Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TENTANG EVALUASI BELAJAR DAN


PEMBELAJARAN, TEORI BELAJAR SOCIAL,
KONDISI DAN MASALAH DALAM BELAJAR PADA
PENDIDIKAN KEJURUAN

Dosen Pengampu : Yelma Dianastiti, M. Pd.

Mata Kuliah : Teori Belajar Dan Pembelajaran

Disusun Oleh

Kelompok 5

Muhammad Aditya Pratama ( 20183207022 )

Muhammad Irmanur Adibulakrom ( 20183207021 )

Febri Kurniawan ( 20183207023 )


PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tentang Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk
mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa
dan mengolah atau mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data
kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu. Evaluasi yang dilakukan
oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran.
Namun, dalam makalah ini hanya akan dibicarakan masalah evaluasi pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah

• Bagaimana Konsep Evaluasi Terhadap Belajar Dan Pembelajaran ?


• Bagaimana Bentuk Klasifikasi Evaluasi Belajar Dan Pembelajaran ?
• Apa yang dimaksud dengan Teori Pembelajaran Sosial ?
• Bagaimana Teori Permodelan Albert Bandura ?
• Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman praktik kerja industri dengan kesiapan kerja
siswa/siswi ?
• Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan kesiapan kerja siswa/siswi ?
1.3 Tujuan
 
• Mengetahui Konsep Evaluasi Terhadap Belajar Dan Pembelajaran.
• Mengetahui Bentuk Klasifikasi Evaluasi Belajar Dan Pembelajaran.
• Mengetahui apakah yang dimaksud dengan teori pembelajaran sosial.
• Mengetahui permodelan Albert Bandura.
• Mengetahui tentang hubungan yang signifikan antara antara pengalaman praktik kerja industri dengan
kesiapan kerja.
• Mengetahui tentang hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan kesiapan kerja.
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Evaluasi


A. Konsep Penilaian.
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta
didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Penilaian hasil belajar pada
dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah
dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau
sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi
atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
B. Konsep Pengukuran
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran.
Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang
bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen. Pengukuran adalah proses pemberian angka-
angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup
dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan
pengukuran.
C. Perbedaan Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan
dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun
nontes. Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif.
Sedangkan menilai adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-
bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.Penilaian bersifat kualitatif. Agar lebih jelas perbedaannya
maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian masing-masing, Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan
untuk menentukan nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran. Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu
usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil
dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar. Pengukuran atau
measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik.
Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam dunia pendidikan,
yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui
pengamatan empiris.
D. Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Tujuan evaluasi pembelajaran menurut Sudijono terdiri atas tujuan umum dan tujuan
khusus, yaitu :
• Tujuan umum evaluasi pendidikan adalah untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai
bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode
pembelajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.
• Tujuan khusus evaluasi pendidikan adalah untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program
pendidikan, untuk mencari dan menemukan faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam
mengikuti program pendidikan sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.
2.2 Klasifikasi Evaluasi Pembelajaran Bedasarkan Sasaran
1. Evaluasi Berdasarkan Tujuan Sasaran
a. Evaluasi Diagnostik
Yaitu evaluasi yang ditujukan untuk menelaah kelemahan siswa beserta factor penyebabnya. Hasil
dari evaluasi diagnotik digunakan sebagai dasar untuk memberikaan bantuan seperti layan bimbingan,
perbaikan, pengayaan atau layanan bantuan lainnya bedarkan kebutuhan peningkatan proses dan hasil
belajar siswa.
b. Evaluasi penempatan
Yaitu evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu
yang sesuai dengan karakteristik siswa. Evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk
memilih siswa yang paling tepat sesuai dengan kreteria program kegiatan tertentu
c. Evaluasi formatif
Yaitu evaluasi yang dilakuakan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar.
Hal ini menyangkut proses belajar siswa dan proses pengajaran guru. Evaluasi sumatif adalah
evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan belajar siswa.
 
