Anda di halaman 1dari 58

PEMICU 1

PANDEMI BELUM BERAKHIR


Vario Bernardy
MM KOMPONEN SISTEM
IMUN

Learning Issues 1
MM ORGAN DAN
JARINGAN LIMFATIK

Learning Issues 2
SISTEM LIMFATIK
 Sistem limfatik atau dikenal pula sebagai sistem getah bening adalah
sekumpulan jaringan dan organ yang bekerja untuk mengalirkan limfa
atau getah bening di dalam tubuh. Limfa melakukan sirkulasi ke seluruh
tubuh mirip dengan cara kerja darah.
 Di dalam sistem limfatik terdapat berbagai jenis organ yang berperan
dalam menghasilkan, menyimpan, maupun menyebarkan sel darah
putih ke berbagai bagian tubuh guna melawan kuman penyebab
penyakit.
FUNGSI SISTEM LIMFATIK
 Mengatur keseimbangan cairan tubuh

Salah satu fungsi sistem limfatik adalah membantu mengatur


keseimbangan cairan dalam tubuh. Sistem ini akan mengumpulkan
cairan dari jaringan tubuh, lalu mengembalikan kelebihan cairan dan
protein ke dalam pembuluh darah.Ada sekitar 90 persen cairan plasma
yang mengalir ke jaringan tubuh, kemudian 10 persen sisanya
dikembalikan oleh sistem limfatik.
FUNGSI SISTEM LIMFATIK
 Menyerap sebagian sebagian lemak makanan dalam usus
Fungsi limfatik berikutnya adalah menyerap sebagian lemak
makanan dan protein dalam usus untuk dibawa kembali ke aliran darah.

 Melindungi tubuh dari zat asing yang mengganggu kekebalan


tubuh
Fungsi sistem limfatik yang paling utama adalah melindungi tubuh
dari zat asing yang dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh.Sistem
ini menghasilkan dan melepaskan limfosit, yakni sel darah putih khusus,
untuk menghancurkan zat asing, seperti bakteri, virus, parasit, atau
jamur, yang masuk ke dalam tubuh.
ORGAN PADA SISTEM
LIMFATIK
1. Tonsil atau amandel
Tonsil atau dikenal dengan nama amandel adalah bagian dari organ
sistem limfatik yang berukuran kecil dan terletak di belakang
tenggorokan. Fungsi tonsil yang utama adalah sebagai salah satu
pertahanan tubuh dalam memerangi infeksi.
Tonsil menghasilkan sel darah putih dan antibodi, serta mampu
menyaring virus dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Organ ini juga
berfungsi mencegah masuknya benda asing yang mungkin terhirup
ataupun tertelan sebelum masuk ke dalam paru-paru.
ORGAN PADA SISTEM
LIMFATIK
2. Kelenjar timus
Kelenjar timus adalah bagian penting dari sistem limfatik dalam
tubuh. Salah satu fungsi kelenjar timus yang utama bagi kesehatan
adalah memproduksi sel darah putih yang disebut limfosit-T atau sel T
yang berfungsi untuk melawan sel penyebab infeksi. Kelenjar timus
terletak di tengah rongga dada, tepatnya di belakang tulang dada dan di
antara paru-paru.
ORGAN PADA SISTEM
LIMFATIK
3. Limpa
Limpa adalah organ sistem limfatik paling besar yang terletak di sisi
kiri bawah tulang rusuk dan di atas perut Anda. Limpa bekerja dengan
menyaring dan menyimpan darah serta menghasilkan sel darah putih
untuk melawan berbagai infeksi penyakit.a
ORGAN PADA SISTEM
LIMFATIK
4. Kelenjar getah bening
Kelenjar getah bening adalah struktur jaringan kecil yang bentuknya
menyerupai kacang. Ada ratusan kelenjar getah bening pada tubuh
manusia.Kelenjar getah bening dapat ditemukan sendiri atau dalam
kumpulan yang banyak terdapat pada leher, paha bagian dalam, ketiak,
di sekitar usus, dan di antara paru-paru.Kelenjar ini memiliki sel-sel
darah putih yang merupakan sel imun yang dapat membantu tubuh
melawan infeksi.
ORGAN PADA SISTEM
LIMFATIK
5. Pembuluh limfatik atau pembuluh getah bening
Pembuluh limfatik adalah jaringan pembuluh mikro yang terletak di
seluruh tubuh. Fungsi pembuluh limfatik adalah membawa cairan limfa
atau cairan getah bening.

