Anda di halaman 1dari 65

PERENCANAAN PEDESAAN

METODE PENENTUAN KEMAMPUAN LAHAN


UNTUK ALOKASI PEMANFAATAN RUANG

Djoko Santoso Abi Suroso, Ph.D

24 Maret 2010
Klasifikasi Kemampuan Lahan

• Kemampuan lahan adalah karakteristik lahan yang


mencakup sifat-sifat tanah (sifat fisik dan kimia), topografi,
drainase, dan kondisi lingkungan lain. Berdasarkan
karakteristik lahan tersebut, dapat dilakukan klasifikasi
kemampuan lahan.
• Pengelompokan kemampuan lahan dilakukan untuk
membantu dalam penggunaan dan interpretasi peta tanah.
• Kemampuan lahan sangat berkaitan dengan tingkat bahaya
kerusakan dan hambatan dalam mengelola lahan.

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 2


Klasifikasi Kemampuan Lahan

Gambaran
hubungan antara
kelas kemampuan
lahan dengan
intensitas,
spektrum dan
hambatan
penggunaan
tanah

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 3


Penamaan pada Klasifikasi Lahan

• Mangunsukardjo (1985):
III do
“Klasifikasi kemampuan lahan
Sub-Kelas
dibagi menjadi 8 kelas satuan
yang ditulis dengan angka Kelas
Romawi I s.d. VIII…”

• Sistem Klasifikasi Hockensmith & Steele (1943) dan


Montgomery (1973): “Lahan digolongkan ke dalam tiga
kategori utama yaitu Kelas, Subkelas dan satuan
kemampuan atau pengelolaan...”

PL-3203PL
- Perencanaan
3203 - Perencanaan
Pedesaan
Perdesaan
Kemampuan lahan dalam tingkat kelas

• Lahan diklasifikasikan ke dalam 8 kelas, yang ditandai


dengan huruf Romawi I – VIII.
• Dua kelas pertama (kelas I, II) adalah lahan yang cocok
untuk penggunaan pertanian dan 2 kelas terakhir (Kelas VII
dan VIII) adalah lahan yang harus dilindungi atau untuk
fungsi konservasi.
• Kelas III, IV, V dan VI dapat dipertimbangkan untuk berbagai
pemanfaatan lainnya. Meskipun demikian, lahan Kelas III
dan IV masih dapat digunakan untuk pertanian

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 5


Klasifikasi Kemampuan Lahan dalam
Tingkat Kelas
Kelas Kriteria Penggunaan

I Lahan ini tidak mempunyai atau hanya sedikit Pertanian: tanaman


hambatan yang membatasi penggunaannya. Lahan pertanian semusim,
klas I sesuai untuk berbagai penggunaan, tanaman rumput, hutan
terutama pertanian. Karakteristik lahannya dan cagar alam
antara lain: topografi hampir datar - datar,
ancaman erosi kecil, kedalaman efektif dalam,
drainase baik, mudah diolah, kapasitas menahan
air baik, subur, tidak terancam banjir.

II Lahan ini mempunyai beberapa hambatan atau Pertanian: Tanaman


ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan semusim, tanaman
penggunaannya atau memerlukan tindakan rumput,
konservasi yang sedang. Pengelolaan perlu hati- penggembalaan, hutan
hati termasuk tindakan konservasi untuk produksi, hutan lindung,
mencegah kerusakan. dan cagar alam.

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 6


Klasifikasi Kemampuan Lahan dalam
Tingkat Kelas
Kelas Kriteria Penggunaan

III Lahan ini mempunyai beberapa hambatan yang - Pertanian: Tanaman


berat yang mengurangi pilihan penggunaan lahan semusim, tanaman yang
dan memerlukan tindakan konservasi khusus dan memerlukan pengolahan
keduanya. Lahan ini mempunyai pembatas lebih tanah, tanaman rumput,
berat dari klas II dan jika dipergunakan untuk rumput, hutan produksi, hutan
tanaman perlu pengelolaan tanah dan tindakan lindung dan cagar alam.
konservasi lebih sulit diterapkan. Hambatan ini - Penggunaan non-pertanian
membatasi lama penggunaan bagi tanaman (permukiman, dsb)
semusim, waktu pengolahan, pilihan tanaman atau
kombinasi dari pembatas-pembatas tersebut.
IV Hambatan dan ancaman kerusakan tanah lebih besar - Pertanian: Tanaman semusim
dari klas III, dan pilihan tanaman juga terbatas. dan tanaman pertanian pada
Perlu pengelolaan hati-hati untuk tanaman umumnya, tanaman rumput,
semusim, tindakan konservasi lebih sulit diterapkan. hutan produksi,
penggembalaan, hutan lindung
dan suaka alam.
- Penggunaan non-pertanian

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 7


Klasifikasi Kemampuan Lahan dalam
Tingkat Kelas
Kelas Kriteria Penggunaan

V Lahan kelas ini tidak terancam erosi tetapi - Tanaman rumput


mempunyai hambatan lain yang tidak mudah untuk penggembalaan, hutan
dihilangkan, sehingga membatasi pilihan produksi, hutan lindung dan
penggunaannya. Tanah ini juga mempunyai suaka alam.
hambatan yang membatasi pilihan macam - Penggunaan non-pertanian
penggunaan dan tanaman. Tanah ini biasanya
terletak pada topografi datar-hampir datar tetapi
sering terlanda banjir, berbatu atau iklim yang
kurang sesuai.

VI Lahan ini mempunyai hambatan berat yang - Tanaman rumput,


menyebabkan penggunaan tanah ini sangat terbatas penggembalaan, hutan
karena mempunyai ancaman kerusakan yang tidak produksi, hutan lindung dan
dapat dihilangkan. Umumnya terletak pada lereng cagar alam
curam, sehingga jika dipergunakan untuk - Penggunaan non-pertanian
penggembalaan dan hutan produksi harus dikelola
dengan baik untuk menghindari erosi.

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 8


Klasifikasi Kemampuan Lahan dalam
Tingkat Kelas
Kelas Kriteria Penggunaan
VII Lahan ini mempunyai hambatan dan Padang rumput dan
ancaman berat yang tidak dapat hutan produksi
dihilangkan, karena itu
pemanfaatannya harus bersifat
konservasi. Jika digunakan untuk
rumput atau hutan produksi harus
dilakukan pencegahan erosi yang berat.

VIII Lahan ini sebaiknya dibiarkan secara Hutan lindung, rekreasi


alami. Pembatas dan ancaman sangat alam dan cagar alam
berat dan tidak mungkin dilakukan
tindakan konservasi, sehingga perlu
dilindungi.