2. Jenis Evaluasi Bedasarkan Sasaran
Evaluasi dapat dibedaka bedasarkan atas beberapa jenis. Hal ini mengacu pada komponen manajemen pembelajaran, yaitu pada tahap
perencanaan atau desain pembelajaran, proses pembelajaran. Bila mengacu pada CIPP yang ditarapkan pada tahap pembelajaran, jenis
evaluasi dapat dibedakan menjadi lima yaitu:
a. Evaluasi konteks
Yaitu evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program, baik mengenai rasional tujuan, latar belakang program dan
kebutuhan yang muncul dalam perencanaan. Apabila diterapkan dalam program pembelajaran, sasaran evaluasi tersebut bias diarahkan
pada dasar-dasar perlunya program pembelajaran, analisis tujuan pembelajaran dan kebutuhan yang berkaitan dengan program
pembelajaran, dan lingkunagn yang akan memberikan andil dalam proses pembelajaran.
b. Evaluasi input
Yaitu evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input, baik sumber daya maupun strategi yang digunakan untuk mencapi tujuan.
Apabila diterapkan pada program pembelajaran, sasaran evaluasi dapat diarahkan pada karakteristik siswa, keadaan sumber, bahan dan
alat yang tersedia atau program pendidikan yang dibutuhkan. Hasil evaluasi digunakan sebagai dasar dalam mengabil kepusan pada
perencanaan dan pengorganisasian program pengorganisasian.
c. Evaluasi proses
Yaitu evaluasi yang ditujukan untuk melihat proses pelaksanaan, kelancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung
dan hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan. Sasaran evaluasi ini mengacu pada evaluasi proses belajar siswa dan proses
mengajar guru.

d. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil diarahkan untuk melihat seberpa jauh hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir,
diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan. Evaluasi hasil ditujukan untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran.
3. Evaluasi berdasarkan scope kegian pembelajaran
a. Evaluasi program pembelajaran
Pembelajaran yang mencakup evaluasi terhadap tujuan pembelajran, evaluasi terhadap isi program pembelajaran,
evaluasi terhadap strategi belajar mengajar, dan aspek-aspek program pembelajaran lainnya.
b. Evaluasi proses pembelajaran
Mencakup evaluasi terhadap kesesuaian antara proses pembelajran dengan garis-garis besar program pembeljaran
yang ditetapkan.
c. Evaluasi hasil belajar
Mencakup evaluasi mengenai tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Tingkat
penguasaan siswa bias ditinjau dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

4. Jenis evaluasi bedasarkan obyek dan subyek evaluasi


Bedasarkan obyek evaluasi, dengan mengacu pada pendekatan sistem, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas
evaluasi input, evaluasi transformasi dan evaluasi output. Ditinjau dari subyek evaluasi, evaluasi pembelajran dapat
dibedakan atas evaluasi internal dan eksternal. Evaluasi internal adalah evaluasi yang dilakuakan oleh orang dari
dalam sekolah sebagai evaluator. Evaluasi eksternal adalah evaluasi yang dilakukan oleh orang dari luar sebagai
evaluator. Inti dari evaluasi bedarkan subjek ini, mengacu pada orang yang melakukan evaluasi (evaluator) dalam
kegiatan pembelajaran.
2.3 Subjek Evaluasi
Subjek evaluasi adalah orang yang melakukan penilaian. Siapa yang dapat disebut sebagai subjek
evaluasi untuk setiap tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas.
