOSPITALISASI

proses yang karena Masuknya individu ke


suatu alasan yang RS sebagai seorang
berencana/keadaan pasien karena berbagai
darurat atau trauma alasan pemeriksaan
anak sehingga harus diagnostik, prosedur
tinggal dir rumah sakit tindakan, pembedahan,
dan mengakibatkan kegawatdaruratan,
stress pada anak dan pemberian medikasi &
keluarga stabilisasi
(Ball & Bindler, 2003) (Costello, 2008)
HOSPITALISASI

STRESS

ANAK KELUARGA
STRESSOR HOSPITALISASI
(Hockenberry & Wilson, 2009)
Reaksi anak saat hospitalisasi dipengaruhi oleh:
1. Usia perkembangan anak
2. Pengalaman yang lalu tentang sakit, perpisahan dan
hospitalisasi
3. Keterampilan koping
4. Diagnosis penyakit
5. Support system

Hockberry & Wilson, 2009


Reaksi anak saat hospitalisasi
1. Masa bayi (0 sampai 1 tahun)
-Masalah utama adalah dampak dari perpisahan → gangguan
pembentukan rasa percaya & kasih sayang
-Anak usia > 6 bulan: stranger anxiety (cemas bila berhadapan dengan
orang yang tidak dikenalnya & cemas karena perpisahan)
-Reaksi yang muncul: menangis, marah & banyak melakukan gerak
sebagai sikap stranger anxiety dan ekspresi wajah yang tidak
menyenangkan
2. Masa Todller (2 sampai 3 tahun)
-Bereaksi sesuai dengan sumber stress
-Sumber stress yang utama: perpisahan

Respon Perilaku
Respon Perilaku
• Tahap protes
Perilaku: menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak
perhatian yang diberikan orang tua.

• Tahap despair (putus asa)


Perilaku: tangisan kurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat
untuk bermain dan makan, sedih serta apatis