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 9


Kemampuan Lahan dalam Tingkat Subkelas

• Kelas kemampuan lahan seperti tersebut di atas


(kelas I – VIII) dapat dirinci ke dalam sub-sub kelas
berdasarkan empat faktor penghambat, yaitu:
◦ kemiringan lereng (t);
◦ penghambat terhadap perakaran tanaman (s);
◦ tingkat erosi/bahaya erosi (e);
◦ dan genangan air (w).

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 10


Subkelas lereng (t)

• terdapat pada lahan yang faktor lerengnya menjadi


penghambat utama.
• Kemiringan lereng, panjang lereng, dan bentuk
lereng sangat mempengaruhi erosi, aliran
permukaan dan kemudahan atau hambatan
terhadap usaha pertanian sehingga dapat menjadi
petunjuk dalam penempatan lahannya kedalam
subkelas ini.

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 11


Subkelas Penghambat Terhadap Perakaran
Tanaman (s)
• terdapat pada lahan yang faktor kedalaman tanah
sebagai penghambat terhadap perakaran tanaman;
• faktor lahan seperti tanah yang dangkal, banyak
batu-batuan, daya memegang air yang rendah,
kesuburan rendah yang sulit diperbaiki, garam dan
Na yang tinggi akan menjadi petunjuk dalam
menempatkan lahan tersebut kedalam subkelas ini.

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 12


Subkelas Erosi (e)

• terdapat pada lahan di mana erosi merupakan


problem utama.
• Bahaya erosi dan erosi yang telah terjadi
merupakan petunjuk untuk penempatan dalam
subkelas ini.

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 13


Subkelas Kelebihan Air (w)

• terdapat pada lahan di mana kelebihan air


merupakan faktor penghambat utama;
• drainase yang buruk, air tanah yang tinggi, bahaya
banjir merupakan faktor-faktor yang digunakan
untuk penentuan subkelas ini

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 14


• Jenis-jenis faktor penghambat ditulis di belakang angka
kelas; sebagai contoh: IIIt, IIIe, IIw, IVs dan sebagainya.
• Contoh:
◦ Tanah kelas IIIt adalah tanah kelas III yang memiliki hambatan
faktor kecuraman lereng;
◦ IIe adalah tanah kelas II yang memiliki hambatan faktor erosi
(e);
◦ tanah kelas IIw memiliki hambatan yang disebabkan oleh
faktor drainase (w); dan
◦ tanah kelas IVs memiliki hambatan perakaran tanaman karena
faktor kedalaman tanah (s).

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 15


Kemampuan Lahan
Pada Tingkat Unit Pengelolaan

• Kemampuan lahan pada tingkat unit pengelolaan


memberikan keterangan yang lebih spesifik dan detil dari
subkelas.
• Tingkat unit kemampuan lahan diberi simbol dengan
menambahkan angka di belakang simbol subkelas.
• Angka ini menunjukkan besarnya tingkat faktor
penghambat yang ditunjukkan dalam subkelas, misalnya
IIw1, IIIe3, IVs3, dan sebagainya.

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 16


Kemampuan Lahan
Pada Tingkat Unit Pengelolaan
• Penentuan kemampuan lahan pada tingkat unit pengelolaan
terutama penting untuk melakukan evaluasi kecocokan
penggunaan lahan saat ini.
• Evaluasi kecocokan penggunaan lahan diperlukan sebagai
masukan bagi revisi rencana tata ruang atau penggunaan
lahan yang sudah ada.
• Klasifikasi pada kategori unit pengelolaan memperhitungkan
faktor-faktor penghambat yang bersifat permanen atau sulit
diubah seperti tekstur tanah, lereng permukaan, drainase,
kedalaman efektif tanah, tingkat erosi yang telah terjadi, liat
masam (cat clay), batuan di atas permukaan tanah,
ancaman banjir atau genangan air yang tetap.
PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 17
Faktor-faktor Penghambat
(berdasarkan besar intensitas)

1. Tekstur tanah dikelompokkan ke dalam lima


kelompok sebagai berikut:
◦ t1 = halus: liat, liat berdebu
◦ t2 = agak halus: liat berpasir, lempung liat
berdebu, lempung berliat, lempung liat berpasir.
◦ t3 = sedang: debu, lempung berdebu, lempung
◦ t4 = agak kasar: lempung berpasir
◦ t5 = kasar: pasir berlempung, pasir

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 18


Faktor-faktor Penghambat
(berdasarkan besar intensitas)

2. Permeabilitas
◦ p1 = lambat: < 0.5 cm/jam
◦ p2 = agak lambat: 0.5 – 2.0 cm/jam
◦ p3 = sedang: 2.0 – 6.25 cm/jam

3. Kedalaman sampai kerikil, padas, plinthite (k).


Kedalaman efektif dikelompokkan sebagai berikut:
◦ k0 = dalam: > 90 cm
◦ k1 = sedang: 90-50 cm
◦ k2 = dangkal: 50-25 cm
◦ k3 = sangat dangkal: < 25 cm
PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 19
Faktor-faktor Penghambat
(berdasarkan besar intensitas)

4. Lereng permukaan (l)


Lereng permukaan dikelompokkan sebagai berikut:
◦ l0 = (A) = 0-3%: datar
◦ l1 = (B) = 3-8%: landai/berombak
◦ l2 = (C) = 8-15% agak miring/bergelombang
◦ l3 = (D) = 15-30%: miring berbukit
◦ l4 = (E) = 30-45%: agak curam
◦ l5 = (F) = 45-65%: curam
◦ l6 = (G) = > 65%: sangat curam

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 20


Faktor-faktor Penghambat
(berdasarkan besar intensitas)
5. Drainase tanah (d)
◦ d0 = baik: tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil
tanah dari atas sampai lapisan bawah berwarna terang yang seragam
dan tidak terdapat becak-becak.
◦ d1 = agak baik: tanah mempunyai peredaran udara baik. Tidak
terdapat becak-becak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada
lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah
◦ d2 = agak buruk: lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara
baik: tidak terdapat becak-becak berwarna kuning, kelabu, atau coklat.
Becak-becak terdapat pada saluran bagian lapisan bawah.
◦ d3 = buruk: bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat
warna atau becak-becak berwarna kelabu, coklat dan kekuningan.
◦ d4 = sangat buruk: seluruh lapisan permukaan tanah berwarna
kelabu dan tanah bawah berwarna kelabu atau terdapat becak-becak
kelabu,
PL-3203 coklat
- Perencanaan Pedesaan dan kekuningan. 21
Faktor-faktor Penghambat
(berdasarkan besar intensitas)

6. Erosi (e)
Kerusakan oleh erosi dikelompokkan sebagai berikut:
◦ e0 = tidak ada erosi
◦ e1 = ringan: < 25% lapisan atas hilang
◦ e2 = sedang: 25-75% lapisan atas hilang - < 25% lapisan
bawah hilang
◦ e3 = berat: > 75% lapisan atas hilang - < 25% lapisan
bawah hilang
◦ e4 = sangat berat: sampai lebih dari 25% lapisan bawah
hilang.