Dalam keterangan ini yang di maksud dengan subjek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan
evaluasi. Siapa yang dapat di sebut sebagai subjek evaluasi untuk setiap tes, di tentukan oleh suatu
aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku.
Ada pandangan lain yang mengatakan subjek evaluasi adalah siswa, yakni orang yang di evaluasi,
dalam hal ini yang di pandang sebagai objek evaluasi adalah mata pelajarannya. Pandangan lain
mengatakan siswa sebagai objek evaluasi dan guru sebagai subjek evaluasi. Ruang Lingkup (Scope)
Evaluasi Pendidikan Di Sekolah Secara umum, ruang lingkup dari evaluasi dalam bidang pendidikan
disekolah mencakup dalam bidang pendidikan disekolah mencakup tiga komponen utama, yaitu :
1. Evaluasi Program Pengajar
Evaluasi atau penilaian terhadap program pengajaran akan mencakup tiga hal, yaitu :
a) Evaluasi tujuan pengajar
b) Evaluasi terhadap isi program pengajaran
c) Evaluasi terhadap strategi belajar mengajar
2. Evaluasi Proses Pelaksanaan Pengajaran
Evaluasi mengenai proses pelaksanaan pengajaran akan mencakup
a) Kesesuaian antar proses belajar mengajar yang berlangsung, dengan garis-garis
besar program pengajaran yang telah ditentukan
b) Kesiapan guru dalam melaksanakan program pengajaran
c) Kesiapan siswa dalam mengikuti proses pengajaran
d) Minat/ perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran
e) Keatifan siswa
f) Peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang memerlukannya
g) Komunikasi dua arah antara guru dan murid selama proses pembelajaran
berlangsug
3. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik, ini mencakup :
a) Evaluasi mengenai tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan-tujuan
khusus yang ingin dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang bersifat
terbatas.
b) Evaluasi mengenai tingkat pencapaian peserta didik terhadap tujuan-tujuan
umum pengajaran.
2.4 Objek Evaluasi
Menurut Prof. Dr. Suharsimi arikunto, objek evaluasi adalah hal-hal yang menjadi pusat perhatian untuk dievaluasi. Apapun yang ditentukan oleh
evaluator atau penilai untuk dievaluasi, itulah yang disebut dengan objek evaluasi. Seperti pada waktu evaluator ingin menilai berat badan siswa, maka yang
menjadi objek adalah berat badan siswa, sedangkan angka yang menunjukkan barapa berat badan siswa adalah hasil evaluasi. Maka yang menjadi objek
evaluasi semua unsur atau komponen yang ada dalam transformasi tersebut, agar diperoleh gambaran yang menyeluruh tentang mutu dan kebenaran kinerja
transformasi yang dijadikan objek evaluasi adalah semua aspek terkait dalam kinerja transformasi seperti :
1. Masukan Mentah
Masukan mentah adalah merupakan individu yang belajar dan ini akan mempunyai peranan yang besar dalam berhasil tidaknya dalam belajar. Untuk
melihat segi segi dari masukan yang ikut berperan dalam belajar ini ialah menyangkut segi kejasmanian, dan segi psikologis. Walaupun keduanya di bedakan
tetapi tidak berarti di pisahkan karena keduanya tetap merupakan suatu kesatuan, satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan, kedua segi tersebut dibedakan
agar dapat melihat permasalahannya dengan lebih rinci.
2. Masukan instrumental
Masukan instrumental adalah masukan pendukung yang meliputi guru, materi, sarana pendidikan, pengelolaan manajemen atau pengaturan dan fasilitas
yang memungkinkan atau kelompok melakukan kegiatan belajar.

