Anda di halaman 1dari 50

Pemicu 1

01_00018_Riska Hendarto
Learning Issues
1. Mm. Komponen Sistem Imun Innate (Bawaan) dan Adaptif
2. Mm. Organ Jaringan Limfatik (Primer & Sekunder )
3. Mm. Komponen Pengenalan Antigen, Aktivasi, Regulasi Sistem
(Spesifik dan Non Spesifik)
4. Mm. Faktor – faktor yang mempengaruhi system imun
5. Mm. ASI
6. Mm. Imunisasi dan KIPI
7. Mm. GERMAS
LI 2
Mm. Organ Jaringan Limfatik (Primer & Sekunder )
Organ Limfoid
• Organ limfoid primer (pusat)
• Hati (fetus)
• Sumsum tulang (pra dan pasca lahir)
• Timus
• Organ limfoid sekunder (perifer)
• Limfonodus
• Limpa
• Jaringan limfoid yang berhubungan dengan mukosa

Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Singapore: Elsevier,
Timus
• Organ Limfoid perifer yang merupakan tempat pematangan limfosit T
• Letak  mediastinum superior dan meluas hingga di depan pembuluh
darah besar di jantung
• Organ berkapsul berukuran kecil yang terdiri atas 2 lobus
• Limfosit T  memasuki Timus  memperoleh kompetensi imunologis
• Timus terbentuk pada awal kehidupan embryo  Timus terus tumbuh
hingga pubertas  (Setelah beberapa tahun pertama kehidupan)
timus berinvolusi (atrofi) dan menjadi terinfiltrasi oleh sel lemak 
tetapi tetap dapat berfungsi sampai dewasa tua
• Fungsi utama  mengarahkan sel T
yang imunokompeten untuk mencapai
imunokompetensi

Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Singapore: Elsevier, 2014
Mescher AL. Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas, 13 th Ed. Indiana: Lange, 2013
Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Singapore: Elsevier, 2014
• Korteks
• Tampak lebih gelap  keberadaan sejumlah besar limfosit T
(Timosit)
• Mengandung makrofag Dan Sel Reticulum Epitel Tipe I-III
(berasal dari endoderm)
• Terjadi eliminasi limfosit T yang intoleran pada diri sendiri 
bertahan hidup  masuk ke medulla timus (sebagai limfosit
naif)

• Medula
• Lebih pucat  populasi limfosit tidak padat dan mengandung
Sel Reticulum Epithelial IV-VI (yang berasal dari endotel)
• Terbentuk badan timus (badan Hassal)

Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Singapore: Elsevier, 2014
Abbas AK, Lichtman AH, Pillais S. Basic Immunology, 8 th Ed. Philadelphia: Elsevier, 2015
Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Singapore: Elsevier, 2014
Sel Retikulum Epitelial ( Korteks )
• Sel tipe I memisahkan korteks dari kapsul jaringan ikat dan trabekula dan mengelilingi unsur vascular dalam korteks. Sel
ini membentuk zonula okludens/ tight junction satu sama lain, mengisolasi korteks timus secara menyeluruh dari bagian
tubuh lain. Nukleus sel tipe I beraneka bentuknya, dan mempunyai nukleolus yang berbatas tegas.
• Sel tipe II terletak pada daerah korteks pertengahan (midcortex). Sel ini mempunyai prosesus Panjang lebar seperti
lembaran yang membentuk taut desmosome satu sama lain. Prosesus membentuk sitoretikulum yang membagi korteks
timus menjadi kompartemen berukuran kecil yang berisi limfosit. Nukleus sel tipe II merupakan struktur yang besar dan
pucat dan agak heterokromatin. Sitoplasmanya juga pucat dan kaya akan tonofilamen.
• Sel tipe III terletak pada korteks bagian dalam dan pada perbatasan dengan medula. Sitoplasma dan nukleus selnya lebih
padat dibanding dengan sel retikulum epitelial tipe I dan II. RER sel tipe III memperlihatkan sisterna yang melebar,
mengisya ratkan terdapatnya sintesis protein. Sel reticulum epitelial tipe III ini juga mempunyai prosesus lebar seperti
lembaran yang membentuk kompartemen berisi limfosit. Sel ini membentuk zonula okludens satu sama lainnya dan juga
dengan sel reticulum epitelial di medula; sehingga mengisolasi korteks dari medula.

Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Singapore: Elsevier, 2014
Sel Retikulum Epitelial ( Medula )
• Sel tipe IV berhubungan erat dengan sel tipe III pada korteks dan membantu pembentukan
perbatasan kortikomedular. Nukleus sel mempunyai jaringan kromatin kasar, dan sitoplasmanya
terwarnai gelap dan kaya akan tonofilamen.
• Sel tipe V membentuk sitoretikulum medula. Nukleus sel in beraneka bentuk, dengan jaringan
kromatin perinuklir yang berbatas tegas dan sebuah nukleolus yang jelas.
• Sel tipe VI menyusun sebagian bear gambaran medula timus. Sel pucat berukuran besar ini
menyatu sama lain, membentuk badan timus (badan Hassall), yang jumlahnya meningkat siring
pertambahan usia.

Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Singapore: Elsevier, 2014
• Sel retikululum epitelial timus memproduksi 4 hormon yang penting untuk pematangan sel T  bersifat
parakrin yang beraksi jarak pendek, akan tetapi sebagian hormon tersebut diduga juga dilepaskan ke
dalam aliran darah. Hormon tersebut ialah timosin, timopoietin, timulin, dan faktor humoral timus,
• Hormon ini memfasilitasi proliferasi sel T dan ekspresi penanda permukaannya.
• Hormon dari luar timus terutama dari gonad dan hipofisis, tiroid, dan suprarenal, mempengaruhi
pematangan sel T.
• Efek yang paling poten disebabkan oleh
• (1) adrenokortikosteroid yang menurunkan jumlah sel T dalam korteks timus;
• (2) tiroksin, yang merangsang sel retikulum epitelial korteks untuk meningkatkan produksi timulin;
dan
• (3) somatotropin, yang mempromosikan perkembangan sel T pada korteks timus.

Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Singapore: Elsevier, 2014
Limfonodus
• Struktur oval, berkapsul (jaringan ikat yang dikelilingi jaringan lemak),
berukuran kecil
• Bertindak sebagai saringan untuk pengeluaran bakteri dan zat asing
lainnya
• Lokasi : leher, aksila, alat kelamin, sepanjang pembuluh besar, dan
rongga tubuh.
• Parenkim tersusun atas  limfosit T dan B, APC, dan makrofag
• Permukaan cembung yang ditembus oleh pembuluh limf aferen yang
mempunyai katup  berfungsi untuk mencegah regurgitasi cairan
limf kembali ke dalam nodulus.
• Permukaan cekung nodus (hilus)  tempat arteri dan vena masuk
dan keluar dari nodulus
 keluar melalui pembuluh limf eferen
• Secara histologis dibagi menjadi 3 daerah: korteks, parakorteks, dan
medula

Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Singapore: Elsevier, 2014
Histofisiologi Limfonodus
• Cairan limf memasuki limfonodus  laju aliran menurun  makrofag fagosit zat
asing  antigen mengalir dan terjebak oleh sel dendritic folikular  dikenali oleh
limfosit  sel B menjadi aktif  bermigrasi ke nodulus limfatikus primer dan
berproliferasi  membentuk sentrum germinativum dan nodulus limfatikus primer
menjadi sekunder.
• Sel yang baru membentuk sel B memori dan sel plasma  meninggalkan korteks 
genjel – genjel medulla melepaskan antibody ke dalam sinus medularis  menuju
ke sum sum tulang tempat memproduksi antibody.
• Beberapa el memori menetap di nodulus limfatikus primer dan sebagian besar
menetap di nodulus limfatikus sekunder.

Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Singapore: Elsevier, 2014
Limpa
• Organ limfoid terbesar
• Penyaring darah menghancurkan eritrosit tua
• Pembuatan Antibodi
• Proliferasi sel T dan B
• Pembuluh limfa eferen

• Pulpa Putih
Berhubungan erat dgn arteriol sentralis (arteriol
sentralis dikelilingi oleh PALS)

• Pulpa Merah
Tersusun atas sinus splenikus dan korda splenikus

Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Singapore: Elsevier, 201
Histofisiologi Limpa
• Seiring darah memasuki sinus marginalis pada zona marginalis  darah mengalir melewati zona yang kaya
akan makrofag  memfagositosis antigen dalam darah, bakteri, dan zat asing lainnya. Zat yang tidak
dieliminasi pada zona marginalis akan dibersihkan dalam pulpa merah pada bagian perifer sinus splenikus.
• Sel limfoid dibentuk dalam pulpa putih sebagai respons terhadap antigen. Sel B memori dan sel plasma
dibentuk dalam nodulus limfatikus, sedangkan sel T dari berbagai kategori dibentuk dalam PALS.
• Sel T dan B yang baru dibentuk memasuki sinus marginalis dan bermigrasi ke tempt antigen berada atau
menjadi bagian dari kelompokan limfosit yang beredar. Sebagian sel plasma dapat menetap dalam zona
marginalis  memproduksi antibodi dan mengeluarkan immunoglobulin ke dalam sinus marginalis. Sebagian
besar sel plasma, bermigrasi ke dalam sumsum tulang untuk memproduksi dan melepaskan antibodinya ke
dalam sinus sumsum tulang.
• Makrofag membunuh keping darah yang tua dan mengawasi eritrosit sat bermigrasi dari korda splenikus di
antara sel endotel ke dalam sinus.

Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Singapore: Elsevier, 201
Jaringan Limfoid yang berhubungan dengan Mukosa

• Jaringan limfoid yang berhubungan dengan mukosa (Mucosa-


associated lymphoid tissue/MALT) tersusun atas kelompokan limfosit
tidak berkapsul serta nodulus limfatikus dalam mukosa traktus
gastrointestinal respiratorius, dan urinarius.
• Contoh paling tepat dari akumulasi ini adalah yang terdapat pada
mukosa usus: jaringan limfoid pada usus (GALT), jaringan limfatik pada
bronkus (BALT), dan tonsil.

Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Singapore: Elsevier, 201
Jaringan Limfoid yang Berhubungan dengan Saluran Pencernaan
(GALT)

• GALT tersusun atas folikel limfoid sepanjang saluran gastrointestinal. Sebagian folikel limfoid terpisah satu
sama lain; akan tetapi pada ileum, folikel ini membentuk gabungan limfoid yang dikenal sebagai plakat
Peyeri.
• Folikel limfoid plakat Peyeri tersusun atas sel B dikelilingi oleh daerah sel T yang kurang padat dan sejumlah
APC. Meskipun ileum dilapisi oleh epitel gepeng selapis, daerah yang berdekatan dengan folikel limfoid
dilapisi oleh sel berbentuk gepeng, yang dikenal sebagai sel M (sel microfold).
• Sel M diketahui dapat menangkap antigen dan mentransfernya (tanpa memprosesnya terlebih dahulu
menjadi epitop) ke makrofag yang terletak pada plakat Peyeri. Plakat Peyeri tidak mempunyai pembuluh
limf aferen, akan tetapi mempunyai drainase limf eferen.
• Plakat in menerima arteriol kecil yang membentuk jejaring kapiler, didrainase oleh HEV. Limfosit yang
ditakdirkan untuk memasuki plakat Peyeri mempunyai reseptor homing yang spesifik untuk HEV dari GALT.

Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Singapore: Elsevier, 201
Jaringan Limfoid yang Berhubungan dengan Bronkus (BALT)

• BALT mirip dengan plakat Peyeri, namun BALT terletak pada dinding bronkus,
khususnya daerah tempat bronkus dan bronkiolus bercabang. Seperti pada GALT,
epitel yang melapisi nodulus limfoid berubah dari epitel silindris bertingkat
bersilia dengan sel goblet menjadi sel M.
• Pada BALT tidak terdapat pembuluh limf aferen, meskipun terdapat drainase
cairan limf. BALT kaya akan suplai vaskular mengindikasikan kemungkinan peran
sistemik dan lokal pada proses imun. Sebagian besar sel merupakan sel B,
meskipun terdapat pula APC dan sel T.
• Limfosit yang ditakdirkan untuk memasuki BALT mempunyai reseptor homing
spesifik untuk HEV pada BALT.

Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Singapore: Elsevier, 201
Tonsil
• Tonsil (palatina, faringeal, dan lingual) merupakan kumpulan nodulus
limfatikus berkapsul tidak lengkap yang menjaga pintu masuk ke
orofaring. Oleh karena letaknya, tonsil terletak pada jalur antigen
pada udara dan yang tertelan. Tonsil bereaksi terhadap antigen ini
dengan membentuk limfosit dan memulai sebuah respons imun.

Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Singapore: Elsevier, 201
LI 4
Mm. Faktor – faktor yang mempengaruhi system imun
• Spesies Perbedaan kerentanan thd mikroba, cth tikus resisten terhadap difteri sementara manusia sangat
rentan
• Genetik Kerentanan seseorang terhadap penyakit ditentukan oleh gen hla/mhc.
Genetis sangat berpengaruh terhadap system imun, hal ini dapat dibuktikandangan suatu penelitian yang
dibuktikan bahwa pasangan anak kembar homozigot lebihrentan terhadap suatu allergen dibandingkan dengan
pasangan anak kembar yang heterozigot. Hal ini membuktikan bahwa factor hereditas mempengaruhi system
imun
• Usia Usia juga mempengaruhi system imun, pada saat usia balita dan anak-anak system imun belum matang di
usia muda dan system imun akan menjadi matang di usia dewasadan akan menurun kembali saat usia lanjut
• Olahraga berlebihan Olahraga berlebihan bisa membakar lebih banyak oksigen dalam tubuh.Pembakaran
yang berlebihan menghasilkan radikal bebas yang menyerang sel sistemkekebalan tubuh dan menurunkan
jumlahnya.
• Stres Stres dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh karena melepas hormonseperti neuro-endokrin,
glukokortikoid dan katekolamin. Stres bahkan bisa berdampak  buruk pada produksi antibodi

Imunologi FKUI Edis-11


• Hormon  Pada saat sebelum masa reproduksi, sistem imun lelaki dan perempuan adalah sama, tetapi ketika sudah
memasuki masa reproduksi, system imun antara keduanya sangatlah berbeda. Hal ini disebabkan mulai adanya beberapa
hormon yang muncul. Pada wanita telah diproduksi hormon estrogen yang mempengaruhi sintesis IgGdan IgA menjadi
lebih banyak (meningkat). Dan peningkatan produksi IgG dan IgA menyebabkan wanita lebih kebal terhadap infeksi.
Sedangkan pada pria telah diproduksi hormon androgen yang bersifat imunosupresan sehingga memperkecil resiko
penyakit autoimun tetapi tidak membuat lebih kebal terhadap infeksi. Oleh karenanya, wanita lebih banyak terserang
penyakit autoimun dan pria lebih sering terinfeksi.
• Nutrisi nutrisi buruk menurunkan resistensi terhadap infeksi
• Flora bakteri normal  di kulit produksi antimikrobial seperti bakteriosin dan asam. Fungsi : menyingkirkan mikroba lain
atau pathogen
• Faktor Gizi  
• Keadaan gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap status imun seseorang. 
• Tubuh membutuhkan enam komponen dasar bahan makanan yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan kesehatan tubuh. 
• Keenam komponen 🡪 protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air. 
• Gizi yang cukup dan sesuai sangat penting untuk berfungsinya system imun secara normal. 
• Kekurangan gizi merupakan penyebab utama timbulnya imunodefisiensi.  

Imunologi FKUI Edis-11


LI 5
Mm. ASI
https://promkes.kemkes.go.id/download/jke/booklet%20penggunaan%20lembar%20balik%20KSI%2015x21cm.pdf (diakses pada tanggal 14 Agustus 2021)
IMD
Manfaat IMD
• Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah bayi diberi • Bayi tetap hangat dengan berada di kulit-ke-kulit dengan ibu.
kesempatan mulai (inisiasi) menyusu sendiri Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Menurunkan
segera setelah bayi lahir (dini) dengan meletakkan risiko kematian karena hypothermia (kedinginan)
langsung bayi yang baru lahir di dada ibunya dan • Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu
membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil, bayi akan
puting susu ibu untuk menyusu. lebih jarang rewel sehingga mengurangi pemakaian energi.
• Memberikan stimulasi dini naluriah dan memberikan
kehangatan, cinta, keamanan dan makanan.
• Bayi mendapatkan kolostrum dari ASI pertama. Yaitu cairan
berharga yang kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) dan
zat penting lainnya yang penting untuk pertumbuhan usus.
Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap
untuk mengolah asupan makanan

https://promkes.kemkes.go.id/download/jke/booklet%20penggunaan%20lembar%20balik%20KSI%2015x21cm.pdf (diakses pada tanggal 14 Agustus 2021)