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 22


Faktor-faktor Penghambat
(berdasarkan besar intensitas)
7. Faktor-faktor khusus
Faktor-faktor penghambat lain yang mungkin terdapat
adalah batu-batuan dan bahaya banjir
7.1.Batuan
Bahan kasar dapat berada dalam lapisan tanah atau di permukaan
tanah. Bahan kasar yang terdapat dalam lapisan 20 cm atau di bagian
atas tanah yang berukuran lebih besar dari 2 mm dibedakan sebagai
berikut:
a. Kerikil. Kerikil adalah bahan kasar yang berdiameter lebih besar dari
2 mm sampai 7.5 mm jika berbentuk bulat atau sampai 15 cm
sumbu panjang jika berbentuk gepeng. Kerikil di dalam lapisan 20
cm dikelompokkan sebagai berikut:
 b0 = tidak ada atau sedikit: 0-15% volume tanah
 b1 = sedang: 15-50% volume tanah
 b2 = banyak: 50-90% volume tanah
 b3 = sangat banyak: > 90 % volume tanah
PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 23
Faktor-faktor Penghambat
(berdasarkan besar intensitas)
b. Batuan kecil
Batuan kecil adalah bahan kasar atau batuan berdiameter 7.5 cm sampai 25 cm
jika berbentuk bulat, atau sumbu panjangnya berukuran 15 cm sampai 40 cm jika
berbentuk gepeng. Banyaknya batuan kecil dikelompokkan sebagai berikut:
 b0 = tidak ada atau sedikit: 0-15% volume tanah
 b1 = sedang: 15-50% volume tanah
 b2 = banyak: 50-90% volume tanah
 b3 = sangat banyak; > 90% volume tanah
c. Batuan lepas (stone)
Batuan lepas adalah batuan yang bebas dan terletak di atas permukaan tanah,
berdiameter lebih besar dari 25 cm (berbentuk bulat) atau bersumbu memanjang
lebih dari 40 cm (berbentuk gepeng). Penyebaran batuan lepas di atas permukaan
tanah dikelompokan sebagai berikut:
 b0 = tidak ada: kurang dari 0.01% luas areal
 b1 = sedikit: 0.01%-3% permukaan tanah tertutup
 b2 = sedang: 3%-15% permukaan tanah tertutup
 b3 = banyak: 15%-90% permukaan tanah tertutup
 b4 = sangat banyak: lebih dari 90% permukaan tanah tertutup; tanah sama sekali
tidak dapat digunakan untuk produksi pertanian.
PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 24
Faktor-faktor Penghambat
(berdasarkan besar intensitas)
d. Batu terungkap (rock)
Batuan terungkap adalah batuan yang tersingkap di atas permukaan
tanah, yang merupakan bagian dari satuan besar yang terbenam di dalam
tanah.
Penyebaran batuan tertutup dikelompokkan sebagai berikut :
 b0 = tidak ada : kurang dari 2% permukaan tanah tertutup
 b1 = sedikit : 2% - 10% permukaan tanah tertutup
 b2 = sedang : 10% - 50% permukaan tanah tertutup
 b3 = banyak : 50% - 90% permukaan tanah tertutup
 b4 = sangat banyak : lebih dari 90% permukaan tanah tertutup; tanah
sama sekali tidak dapat digarap

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 25


Faktor-faktor Penghambat
(berdasarkan besar intensitas)

7.2.Ancaman banjir/genangan
Ancaman banjir atau penggenangan dikelompokkan
sebagai berikut:
◦ o0 = tidak pernah: dalam periode satu tahun tanah tidak
pernah tertutup banjir untuk waktu lebih dari 24 jam
◦ o1 = kadang-kadang: banjir yang menutupi tanah lebih dari
24 jam terjadinya tidak teratur dalam periode kurang dari satu bulan
◦ o2 = selama waktu satu bulan dalam setahun tanah secara
teratur tertutup banjir untuk jangka waktu lebih dari 24 jam
◦ o3 = selama waktu 2-5 bulan dalam setahun, secara teratur
selalu dilanda banjir lamanya lebih dari 24 jam
◦ o4 = selama waktu enam bulan atau lebih tanah selalu
dilanda banjir secara teratur yang lamanya lebih dari 24 jam
PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 26
Klasifikasi Kemampuan Lahan
Pada Tingkat Unit Pengelolaan
Faktor Penghambat/Pembatas Kelas Kemampuan Lahan

I II III IV V VI VII VIII


1. Tekstur tanah (t)
a. lapisan atas (40 cm) t2/t3 t1/t4 t1/t4 (*) (*) (*) (*) t5
b. lapisan bawah t2/t3 t1/t4 t1/t4 (*) (*) (*) (*) t5
2. Lereng Permukaan (%) L0 l1 l2 l3 ( * ) l4 l5 L6
3. Drainase
d0/d1 d2 d3 d4 (**) ( * ) (*) (*)
4. Kedalaman efektif
kO kO k1 k2 ( * ) K3 (*) (*)
5. Keadaan erosi
eO e1 e1 e2 ( * ) e3 e4 (*)
6. Kerikil/batuan
bO bO bO b1 b2 (+) (+) b3
7. Banjir o0 o1 o2 o3 o4 (+) (+) (+)

Catatan : (*) : dapat mempunyai sebaran sifat faktor penghambat dari kelas yang lebih rendah
(**) : permukaan tanah selalu tergenang air
PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 27
Cara Penentuan Kemampuan Lahan

1. Siapkan peta-peta sebagai berikut:


◦ Peta lereng
◦ Peta tanah
◦ Peta erosi
◦ Peta drainase/genangan
Siapkan peta dengan skala yang sama. Peta yang digunakan
dapat berskala 1:250.000, atau 1:100.000, atau 1:50.000.
Untuk keperluan analisa dan uji silang dari data kelas dan
subkelas, diperlukan juga data/laporan yang memuat sifat-
sifat biofisik wilayah, antara lain: tanah, topografi, iklim, hujan,
dan genangan/drainase.

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 28


Cara Penentuan Kemampuan Lahan

2. Lakukan tumpang tindih (overlay) peta lereng, peta tanah,


peta erosi dan peta drainase untuk mendapatkan peta
kemampuan lahan. Tumpang tindih dapat dilakukan
menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) maupun
secara manual.

Peta Peta Tanah Peta Erosi Peta Drainase/


Lereng Genangan

Overlay/tumpang tindih

Peta Kemampuan Lahan

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 29


Cara Penentuan Kemampuan Lahan

3. Dari overlay peta, didapat kombinasi keempat parameter,


sehingga dapat dilakukan identifikasi kelas lahan.
Besarnya hambatan yang ada untuk masing-masing
parameter menentukan masuk ke dalam kelas dan subkelas
mana lahan tersebut.
Dari hasil identifikasi, dapat dideliniasi kelas dan subkelas
kemampuan lahan.
Sebagai contoh, lahan yang memiliki lereng datar dan tidak
mempunyai hambatan dari paramater lainnya masuk ke
dalam Kelas I.

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 30


Cara Penentuan Kemampuan Lahan

Contoh yang No No Sampel 1    


  Faktor Pembatas Data Kode Kemampuan Lahan
lebih rinci untuk
1 Kemiringan Lereng (l) 0-2 % lo I
mengidentifikasi
2 Kepekaan Erosi (KE) 0,49 KE5 III
kelas dan
3 Tingkat Erosi (e) SR e0 I
subkelas lahan 4 Kedalaman Tanah (k) > 90 cm k0 I
Geluh
5 Tekstur Tanah Atas (t) Berlempung t2 I
Pada contoh ini, 6 Tekstur Tanah Bawah (t) Lempung t1 I
kelas kemampuan
7 Permeabilitas Tanah (P) Agak lambat P2 I
lahan adalah Kelas
III dengan faktor 8 Drainase (d) Agak jelek d3 III
pembatas kepekaan 9 Kerikil/Batu (b) Tanpa b0 I
erosi (KE) dan 10 Ancaman Banjir (o) Kadang-kadang o1 II
drainase (d). 11 Salinitas (g) Bebas g0 I
  Kelas     III
  Sub Kelas     III ke, d
Potensi kemampuan
lahan Tinggi

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 31


Cara Penentuan Kemampuan Lahan

4. Untuk sebagian daerah, sudah tersedia peta kemampuan


lahan atau peta kemampuan tanah.
Apabila peta tersebut sudah ada, akan dapat memudahkan
penentuan kelas lahan, karena sudah tidak perlu lagi
dilakukan langkah tumpang tindih/ overlay peta. Namun,
tetap harus dilakukan identifikasi dan delineasi kelas lahan.

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 32


Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan

1. Siapkan peta kemampuan lahan


2. Siapkan peta penggunaan lahan yang berskala sama
dengan peta kemampuan lahan
3. Lakukan overlay peta kemampuan lahan dengan peta
penggunaan lahan. Dari tumpang tindih kedua peta
tersebut, diperoleh satuan lahan (unit lahan). Setiap satuan
lahan dapat dideskripsikan sifat-sifatnya yang berkaitan
dengan faktor-faktor penghambat maupun potensinya untuk
dikembangkan (pemanfaatan ruangnya).

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 33


Susun Peta Kemampuan Lahan
berdasarkan Sifat-sifat Tanah

pertanian
pemukiman

I II

III IV
Hutan
Peta Kemampuan Lahan Penggunaan lahan

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 34


Kondisi I: Seandainya kelas kemampuan dan
Penggunaan lahan sbb:

pemukiman pertanian

I IIℓ 1 3
2 7
4
IIIℓk1 IV ℓ2 5 6 8

Hutan

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 35


Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan

Uraian Hasil Evaluasi Lahan untuk Contoh Kondisi I


Satuan Kelas Penggunaan Lahan Faktor Penghambat Luas Evaluasi
lahan Kemampuan (ha) Kesesuaian
Lahan
1 I Permukiman - 25 Cocok
2 I Pertanian sawah - 75 Cocok
3 II l1 Pertanian tegalan Kemiringan lereng: 180 Cocok
jagung/ padi landai
4 III l2 k1 Permukiman Kemiringan lereng: 20 Cocok
agak miring
5 III l2 k1 Pertanian tegalan Kemiringan lereng: 180 Cocok
jagung/ padi agak miring
6 IV l3 k2 Pertanian sayuran Kemiringan lereng: 110 Cocok
agak miring
7 II l1 Hutan Kemiringan lereng: 20 Cocok
agak miring
8 IV l3 k2 Hutan Kemiringan lereng: 180 Cocok
agak miring

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 36


Kondisi II. Seandainya kelas & penggunaan
lahannya sbb:

pertanian
pemukiman

V III 1 3
2 6

IV VII 4
5
7

Hutan

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 37


Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan

Uraian Hasil Evaluasi Lahan untuk Contoh Kondisi II


Satuan Kelas Kemampuan Penggunaan Faktor Penghambat Luas Evaluasi Kesesuaian
lahan Lahan Lahan (ha)

1 V o4 d5 Permukiman Drainase sangat buruk, 60 Tidak cocok, pada


genangan terus-menerus dasarnya perlu diubah

2 V o4 d5 Pertanian Drainase sangat buruk, 140 Tidak cocok,


rawa lebak genangan terus-menerus pertahankan sebagai
cagar alam
3 III k1 Pertanian Kedalaman tanah sedang 170 Cocok
jagung/padi
4 IV k2 Pertanian Kedalaman tanah dangkal 170 Cocok
jagung/padi
5 VII l5 Pertanian Kemiringan lereng curum 30 Tidak cocok perlu
jagung/padi diubah
6 III k1 Hutan Kedalaman tanah sedang 30 Cocok / mungkin
dapat diubah menjadi
lahan pertanian
kurang intensif

7 VII l5 Hutan Kemiringan lereng curam 170 Cocok, pertahankan


sebagai hutan
PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 38
Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan

3. Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian, penggunaan lahan yang


tidak cocok dengan kemampuannya perlu direkomendasikan
perubahan penggunaannya, atau diterapkan teknologi sesuai
dengan syarat-syarat yang diperlukan oleh lahan tersebut,
sehingga lahan tidak rusak dan dapat digunakan secara lestari.
Lahan yang penggunaannya cocok dengan kemampuannya
tidak perlu diubah penggunaannya.
4. Penggunaan lahan hutan yang kelas kemampuannya cocok
untuk pertanian pada dasarnya dapat diubah menjadi lahan
pertanian tetapi perubahannya harus mengacu pada Undang-
undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Namun,
apabila luas hutan di daerah tersebut tidak mencapai 30%,
maka penggunaan lahan hutan harus dipertahankan.
PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 39
Sumber Data

• Data yang digunakan dalam penentuan kemampuan lahan


dan evaluasi kesesuaian lahan bisa didapat dari beberapa
sumber sebagai berikut:

Jenis Data Sumber Data


Pusat Propinsi Kab/Kota
Peta lereng, peta tanah, Bakosurtanal atau Puslit Tanah Departemen
peta erosi dan peta Pertanian
drainase
Peta kemampuan lahan Bakosurtanal atau Badan Pertanahan Nasional (BPN)
atau Puslit Tanah Departemen Pertanian
Peta penggunaan lahan LAPAN, Bappeda Provinsi dan Kabupaten/Kota,
Bakosurtanal

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 40


Contoh Peta Lereng, Peta Tingkat Erosi, Peta
Kemampuan Lahan dan Peta Penggunaan Lahan

• Beberapa contoh peta terkait dengan penentuan


kemampuan lahan dan evaluasi kesesuaian lahan:

435000 440000 445000 450000 435000 440000 445000 450000 435000 440000 445000 450000 435000 440000 445000 450000
A PETA TINGKAT BAHAYA EROSI PETA KEMA MPU AN LAHAN PETA PENGGUNAAN LAHAN
W PETA LERENG DAS BABON JAWA TENGAH DAS BABO N JA WA TENGA H DAS BABON JAW A TENGAH
A DAS BABON JAWA TENGAH
J
T Sriwulan
U Sriwulan
2 0 2 4 Km Sriwulan
2 0 2 4 Km 2 0 2 4 Km Sriwulan
2 0 2 4 Km
A
L Terboyo kulon Trimulyo Terboyo kulon Trimulyo Terboyo kulon Trimulyo Terboyo kulon Tr imulyo
Terboyo wetan Terboyo wetan Terboyo wetan Terboyo wetan
Tanjung mas Tanjung mas Tanju ng mas Tanjung mas
Semarang utar a Semarang utar a Semarang utara Semarang utara
Sayung Sayung Sayung Sayung
Tambak rejo Tambak rejo Ta mbak rejo Tambak rejo
Kemijen Kemijen Kemijen Kemijen
Banjar dowo Banjar dowo Banjar dowo Banjar dowo
Muktiharjo lor Genuksari Karangroto Kal isari Muktiha rjo lor Gen uksari Kalisari Muktiharjo lo r Genuksari Karang roto Kalisari Muktiharjo lor Genuksari Kalisari

9230000
Karangroto

9230000
9230000

9230000

9230000
Kaligawe Karangro to Kaligawe Kaligawe

9230000
9230000

9230000
Genuk Kal igawe Genuk Genuk Genuk
Gebang sari Kudu Gebang sari Geb ang sari Kud u Gebang sari
Rejomulyo Sayung Rejomulyo Kudu Sayung Rejomulyo Sayung Rejomulyo Kudu Sayung
Mlati baru Sawahbesar Mlati baru Sawahbesar Kemampuan Lahan Mlati baru Sawahbesar Mlati baru Sawahbesar

Semarang timur
Mlati harjo
Jetaksari
Mlati harjo
Semarang timur Jetaksari
II e Mlati ha rjo
Semarang tim ur Jetaksari
Mlati harjo
Semarang tim ur Jetaksari
Bugangan Muktiharjo kidul Bugangan Muktiharjo kidul II ke Bugangan Muktiharjo kidul Bugangan Muktiharjo kidul
Kebon agung
Gayams ari
Bangetayu kulon Tingkat Bahaya Erosi Kebon agung
Gayams ari Bangeta yu kulon
II ke, d
Kebon agung
Gayams ari
Bangetayu kulon Kebon agung
Gayams ari Bangetayu kulon

Kelas Lereng Rejosari


Sarirejo Sambirejo
Sem bungharjo Sangat rendah Rejo sari Sembungharjo III d Rejosari
Sarirejo Sambirejo
Sembungha rjo
Penggunaan Lahan
Rejosari
Sarirejo Sambirejo
Sembungharjo
Sarirejo Sambirejo
Lereng I (0 - 3 %) Siwalan Tlogosari wetan
Wringinjajar Rendah Tlogosari wetan
Wringinjajar III e Siwalan Tlogosari we tan
Wringinja jar
Siwalan Tlogosari wetan
Wringinjajar
Siwalan
III ke, d Belukar
Lereng II (3 - 8%) Kar ang turi
Tlogosari kulon Bangetayu wetan Sedang Karang tu ri
Tlogosari kulon Bangetayu wetan Karang turi
Tlogosari kulon Bangetayu wetan
Karang turi
Tlogosari kulon Bangetayu wetan

Lereng III (8 - 15%)


Karang tempel Penggaron lor
Berat Karang tempel Pen ggaron lor III p, d Karang tempel
Penggaron lor Danau Karang tempel
Penggaron lor
Tlogomulyo Tlogomulyo
Pandean lamper Sangat berat Tlogomulyo IV o Pandean lamper Empang Pandean lamper
Tlogomulyo
Lereng IV ( > 15%) Kal icari
Pande an lamper
Kal icari VI e Kalicari Kal icari
Gayamsari Pendurungan tengah Jamus Gayamsari Pendurun gan tengah Ja mus Gayamsari Pendurungan tengah
Peterongan Peterongan Gayamsari Pendurungan tengah Jamus
VI l Peterongan Hutan rawa Peterongan Jamus
Palebon Pedur ungan Pedurungan Palebon Pedurungan Palebon Pedurungan
Lamper lor Palebon Lamper lor
Se mara ng selatan Lamp er lor
Semarang selatan VII e Semarang selatan Industri
Lamper lor
Semarang selatan
Lamper tengah Kota Semarang Pedurungan lor Lamper ten gah Kota Semarang Pedurungan lor Lamper tengah Kota Semarang Pedurungan lor

9225000
9225000

Kota Semarang Pedurungan lor

9225000
9225000

9225000

9225000
Lamper tenga h
9225000

9225000
Lamper kidul Lamp er kidul Lamper kidul Penggaron kidul Lamper kidul
Penggaron kidul Penggaron kidul Kebun Penggaron kidul
Gemah Gemah Gemah Gemah
Sendangguwo Sendangguwo Jomblang Sendangg uwo Sendangguwo
Jomblang Jombl ang
Jomblang Permukiman
Pedurungsn kidul Pedurungsn kidul Pedurungsn kidul Pedurungsn kidul
Tandang Kedungmundu Ked ungmundu Ta ndang Kedungmundu Tambak garam Tandang Kedungmundu
Tand ang
Candisari Candisari Candisari Candisari
Karanganyar Plamongansari
Karanganyar Plamongansari Karanganyar Plamongansari Rawa Karanganyar Plamongansari
Jatingaleh Jating aleh Ja tingaleh Jatingaleh
Karangrejo Karangrejo Karangrejo
Karangrejo Sawah
Sam biroto Sambiroto Sambiro to Sambiroto
Jangli Jangli Jangli
Tinjomoyo Kabupaten Demak Tinjomoyo Jangli
Kabupaten Demak Tinjomoyo Kabupaten Demak Sawah tadah hujan Tinjomoyo Kabupaten Demak
Batursari Batursari Batursari Batursari
Sendangmulyo Ngesrep Senda ngmulyo Sendangmulyo
Ngesrep Mranggen Ngesrep Sendangmulyo
Mranggen Mranggen Tegalan/ Ladang Ngesr ep
Mranggen

Tembalang Tembalang Tembalang Tembalang


Mangunharjo Kebonbatur Keb onbatur Mang unharjo Kebonbatur Mangunharjo Kebonbatur
Mangunharjo

9220000
9220000

9220000

9220000
9220000

Tembalang

9220000
Tembalang Tembalang
9220000

9220000
Temba lang
Sum urboto Sumurboto Sumurboto Sumurboto
Bulusan Meteseh Bulusan Bulusan Meteseh Bulusan
Meteseh Meteseh
Pedalangan Pedalang an Pedalangan
Pedalangan
Srondol wetan Srondol wetan Srondol wetan
Srondol wetan
Bany umanik Kramas Banyumanik Kramas
Banyum anik Kramas Bany um anik Kramas
Padangsar i Rowosari Padangsari Rowosari Padangsari Rowosari
Padan gsari Rowosari

Banyumanik Banyumanik Banyumanik


Banyumanik
Gedawang Jabungan Ged awang Ja bungan Jabungan
Gedawang Jabu ngan Gedawang
Banyumeneng Banyumeneng Banyumeneng
Kalikayen Banyumeneng Kalikayen Kalikayen
Kalikayen

9215000
9215000

9215000

9215000

9215000
Pudakpayung

9215000
Pudakpayung Pudakpayung
9215000

9215000

Pudakp ayung

420 000 440 00 0 46000 0 420000 44000 0 460000 420000 44000 0 460 00 0
Mluweh 420000 440 000 460000 Mluweh Mluweh
Kawengen Mluweh Kawengen Kawengen
U
Kawengen U U
U A
A Susukan
Susukan

9 2400 00
A

924 0000
9 2400 00

924 0000

Susukan

924 0000

92400 00
Bandarajo Susu kan A Ban darajo Bandarajo
9 240000

9240000

L L
Bandarajo L
L

K A B. D E M A K

Kabupaten Semarang
K A B. D E M A K

Kabupaten Semarang
K A B. D E M A K

Kabupaten Semara ng
K A B. K E N D A L K A B. K E N D A L
K A B. D E M A K K A B. K E N D A L

Kabupaten Semarang K A B. K E N D A L

K A B. S E M A R A N G
Ungaran
K A B. S E M A R A N G
Ungaran
K A B. S E M A R A N G

Ungaran
K A B. S E M A R A N G
Ungaran

92200 00

922 0000
9 220000

9220000

9 2200 00

922 0000
9 2200 00

922 0000

Kalongan Kalongan Kalongan


Kalirejo Gondoriyo Kal ongan Kalirejo Gon doriyo Gondoriyo
Gondoriyo Kalirejo
Kalirej o
9210000
9210000

9210000
9210000

9210000

9210000
9210000

9210000

420 000 440 00 0 46000 0 420000 44000 0 460000 420000 44000 0 460 00 0
420000 440 000 460000

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 Leyan an
Leyanan Lembar Ungaran, Jatingaleh, Semarang, Sayung dan Leyanan Lembar Ungaran, Jatingaleh, Semarang, Sayung dan Leyanan Lembar Ungaran, Jatingaleh, Semarang, Sayung dan
Lembar Ungaran, Jatingaleh, Semarang, Sayung dan
Mranggen Nomer 1408-542, 1408-544, 1409-222, 1409-311, Mranggen Nomer 1408-542, 1408-544, 1409-222, 1409-311, Mranggen Nomer 1408-542, 1408-544, 1409-222, 1409-311,
Mranggen Nomer 1408-542, 1408-544, 1409-222, 1409-311,
dan 1408-623 Bakosurtanal 2001 dan 1408-623 Bakosurtanal 2001 dan 1408-623 Bakosurtanal 2001
dan 1408-623 Bakosurtanal 2001
Beji Hasil analisis data sekunder. Beji Hasil analisis data sekunder. Beji Hasil analisis data sekunder.
Beji Hasil analisis data sekunder.
435000 440000 445000 450000 435000 440000 445000 450000 435000 440000 445000 450000
435000 440000 445000 450000
Legenda : Legenda : Legenda :
Legenda :
Jalan Propinsi Daya Dukung Lingkungan DAS BABON Jawa Tengah Jalan Propinsi Daya Dukung Lingkungan DAS BABON Jawa Tengah Daya Dukung Lingkungan DAS BABON Jawa Tengah
Sungai Jalan Propinsi Daya Dukung Lingkungan DAS BABON Jawa Tengah Sungai Sungai Jalan Propinsi
Jalan Kabupaten Sungai Jalan Kabupaten Jalan Kabupaten
Batas Kabupaten Jalan Kabupaten Batas Kabupaten Batas Kabupaten
Jalan Lokal Batas Kabupaten Jalan Lokal Jalan Lokal
Kementerian Negara Lingkungan Hidup Jalan Lokal Batas Kecamatan Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Batas Kecamatan Jalan kereta Kementerian Negara Lingkungan Hidup Jalan kereta Batas Kecamatan Jalan kereta Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Jakarta - Indonesia Batas Kecamatan Jalan kereta Jakarta - Indonesia
Jakarta - Indonesia Jakarta - Indonesia
Batas Desa 2006 Batas Desa 2006 Batas Desa
Batas Desa 2006 2006
Batas DAS Babon Batas DAS Babon Batas DAS Babon
Batas DAS Babon

zoom
PL-3203 - Perencanaan Pedesaan 41
PERENCANAAN PEDESAAN
INFRASTUKTUR PERDESAAN DAN WILAYAH

Djoko Santoso Abi Suroso, Ph.D

24 Maret 2010
Review Materi

• Aspek Perencanaan Pembangunan Desa


◦ Aspek Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pedesaan
◦ Konservasi Sumberdaya Lahan

◦ Infrastruktur Pedesaan dan Infrastruktur Wilayah


memahami perencanaan infrastruktur dan kaitannya
dengan perencanaan wilayah dan pembangunan
pedesaan
◦ Konsep-konsep Dasar Rumah Tradisional Permukiman Pedesaan