3. Masukan lingkungan
Dalam upaya meningkatkan dan memperluas jangkauan pelayanan terhadap penerimaan pelayanan, maka para pengelola program pelatihan
keterampilan berusaha mendayagunakan semua sarana prasarana dan fasilitas yang ada, baik di lingkungan pemukiman maupun lingkungan desa. Lingkungan
disini merupakan segala sesuatu yang memberi dukungan atau hambatan bagi terwujudnya potensial dari individu, untuk mengembangkan bakat, minat,
aspirasi dan kreativitas.
4. Proses transformasi
Dalam proses transformasi, selain siswa sebagai bahan yang diolah, masih ada 2 masukan lain. Yang pertama berfungsi membantu atau memperlancar
terjadinya proses, sedangkan yang kedua berupa lingkungan yang berpengaruh terhadap terjadinya proses.
5. Keluaran, hasil transformasi itu sendiri
Komponen keluaran merupakan kualitas dan kuantitas peserta didik hasil pendidikan dan penyuluhan kesehatan lingkungan dan pemukiman. Kualitas dan
kuantitas yang dimaksudkan disini ditujukan pada aspek perubahan pola hidup dan perilaku hidup sehat yang terjadi pada para peserta didik, baik aspek
kognitif, apektif maupun psikomotor.
2.5 Pengertian Tentang Pembelajaran Sosial
Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku
yang tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan
oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-
prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan
pada kesan dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental
internal. Jadi dalam teori pembelajaran sosial kita akan menggunakan
penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan-penjelasan
kognitif internal untuk memahami bagaimana kita belajar dari orang lain.
Dalam pandangan belajar sosial “manusia” itu tidak didorong oleh kekuatan-
kekuatan dari dalam dan juga tidak “dipukul” oleh stimulus-stimulus
lingkungan.
2.6 Teori Pemodelan Bandura
Bandura dan Walters menggunakan sekumpulan kanak- kanak tadika
berumur 3- 6 tahun untuk menjalankan kajian dan berjaya membuktikan
bahawa kanak- kanak keseluruhannya meniru model yang ditonton dengan
gaya yang lebih agresif. Beliau merumuskan bahawa pelbagai tingkah laku
sosial seperti keagresifan, persaingan, peniruan model dan sebagainya adalah
hasil pemerhatian daripada gerak balas yang ditonjolkan oleh orang lain. Teori
pembelajaran sosialis menekankan pembelajaran melalui proses permodelan
iaitu pembelajaran melalui pemerhatian atau peniruan. Teori ini terdiri daripada
teori permodelan Bandura.
2.7 Ciri- Ciri Teori Pemodelan Bandura :
• Unsur-unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan
• Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, misalan dan teladan
• Pelajar meniru sesuatu kemahiran daripada kecekapan demonstrasi guru
sebagai model dan akan menguasai kemahiran itu jika dia memperoleh
kepuasan dan peneguhan yang berpatutan.
• Proses pembelajaran meliputi pemerhatian, pemikiran, peringatan, peniruan
dengan tingkah laku atau gerak balas yang sesuai.
2.8 Hubungan yang signifikan antara pengalaman praktik kerja industri
dengan kesiapan kerja
Pengalaman praktik kerja industri memberikan wawasan dan tambahan
ilmu pengetahuan kepada peserta didik untuk siap bekerja setelah ia lulus dari
SMK. Hal ini, karena peserta didik telah melihat dan terbiasa dengan keadaan
dunia kerja yang sebenarnya. Selain itu, dengan adanya praktik kerja industri
peserta didik dapat melatih keterampilan dan mengaplikasikan teori- teori yang
telah didapat di sekolah sehingga menumbuhkan kepercayaan diri untuk siap
bekerja setelah lulus dari SMK.
2.9 Hubungan yang signifikan antara prestasi belajar dengan kesiapan kerja
Selain faktor dari pengalaman kerja industri, maka salah satu yang dapat
mempengaruhi kesiapan kerja adalah prestasi belajar peserta didik. Sebuah prestasi
dapat diraih dengan belajar atau latihan, pengertian belejar itu sendiri adalah
proses meningkatkan pengetahuan atau perubahan tingkah laku menjadi lebih baik
atau sebaliknya Purwanto (2014:85). Perubahan tersebut dapat berupa suatu hasil
yang baru atau penyempurnan terhadap hasil yang telah diperoleh. Peserta didik
yang belajar disekolah mendapatkan rapor diakhir semester dengan mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, Pendidikan Jasmani, Instalasi
Penerangan Listrik, Instalasi Tenaga Listrik, Produk Kreatif dan Kewirausahaan
sebagai bukti hasil pegukuran prestasi belajar yang mereka peroleh di sekolah
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan melalui kegiatan
pengukuran dan penilaian yang bertujuan untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah
melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Guru dalam kegiatan evaluasi memiliki peran penting. Peran
tersebut dapat digambarkan sebagaimana seperti peran hakim, jaksa, dan pembela dalam suatu ruang sidang pengadilan.
Tujuan akhir evaluasi hasil belajar yakni membuat keputusan, menurut Purwanto, dalam evaluasi hasil belajar ada lima
prinsip yaitu: Prinsip Keobjektifan, Prinsip Keadilan, Prinsip Keberlanjutan, Prinsip Keseluruhan, Prinsip Kependidikan.
Teori belajar sosial dikenalkan oleh Albert Bandura, yang mana konsep dari teori ini menekankan pada komponen
kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Menurut Bandura, orang belajar melalui pengalaman langsung atau
pengamatan (mencontoh model). Orang belajar dari apa yang ia baca, dengar, dan lihat di media, dan juga dari orang lain
dan lingkungannya.
3.2 Saran
Dalam melakukan Evaluasi Pembelajaran, sebaiknya diperhatikan syarat-
syarat dalam penyusunan evaluasi tersebut serta memilih teknik evaluasi
pembelajaran yang sesuai dengan sasaran yang tepat agar pembelajaran yang
dilakukan lebih efektif. Teori pembelajaran sosial yang dikemukakan oleh Albert
Bandura merupakan teori pembeljaran yang cukup berkembang, dalam model
pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peranan penting.
Artinya bahwa keyakinan dan kemampuan diri harus ditingkatkan untuk
menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif.
DAFTAR PUSTAKA

 
• http://ceritapgz.blogspot.com/2012/10/makalah-teori-pembelajaran-sosial.ht
ml
• http://repository.unj.ac.id/5305/2/BAB%201_PDF.pdf
• https
://www.google.com/url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFIP
%2FJUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN%2F196105011986011
ZAINAL_ARIFIN%2FSilabus_Evaluasi_Pembelajaran%2FEvaluasi_Pembel
ajaran__Makalah_.pdf
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai