Anda di halaman 1dari 21

DIURETIKA

KELOMPOK 3
Annisa Azura 18330736
Christy I. Talaba 19330725
Cut Indry Setiawaty 188330739
Dian Qatrunnada 188330731
Maghfirah Novi Z 18330725
Muazzinah Hasti 18330743
Sagita Rahmadhani 18330737
Sausan Afra 18330746
Yulinar W. Andawari 19330722
DIURETIKA

Pengertian Penggunaan

Diuretika untuk mengurangi edema yang


merupakan disebabkan oleh meningkatnya
senyawa yang jumlah cairan di luar sel
dapat
meningkatkan
volume urine. Penunjang pada pengobatan
hipertensi
Penggolongan
Berdasarkan efek yang dihasilkan
• Diuretika yang hanya meningkatkan ekskresi air dan tidak mempengaruhi kadar
elektrolit tubuh.
• Diuretika yang dapat meningkatkan ekskresi Na+ (Natriuretik).
• Diuretika yang dapat meningkatkan ekskresi Na+ dan Cl- (saluretik).
Secara umum
• Diuretika osmotik
• Diuretika pembentuk asam
• Diuretika merkuri organik
• Diuretika penghambat karbonik anhidrase
• Diuretika turunan tiazida
• Diuretika hemat kalium
• Diuretika loop.
1. Diuretika Osmotik
 Diuretika osmotik adalah senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi urin dengan
mekanisme kerja berdasarkan perbedaan tekanan osmosis.
 Mempunyai berat molekul rendah
 Bila diberikan dalam dosis besar atau larutan pekat akan menarik air dan elektrolit ke
tubulus renalis, yang disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan osmosa, sehingga
terjadi diuresis.
 Diuretik osmotik dapat meningkatkan eksresi natrium dan air
Efek samping Contoh
• Gangguan
keseimbangan elektrolit • Manitol
• Dehidrasi • Glukosa
• Mata kabur • Sukrosa
• Nyeri kepala • Urea
• Takikardia

Manitol digunakan untuk mengatasi berbagai keadaan


edema, bila turunan tiazida sudah tidak efektif lagi serta
digunakan juga untuk mengukur kecepatan filtrasi
glomerulus.
2. Diuretika Pembentuk Asam
 Diuretika pembentuk asam adalah
senyawa anorganik yang dapat
menyebabkan urin bersifat asam dan
mempunyai efek diuretik.
 Efek diuretiknya lemah dan menimbulkan
asidosis hiperkloremik sismetik.
 Contoh: Ammonium Klorida, Ammonium
Nitrat, dan Kalsium Klorida. Mekanisme terjadinya efek diuresis oleh Amonium Klorida

Penggunaan ammonium klorida dalam sediaan tunggal kurang


efektif karena setelah 1-2 hari terjadi reaksi penetralan oleh ginjal
sehingga efek diuretiknya akan menurun secara drastis.
 Lebih sering digunakan sebagai ekspektoran
3. Diuretik Merkuri Organik
 Merupakan saluretik karena dapat
menghambat absorbsi kembali ion-ion Na+ ,
Cl- dan air. Diuretik ini tidak menimbulkan
hipokalemi, tidak mengubah keseimbangan
elektrolit.
 Mekanisme kerja : diuretik merkuri organik
mengandung ion merkuri yang dapat
berinteraaksi dengan gugus SH enzim ginjal
(Na, K-dependent ATP-ase) yang berperan
pada produksi energi yang diperlukan untuk keterangan : GH dapat berupa gugus-gugus nukleofil seperti
absorbsi kembali elektrolit dalam membran OH COOH atau cincin imidazol
tubulus enzim tidak aktif
absorbsi kembali ion-ion Na+ dan Cl- menurun
dan dikeluarkan secara bersama sehingga
terjadi efek diuresis (gambar) disamping
 Hubungan Struktur Aktivitas (HSA) Gambar 2 : Contoh

Mempunyai rantai yang terdiri dari 3


atom C dan satu atom Hg pada salah
satu ujung rantai, yang mengikat gugus
hidrofil X (gambar) (gambar 2 . contoh)
4. Diuretika Penghambat Karbonik Anhidrase
 Digunakan secara luas untuk pengobatan edema ringan, efek samping yang ditimbulkan
adalah asidosis sistemik dan alkalinasi urin, dimana dapat mempengaruhi aktivitas obat-obat
golongan ini.
 Digunakan secara luas untuk pengobatan edema ringan, efek samping yang ditimbulkan
adalah asidosis sistemik dan alkalinasi urin, dimana dapat mempengaruhi aktivitas obat-obat
golongan ini.
 Mekanisme kerja : karbonik anhidrase adalah metal enzim yang berperan dalam pembentukan
asam karbonat, sebagai hasil reaksi antara air dan gas asam arang. Asam karbonat yang
terbntuk kemudian terdisosiasi menjadi H+ dan HCO3-. Ion H+ inilah yang digunakan sebagai
pengganti ion-ion Na+ dan K+ yang diabsorbsi kembali dalam tubulus renalis (gambar)
Bila kerja enzim di hambat produksi asam karbonat
menurun jumlah ion H menurun
+
akibatnya jumlah ion
Na yang diabsorbsi kembali akan menurun dan ion Na + yang
+

tertinggal bersama dengan HCO3- dan air akan meningkatkan


volume urin kemudian dikeluarkan efek diuresis
 Hubungan Struktur Aktivitas :

Yang berperan terhadap aktivitas diuretika penghambat


karbonik anhidrase adalah gugus sulfamil bebas. Mono dan
disubtitusi pada gugus sulfamil akan menghilangkan aktivitas
diuretik karena peningkatan obat-reseptor menjadi lemah

Pemasukan gugus metil pada asetazolamid (metazolamid) yang


dapat meningkatkan aktivitas obat dan memperpanjang masa
kerja obat dikarenakan mempunyai kelarutan dalam lemak lebih
besar. Metazolamid mempunyai aktivitas diuretik ± 5 kali lebih
besar dibandingkan asetazolamid

Modifikasi lain dari struktur asetazolamid secara umum akan


menurunkan akivitas. Deasetilasi akan menurunkan aktivitas dn
perpanjangan gugus alkil pada rantai asetil akan meningkatkan
toksisitas.
 Contoh
• Asetazolamid (diamox, glaupax)
• Metazolamid
• Etokzolamid (mempunyai aktivitas diuretik dua kali lebih besar dibanding
asetazolamid)
• Diklorfenamid (aktivitas diuretik sama dengan metazolamid
5. Diuretika Turunan Tiazida
 Diuretika turunan tiazida adalah saluretik yang dapat menekan absorbsi kembali ion-ion
Na+, Cl- dan air serta dapat meningkatkan eksresi ion-ion K+ , Mg2+ dan HCO3- . diuretik
ini juga digunakan pada pengobatan hipertensi karena dapat mengurangi volume darah
dan menyebabkan relaksasi otot polos arteriola.
 Efek samping dari diuretik ini adalah hipokalemi dan gangguan keseimbangan
elektrolit.
 Mekanisme kerja : diuretika turunan tiazida mengandung gugus sulfanil sehingga dapat
menghambat enzim anhidrase. Efek saluretik pada diuretik ini terjadi karena adanya
pemblokkan proses pengangkuan aktif ion klorida dan absorbsi kembali ion yang
menyertainya pada lekung henle.turunan tiazid juga menghambat enzim karbonik
anhidrase di tubulus distal tetapi efeknya relatif lemah.
 Hubungan Struktur Aktivitas :

Pada posisi satu cincin heterosiklik adalah gugus Substitusi langsung pada posisi 4,5, atau 8
SO2 atau CO2 . gugus SO2 mempunyai aktivitas dengan gugus alkil akan menurunkan aktivitas
yang lebih besar diuretik

Pada posisi 6 ada gugus penarik elektron yang sangat


Pada posisi dua ada substituen gugus alkil yang penting, seperti Cl dan CF3. Hilangnya gugus tersebut
menyebabkan senyawa kehilangan aktivitas, dan
rendah biasanya gugus metil penggantian gugus tersebut dapat meningkatkan kelarutan
senyawa dalam lemak shingga memperpanjang masa kerja
obat

Paada posisi 7 ada gugus sulfamil yang tidak


Pada posisi tiga ada substituen lipofil, seperti tersubstitusi.turunan mono dan disubtitusi dari
alkil terhalogenasi (CH2Cl) gugus sulfamil tidak mempunyai aktivitas
diuetik
Gugus sulfamil pada posisi meta (1) dapat diganti dengan
gugus-gugus elektro negatif lain, membentuk gugus induk
Ada ikatan C3-C4 jenuh. Reduksi ikatan rangkap baru yang dinamakan diuretika seperti tiazid, seperti pada
turunan salisilanilid (xipamid), turunan benzhidrazid
pada C3-C4 dapat meningkatkan aktivitas diuretik
(klopamid dan indapamid), dan turunan pthalimidin
± sepuluh kali (klortalidon).
Contoh :

Turunan Hidroklortiazid Turunan Tiazid-like


Turunan Klorotiazid
diuretik
1. Hidroklortiazid
1. Klorotiazid
2. Hidroflumetiazid 1. Xipamid
2. Flumetiazid
3. Bendroflumetiazid 2. Klopamid
3. Benztiazid
4. Metiklotiazid 3. Indapamid
5. Politiazid 4. Klortalidon
6. Diuretik Hemat Kalium

 Diuretik hemat kalium dalah senyawa  Mekanisme kerja :


yang mempunyai aktivitas natriuretik
Diuretika hemat kalium bekerja pada
ringan dan dapat menurunkan sekresi
saluran pengumpul, dengan mengubah
ion H+ dan K+ . aktivitas diuretiknya
kekuatan pasif yang mengontrol
relatif lemah, biasanya diberikan
pergerakan ion-ion, memblok absorbsi
bersama-sama dengan diuretika
kembali ion Na + dan ekskeri ion K +
turunan tiazida. Obat golongan ini
sehingga meningkatkan ekskresi ion Na
menimbulkan efek samping +
dan Cl – dalam urin
hiperkalemi, serta menyebabkan
gangguan pada saluran cerna.
Diuretik Hemat Kalium dibagi menjadi 2 kelompok :
1. Diuretik dengan Efek Langsung

• Amilorid HCl • Triamteren

Triamteren adalah diuretika turunan pteridin,


ketersediaan hayatinya 30-70%

Indikasi : digunakan untuk mengontrol


hipertensi.
2. Antagonis aldosteron
Mineral kortikoid yang dikeluarkan oleh koteks adrenalis.senyawa yang mempunyai
struktur yang mirip dengan aldosteron, seperti spironolakton . spironolakaton di absorpsi
dengan baik dalam saluran cerna, ±98 % terikat oleh protein plasma. Spironolakaton cepat
dimetabolisis menjadi kanrenon, yaitu bentuk yang bertanggung jawab terhadap 80 %
aktivitas diuretiknya.
7. Diuretik LOOP
 Diuretika LOOP adalah senyawa saluretik yang sangat kuat, aktivitasnya jauh
lebih besar dibanding turunan tiazida dan senyawa saluretik lain. Turunan ini
dapat memblok pengangkutan aktif NaCl pada loop of henle sehingga
menurunkan absorpsi kembali NaCl dan meningkatkan ekskresi NaCl lebih dari
25 %.
 Diuretikal Loop menimbulkan efek samping yang cukup serius seperti
hipotensi, hiperglikemik dan dehidrasi . biasanya digunakan untuk pengobatan
hipertensi ringan.
• Struktur kimia golongan ini bervariasi yang secara umum dapat dibagi dalam 2
kelompok :
1. Turunan asam fenoksiasetat
Contoh : asam etakrina
Hubungan strukturdan aktivitas asam etakrinat:
o Reduksi gugus α ᵦ- keton tidak jenuh akan menghasilkan aktivitas, senyaewa tidak
mampu berinteraksi dengan gugus SH enzim.
o Substitusi H pada atom C α dengan gugus alkil akan menurunkan aktivitas.
o Adanya gugus etil pada atom C beta membuatsenyawa mempunyai aktivitas maksimal.
Makin besar jumlah atom C, aktivitasnya makin menurun.
2. Turunan sulfamoil benzoat
Turunan ini dibagi dua golongan yaitu turunan asam 5-sulfamoil-2-aminobenzoat
(furosemid dan azosemid) dan 5-sulfamoil-3-aminobenzoat (bumetanid dan piretanid ).
Hubungan struktur dan aktivitas sulfamoil benzoat.
• Substituen pada posisi satu harus bersifar asam, gugus kaboksilat mempunyai aktivitas
diuretik optimum
• Gugus sulfamoil pada posisi 5 merupakan gugus fungsi untuk aktivitas diuretik yang
optimum
• Pada turunan asam 5-sulfamoil-2-amino benzoat, substituen pada gugus 2 amino relatif
terbatas, hanya gugus furfuril, benzil,dan tienilmetil yang menunjukkan aktivitas diuretik
optimal
• Pada turunan asam 5-sulfamoil-3-aminobenzoat, seperi substituen pada gugus 3 amino
relatif lebih banyak tanpa mempengaruhi aktivitas diuretik optimal
Terimakasih...

Anda mungkin juga menyukai