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan


Pemahaman Infrastruktur

• Infrastruktur  merupakan elemen wilayah yang


keberadaannya disesuaikan dengan fungsinya
• Definisi Infrastruktur:
“ infrastructure is system of public facilities, both
publicly and privately funded, which provided for
delivery of essential services and a sustained
standard of living…” (Associated General Contractors of
America / AGCA, 1982)

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan


Kategori Infrastruktur

• Transportasi
• Air Bersih dan Air Limbah
• Pengelolaan Limbah
• Produksi dan Distribusi Energi
• Bangunan Gedung
• Fasilitas Rekreasi
• Komunikasi
(Hudson, Haas, Uddin, 1997)
Untuk Pedesaan dapat ditambahkan: infrastruktur produksi
dan pengolahan hasil pertanian

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan


Issue Infrastruktur Desa dan Wilayah
(hal signifikan yang membedakan dengan perencanaan perkotaan)

• Kemiskinan masyarakat pedesaan:


infrastruktur kurang memadai  faktor
produksi rendah  potensi desa kurang tergali
 tidak ada benefit bagi masyarakat
• Kesenjangan pembangunan wilayah:
infrastruktur kurang memadai  aksesibilitas
terbatas  kebutuhan tidak terlayani  desa
kurang berkembang
• Rendahnya Indeks Pembangunan
Manusia / IPM (kesehatan, pendidikan,
konsumsi/kapita)
• Urbanisasi dan mobilitas penduduk:
kurangnya layanan umum dan penunjang
produksi  produktivitas lahan rendah 
rendahnya kesempatan kerja  migrasi
penduduk ke luar daerah
PL-3203 - Perencanaan Pedesaan
Mengapa Perlu Pengembangan
Infrastruktur Pedesaan…?
• Investasi pada infrastruktur pedesaan dapat mengarah
pada:
◦ produktivitas yang lebih tinggi di on-farm dan non-farm,
◦ kesempatan atas pekerjaan dan pendapatan,
◦ meningkatkan keberadaan dari “barang upah”.
◦ mengurangi kemiskinan dari meningkatkan pendapatan dan
konsumsi
Ifdal Ali dan Ernesto Pernia (2003)
• Teori Nurkse (1953):
◦ Tingkat kemiskinan yang tinggi disuatu daerah terjadi karena
rendahnya pendapatan perkapita daerah tersebut  menyebabkan
adanya vicious circle.
◦ Infrastruktur pedesaan dapat dikatakan sebagai gunting yang
mampu memotong vicious circle tersebut.

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan


PL 3203
Potensi Dampak Positif Infrastruktur
Pedesaan dan Wilayah
Sektor Dampak Langsung Dampak Tidak Langsung
Listrik Penerangan dan • Meningkatkan Layanan
Telekomunikasi Kebutuhan Dasar (kesehatan, dll)
• Meningkatkan akses teknologi &
informasi
• Mendorong aktivitas produksi &
lapangan kerja
Jalan Akses ke Pusat Pelayanan • Menurunkan biaya pelayanan
dan Pasar (penjualan hasil publik
produksi) • Kemudahan informasi
Air Minum Kebutuhan Harian Penduduk • Meningkatkan Kesehatan dan Gizi
Sanitasi Kebutuhan Harian Penduduk • Meningkatkan Kesehatan
Penduduk dan Lingkungan

Sumber: Adaptasi Jones 2004 & Susantono 2006


48
PL-3203 - Perencanaan Pedesaan
Piramida Keseimbangan Sistem Wilayah
(kedudukan dan fungsi infrastruktur wilayah)

Tujuan Akhir
(kondisi ideal)
Social
System

Fungsi Infrastruktur:
Economic Elemen wilayah untuk
System memberi nilai
ekonomi pada sistem
wilayah dan
mendorong
kesejahteraan sosial
Physical Infrastructure

Natural Environment Kondisi Dasar


(sumberdaya)

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan


Infrastruktur sebagai Upaya Pemenuhan
Kebutuhan Dasar

Family Basic Needs


Environmental
Basic
System &
Needs
Natural Resources
Community Basic Needs

Infrastructure

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan


Pembangunan
Infrastruktur
Pedesaan dalam
Kerangka
Penataan Ruang
Pedesaan

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan


Pengembangan Infrastruktur Pedesaan
di Indonesia
• Dikaitkan dengan issue pembangunan ekonomi  triple
track strategy:
◦ Pro - growth
◦ Pro - poor
◦ Pro - employment creation
• Paradigma pembangunan partisipatif  melibatkan
masyarakat setempat secara menyeluruh:
◦ tahap perencanaan & desain pengembangan,
◦ tahap pelaksanaan pembangunan
◦ tahap pemanfaatan dan pengelolaan jangka panjang

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan


Langkah Umum Pengembangan
Infrastruktur Pedesaan di Indonesia
• Perencanaan
◦ Kajian Kebutuhan dan Penentuan Skala Prioritas  participatory
planning
◦ Penyiapan Pendanaan  pemerintah, swasta, swa-dana
masyarakat
• Pelaksanaan Pembangunan
◦ Pelaksana  oleh kontraktor atau masyarakat (partisipatif)
◦ Mekanisme pengawasan  target yang jelas, aliran dana terkontrol,
terbuka, terukur
• Pemanfaatan dan Pengelolaan
◦ Perlu pembelajaran mengenai pemanfaatan dan pengelolaan
◦ Infrastruktur pedesaan  pengelolaan umumnya dilakukan secara
swakarsa / partisipatif  pemerintah hanya mendukung dalam hal
teknis pengelolaan maupun dana/bahan secara terbatas
PL-3203 - Perencanaan Pedesaan
Paradigma Perencanaan Partisipatif dalam
Pembangunan Infrastruktur Pedesaan

• Partisipatif 
masyarakat lebih
paham akan
kebutuhan
◦ perlu membedakan
“keinginan” dengan
“kebutuhan”
◦ perlu dukungan /
pendampingan teknis

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan


Kebijakan terkait Partisipasi dalam
Pengembangan Infrastruktur Pedesaan
• UU No. 25 Tahun 2000  UU No.25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
◦ Proses perencanaan pembangunan didesain bersifat bottom-up dan
partisipatif.
◦ Proses perencanaan pembangunan tetap Dimulai dari tingkat desa
melalui kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
TingkatDesa/Kelurahan (Musrenbang Desa/Kelurahan)
◦ Musrenbang melibatkan segenap elemen masyarakat
desa/kelurahan.
◦ Hasil Musrenbang Desa/Kelurahan akan menjadi bahan
penyusunan Musrenbang Kecamatan Musrenbangda
Kabupaten/Kota  Musrenbangda Provinsi  Musrenbangpus.