• Tahap detachment
Secara samar mulai menerima perpisahan, membina hubungan yang
dangkal & anak mulai terlihat menyukai lingkungannya
Pembatasan gerak:
• Anak akan kehilangan kemampuannya untuk mengontrol diri &
menjadi tergantung pada lingkungannya
• Anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau
regresi
Perlukaan
• Anak mengalami nyeri karena tindakan invasif: seperti pemasangan
infus, injeksi, pengambilan darah, anak akan menangis, menggigit
bibir dan memukul.
• Anak dapat menunjukkan rasa nyeri & mengkomunikasikan rasa
nyerinya
3. Masa Prasekolah (3 sampai 6 tahun)
•Hospitalisasi memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang
dirasakan aman, penuh kasih sayang & menyenangkan yaitu:
- Lingkungan rumah
- Permainan
- Teman sepermainan
•Reaksi terhadap perpisahan: menolak makan, sering bertanya,
menangis walaupun secara perlahan & tidak kooperatif terhadap
petugas kesehatan
•Anak merasa kehilangan kontrol terhadap dirinya
•Anak merasa kehilangan kekuatan dirinya
• Anak mempunyai persepsi sebagai hukuman sehingga anak merasa
malu, bersalah atau takut
• Takut terhadap tindakan & prosedur yang mengancam integritas
tubuhnya
• Respon: reaksi agresif dengan marah & berontak, ekspresi verbal
mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan
perawat & ketergantungan pada orang tua
4. Masa sekolah (6 sampai 12 tahun)
•Anak cemas karena berpisah dengan keluarga & terutama kelompok
sosialnya
•Adanya pembatasan aktivitas → anak merasa kehilangan kontrol
•Kehilangan kontrol berdampak:
-Pada perubahan peran dalam keluarga
-Kehilangan kelompok sosialnya
-Perasaan takut mati & adanya kelemahan fisik
•Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri: ditunjukkan dengan ekspresi baik
secara verbal atau non verbal karena sudah dapat mengkomunikasikannya
•Anak dapat mengontrol perilakunya jika merasa nyeri dgn menggigit bibir
atau memegang sesuatu dengan erat
5. Masa Remaja (12 sampai 18 tahun)
•Hospitalisasi menimbulkan perasaan cemas karena berpisah dengan
teman sebayanya
•Pembatasan aktivitas mengakibatkan anak remaja kehilangan kontrol
& menjadi bergantung pada keluarga atau petugas kesehatan
•Reaksi yang muncul: menolak perawatan/tindakan yang dilakukan
padanya, tidak kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri
atau menolak kehadiran orang lain
Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak
1. Perasaan cemas & takut
• Cemas dengan prosedur yang menyakitkan anak
• Takut akan kehilangan anak
• Perasaan berduka
• Informasi berduka
• Informasi buruk tentang diagnosis medik
• Pengalaman sebelumnya
• Reaksi orang tua: menangis karena tidak tega melihat prosedur
invasif pada anaknya
• Cemas karena menunggu informasi tentang diagnosa penyakit
• Perilaku yang muncul:
- Sering bertanya
- Bertanya dengan pertanyaan yang sama
- Gelisah
- Ekspresi wajah tegang
- Marah
2. Perasaan sedih
•Pada kondisi anak dengan penyakit terminal
•Saat menghadapi anaknya menjelang ajal
•Orang tua dituntut untuk berada disamping anak & memberi
bimbingan spiritual anaknya tetapi disisi lain orang tua menghadapi
ketidakberdayaan karena perasaan terpukul & sedih yang amat sangat
•Perilaku orang tua: isolasi, tidak mau didekati orang lain & tidak
kooperatif dengan petugas kesehatan
3. Perasaan frustasi
•Muncul saat anak telah dirawat cukup lama & dirasakan tidak
mengalami perubahan
•Tidak adekuatnya dukungan psikologis
•Putus asa
•Perilaku: tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan, pulang paksa
Reaksi saudara kandung terhadap perawatan
anak dirumah sakit
• Marah → karena rang tua dinilai tidak memperhatikannya
• Cemburu → orang tua lebih mementingkan saudara yang sakit
• Benci → pada saudaranya yang dirawat & situasi yang tidak
menyenangkan
• Rasa bersalah → karena anak berpikir mungkin saudaranya sakit
akibat kesalahannya
• Rasa takut & cemas → karena ketidaktahuan tentang kondisi
saudaranya
• Rasa sepi → situasi dirumah tidak seperti biasanya ketika anggota
keluarga lengkap berada dirumah
Prinsip askep pada hospitalisasi anak
• Mencegah atau memperkecil perpisahan
• Memperkecil kehilangan kendali/kontrol
• Memperkecil cedera
• Pengkajian & manajemen nyeri
• Bermain untuk mengurangi stress
• Memperbesar keuntungan hospitalisasi
• Dukungan anggota keluarga
• Keluarga /orang tua membutuhkan :
- Support
- Informasi yang akurat, berulang-ulang, jelas sesuai permintaan
- Berpartisipasi dalam perawatan
• Upaya meminimalkan stressor:
- Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
- Mencegah perasaan kehilangan kontrol
- Mengurangi rasa takut terhadap perlukaan tubuh & rasa nyeri
1. Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
• Melibatkan orang tua dalam perawatan anak dengan cara tinggal
bersama (rooming in)
• Jika tidak mungkin rooming in beri kesempatan orang tua untuk
melihat anaknya setiap saat
• Modifikasi ruang perawatan: seperti lingkungan rumah
• Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah: teman sekolah &
guru
2. Mencegah perasaan kehilangan kontrol
• Hindarkan pembatasan fisik jika anak kooperatif
• Buat jadwal kegiatan untuk prosedur terapi, latihan, bermain &
aktivitas dalam menghadapi perubahan kebiasaan
• Fokuskan intervensi keperawatan pada upaya untuk mengurangi
ketergantungan dengan cara memberi kesempatan anak untuk
mengambil keputusan
3. Mengurangi rasa takut terhadap perlukaan tubuh
& nyeri
• Mempersiapkan psikologis anak & ortu untuk tindakan/ prosedur
yang menimbulkan rasa nyeri
• Lakukan permainan lebih dahulu
• Pertimbangkan untuk menghadirkan orang tua saat tindakan
• Tunjukkan sikap empati
• Untuk tindakan khusus, lakukan persiapan khusus
Memaksimalkan manfaat hospitalisasi:
• Membantu perkembangan orang tua & anak dalam menjalankan
tumbuh-kembang anak
• Media belajar untuk orangtua
• Meningkatkan kemampuan kontrol diri guna memberikan
kesempatan mengambil keputusan
• Fasilitasi anak untuk tetap menjaga hubungan sosialnya sesama
pasien & teman sekolah
Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan
di rumah sakit
• Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan perkembangan anak
• Lakukan orientasi ke rumah sakit sebelum dirawat
- Kenalkan pada perawat
- Orientasikan anak & keluarga pada ruang rawat & fasilitas
- Kenalkan pada anak/pasien lainnya
- Berikan identitas pada anal
- Jelaskan aturan rumah sakit
- Laksanakan pengkajian perawatan
- Lakukan pemeriksaan fisik & pemeriksaan lain sesuai dengan
program

Anda mungkin juga menyukai