Asi Eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada Manfaat ASI Eksklusif
bayi sejak usia 0 – 6 bulan, tanpa penambahan • ASI Ekslusif mengandung kombinasi dan jumlah gizi yang dibutuhkan
apapun. Karena lambung bayi sangat kecil, dan ASI bayi secara lengkap dan sempurna
saja sudah memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi
secara sempurna • ASI mengandung antibodi dalam jumlah besar yang berasal dari
tubuh ibu, sehingga bayi memiliki kekebalan dan terhindar dari
penyakit di awal kehidupannya
Jenis – jenis ASI
• Bayi menjadi cerdas karena ASI mengandung nutrisi yang
• Kolostrum mendukung pertumbuhan pesat otak bayi yang sedang terjadi
diperiode emas ini
• Asi Transisi
• Hormon yang terdapat di dalam ASI menciptakan rasa kantuk dan
• Susu Matur
rasa nyaman. Hal ini dapat membantu menenangkan kolik, dan
membantu membuat bayi tertidur setelah menyusu, ini
dibutuhkannya untuk bertumbuh
• Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan
gigi karena gerakan mengisap mulut bayi pada payudara sang ibu

https://promkes.kemkes.go.id/download/jke/booklet%20penggunaan%20lembar%20balik%20KSI%2015x21cm.pdf (diakses pada tanggal 14 Agustus 2021)


LI 6
Mm. Imunisasi dan KIPI
• Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau
resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan
kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak
kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi
belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
• Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga
apabila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia 2017
Imunisasi Wajib bagi Bayi
Permenkes No. 12 Tahun 2017 :
1. Vaksin Hepatitis B
2. Vaksin Polio
3. Vaksin BCG
4. Vakin Campak
5. Vaksin Pentavalen (DPT-HB-HiB)

Buku Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan


Imunisasi Wajib
• Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu.
• Imunisasi wajib terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi
khusus.
a) Imunisasi Rutin
merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus-menerus sesuai jadwal.
Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.
Imunisasi Dasar

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small.pdf
Diakses pada tanggal 14 Agustus 2021
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small.pdf
Diakses pada tanggal 14 Agustus 2021
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small.pdf
Diakses pada tanggal 14 Agustus 2021
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small.pdf
Diakses pada tanggal 14 Agustus 2021
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small.pdf
Diakses pada tanggal 14 Agustus 2021
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small.pdf
Diakses pada tanggal 14 Agustus 2021
Imunisasi Lanjutan
• Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk
memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi lanjutan diberikan kepada anak usia bawah tiga tahun
(Batita), anak usia sekolah dasar, dan wanita usia subur.
Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small.pdf
Diakses pada tanggal 14 Agustus 2021
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small.pdf
Diakses pada tanggal 14 Agustus 2021
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small.pdf
Diakses pada tanggal 14 Agustus 2021
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small.pdf
Diakses pada tanggal 14 Agustus 2021
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small.pdf
Diakses pada tanggal 14 Agustus 2021
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small.pdf
Diakses pada tanggal 14 Agustus 2021
LI 7
Mm. GERMAS
GERMAS
• GERMAS atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. 
• Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana
yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan
dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS
harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang
membentuk kepribadian.
• Program ini memiliki beberapa fokus seperti membangun akses untuk memenuhi kebutuhan air
minum, instalasi kesehatan masyarakat serta pembangunan pemukiman yang layak huni.
Ketiganya merupakan infrastruktur dasar yang menjadi pondasi dari gerakan masyarakat hidup
sehat

https://promkes.kemkes.go.id/germas
7 Langkah Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat
• Melakukan aktifitas fisik 
• Mengonsumsi sayur dan buah
• Tidak merokok
• Tidak mengonsumsi alkohol
• Melakukan Cek Kesehatan Berkala
• Contoh :
• Cek Kesehatan Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) Secara Rutin
• Cek Lingkar Perut Secara Berkala
• Cek Tekanan Darah
• Cek Kadar Gula Darah Berkala
• Cek Kolesterol Tetap
• Cek dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
• Cek Sadari Periksa Payudara Sendiri
• Membersihkan lingkungan
• Menggunakan jamban

https://promkes.kemkes.go.id/germas

Anda mungkin juga menyukai