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan


Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur
Pedesaan secara Partisipatif
• Diawali langkah pengembangan
kelembagaan masyarakat (swadaya)
◦ Untuk pelaksanaan pembangunan (padat karya &
menghemat biaya)
◦ Untuk pengelolaan infrastruktur dalam jangka
panjang
• Perlu ada mekanisme pengawasan dan
pelaporan serta penentuan tindakan
• Terdapat proses pembelajaran bagi
masyarakat pedesaan
◦ Dalam hal teknis pembangunan dan pengelolaan
infrastruktur
◦ Dalam mengatur organisasi, merencanakan dan
mengelola kepentingan sendiri
PL-3203 - Perencanaan Pedesaan
Metode Pemetaan Swadaya (Self-Mapping)

• Sudah digunakan
dalam berbagai upaya
perencanaan
pembangunan
pedesaan di berbagai
negara, termasuk
Indonesia
• Langkah Pemetaan Swadaya:
1. Identifikasi potensi dan kendala (SDA, SDM yang dapat
dilibatkan, kondisi dan kelengkapan infrastruktur yang ada)
2. Hasilnya disusun kedalam Peta Profil Desa  untuk
menentukan prioritas dan peluang pengembangn infrastruktur

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan


Perbedaan dalam Pendanaan Infrastruktur Desa /
Wilayah dengan Infrastruktur Perkotaan

Perkotaan
Berdasarkan Dana Penyedia
WB, ADB, Pemerintah Jasa
dan JBIC Infrastruktur
2005)

Pembayar Perkembangan Perkotaan Masyarakat


Pajak (Pengguna)

Pedesaan
Kondisi Real:
Pengembangan
Pedesaan lebih
merupakan
upaya
Dana
Pemerintah
Infrastruktur
Penyedia
Jasa ?
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat
Pembayar
Pajak ? Perkembangan Wilayah/Desa Masyarakat
(Pengguna)

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan


Berbagai Program Pengembangan
Infrastruktur Pedesaan di Indonesia
• Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan (PPIP)
• Kegiatan dalam lingkup Program Kompensasi Pengurangan
Subsidi-Bahan Bakar Minyak bidang Infrastruktur
Perdesaan (PKPS BBM – IP)
• Kegiatan dalam lingkup KTP2D (Kawasan Terpilih Pusat
Pengembangan Desa)
• Kegiatan dalam lingkup Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri)
• Berbagai program/kegiatan yang dibiayai oleh APBD, APBN,
maupun sumber dana pinjaman luar negeri (Bank Dunia,
UNDP, dll)

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan


Contoh Kegiatan: Program
Peningkatan Infrastruktur Perdesaan

• Pelaksana: Dep.PU - Ditjen Cipta Karya,


• Durasi: 2006 - 2009.
• Lokasi: 4 provinsi, 45 kabupaten, 571 kecamatan, 1.840 Desa.
• Tujuan:Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui
perbaikan akses masyarakat miskin terhadap infrastruktur dasar
perdesaan
• Komponen Proyek:
◦ Pekerjaan infrastrutur yang mendukung aksesibilitas, yaitu jalan
dan jembatan perdesaan.
◦ Pekerjaan infrastrutur yang mendukung produksi pangan, yaitu
irigasi perdesaan.
◦ Pekerjaan infrastrutur yang mendukung pemenuhan kebutuhan
dasar masyarakat, yaitu penyediaan air minum dan sanitasi
perdesaan.
PL-3203 - Perencanaan Pedesaan
Kenyataan Implementasi dan Pencapaian
Program-program Infrastruktur Desa
• Di beberapa lokasi terbukti berhasil meningkatkan
ekonomi lokal  berkat kemudahan aksesibilitas dan dukungan
faktor produksi
• Tidak jarang yang sifatnya hanya sementara 
memperbaiki kualitas hidup tapi tidak ekonomi masyarakat secara
menerus  terkait dengan sikap hidup masyarakat pedesaan lokal
• Salah sasaran  Desa yang diprioritaskan oleh Pemda kadang
tidak sesuai dengan kriteria yang diharapkan oleh Pemerintah Pusat
(terkait percepatan pengentasan kemiskinan)
• Pendanaan  Banyak yang masih mengandalkan dana APBN
bahkan bantuan (hutang) luar negeri  pendanaan daerah (APBD)
kerap bersifat sporadis (hanya pada masa tertentu dan untuk jenis
infrastruktur terbatas saja)

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan


Kendala dalam Pengembangan
Infrastruktur Pedesaan dan Wilayah
• Kemampuan Pendanaan
• Kapasitas Aparat
• Kapasitas Masyarakat selaku Pemanfaat sekaligus
pengelola  kelembagaan di masyarakat
• Perencanaan yang kurang matang atau kurang melibatkan
masyarakat  tidak sesuai dengan kebutuhan dasar
komunitas

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan


Masalah Standarisasi dalam Perencanaan
Infrastruktur Pedesaan
• Terlalu mempertimbangkan masalah kuantitas
 Mengejar target jumlah prasarana, sarana, dan penduduk terlayani
 Kawasan prioritas sering dilihat dari jumlah penduduknya

• Penetapan sasaran seringkali tanpa mempertimbangkan


kondisi fisik kawasan, pengelolaan sumberdaya, serta
kapasitas aparat dan masyarakat setempat
 Terdapat perbedaan tantangan pengembangan antara wilayah
 Contoh: Pulau Jawa dengan Papua, berbeda jenis kebutuhan
infrastruktur prioritas, biaya bahan baku, jarak ke sumberdaya
alami, kapasitas kelembagaan masyarakat, dll.

Hasil evaluasi umum


UN – Komisi Sosial dan Ekonomi serta UNDP, 1979 - 2000
PL-3203 - Perencanaan Pedesaan
Perbandingan Ketersediaan Infrastruktur Wilayah
pada Negara-negara di Asia Tenggara

Singapura
Malaysia
Thailand
Indonesia
Vietnam
Filipina
0.0 2.0 4.0 6.0 8.0
Sumber:
World Economic Forum, 2003

• Nilai ketersediaan dan kualitas (overall)


• Diukur berdasarkan penilaian kebutuhan dan
ketersediaan serta catatan evaluasi program-program
pengembangan infrastruktur di Indonesia (WEF, 2003)
• Kendala Utama Indonesia: Pendanaan, Organisasi, Luas
Wilayah dan Cakupan Layanan Penduduk
PL-3203 - Perencanaan Pedesaan
TERIMAKASIH

PL-3203 - Perencanaan Pedesaan

Anda mungkin juga menyukai