6. Sumsum tulang belakang


Sumsum tulang belakang juga merupakan bagian dari organ sistem
limfatik yang berfungsi memproduksi sel darah putih, sel darah merah,
dan platelet. Sumsum tulang belakang terletak di tulang pinggul dan
tulang dada
FLOW RATE
 Sekitar 100 ml/jam getah bening mengalir melalui saluran toraks

manusia yang sedang beristirahat, dan kira-kira 20 ml/jam lagi mengalir


kesirkulasi melalui saluran lain, membuat perkiraan total aliran getah
bening sekitar 120 ml/jam atau 2 sampai 3 liter per hari.
MM KOMPONEN YANG
BERPERAN PADA
RESPON IMUN
Learning Issues 3
RESPON IMUN
 Respons imun yang terjadi sebenarnya merupakan interaksi antara
satu komponen dengan komponen lain yang terdapat didalam system
imun. Interaksi tersebut berlangsung bersama-sama sedemikian rupa
sehingga menghasilkan suatu aktivitas biologic yang seirama dan
serasi
RESPON IMUN NONSPESIFIK
 Umumnya merupakan imunitas bawaan (innate immunity), dalam artian
bahwa respons terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh
sebelumnya tidak pernah terpapar oleh zat tersebut.
 Contohnya adalah reaksi Inflamasi, Reaksi ini terjadi akibat dilepaskannya
mediator-mediator tertentu oleh beberapa jenis sel, misalnya histamine
yang dilepaskan oleh basofil dan mastosit, Vasoactive amine yang
dilepaskan oleh trombosit, serta anafilatoksin yang berasal dari komponen
– komponen komplemen, sebagai reaksi umpan balik dari mastosit dan
basofil. Mediatormediator ini akan merangsang bergeraknya sel-sel
polymorfonuklear (PMN) menuju lokasi masuknya antigen serta
meningkatkan permiabilitas dinding vaskuler yang mengakibatkan
eksudasi protein plasma dan cairan. Gejala inilah yang disebut dengan
respons inflamasi aku
RESPON IMUN SPESIFIK
 Merupakan respon imun yang didapat (acquired), yang timbul akibat
dari rangsangan antigen tertentu, sebagai akibat tubuh pernah terpapar
sebelumnya.
 Respons imun spesifik dimulai dengan adanya aktifitas makrofag atau
antigen precenting cell (APC) yang memproses antigen sedemikian
rupa sehingga dapat menimbulkan interaksi dengan sel-sel imun.
Dengan rangsangan antigen yang telah diproses tadi, sel-sel system
imun berploriferasi dan berdiferensiasi sehingga menjadi sel yang
memiliki kompetensi imunologik dan mampu bereaksi dengan antigen
RESPON IMUN SPESIFIK
 Walaupun antigen pada kontak pertama (respons primer) dapat
dimusnahkan dan kemudian sel-sel system imun mengadakan involusi,
namun respons imun primer tersebut sempat mengakibatkan
terbentuknya klon atau kelompok sel yang disebut dengan memory
cells yang dapat mengenali antigen bersangkutan. Apabila dikemudian
hari antigen yang sama masuk kedalam tubuh, maka klon tersebut
akan berproliferasi dan menimbulkan respons sekunder spesifik yang
berlangsung lebih cepat dan lebih intensif dibandingkan dengan
respons imun primer.
MM PERAN ASI
TERHADAP SISTEM
IMUN
Learning Issues 4
AIR SUSU IBU & KEKEBALAN
TUBUH
 Air susu ibu selain sebagai sumber nutrisi dapat memberi perlindungan
kepada bayi melalui berbagai komponen zat kekebalan yang
dikandungnya.
 Dari berbagai penelitian dibuktikan bahwa ASI mengandung nutrisi
esensial yang cukup untuk bayi walaupun ibu dalam kondisi kurang gizi
sekalipun dan mampu mengatasi infeksi melalui komponen sel fagosit
(pemusnah) dan imunoglobulin (antibodi).
 Komponen ASI lain yang juga mempunyai efek perlindungan, antara
lain sitokin, laktoferin, lisozim dan musin.
SISTEM KEKEBALAN TUBUH
PADA ASI
 Air susu Ibu disebut sebagai darah putih karena mengandung sel-sel
yang penting dalam pemusnahan (fagosit) kuman dan merupakan
perlindungan pertama pada saluran cerna bayi.
 Di dalam ASI juga terdapat makrofag dan limfosit. Sama seperti sistim
imun pada umumnya, ASI juga memiliki sistim pertahanan (sistem
imun) tidak spesifik dan spesifik. 
PERTAHANAN TIDAK
SPESIFIK ASI
 Minggu Pertama Menyusui, Kolostrum dan ASI dini mengandung 1-3
juta sel darah putih (leukosit) per ml.
 Pada ASI Matur yaitu ASI setelah 2-3 bulan menyusui, jumlah sel ini
menurun menjadi 1000 sel per ml yang terdiri dari monosit/makrofag
(59-63%), sel neutrofil (18-23%), dan sel limfosit (7-13%).
 ASI juga mengandung faktor pelindung (protektif) yang larut dalam ASI
seperti enzim lisozim, laktoferin (sebagai pengikat zat besi), sitokin (zat
yang dihasilkan oleh sel kekebalan untuk mempengaruhi fungsi sel
lain), dan protein yang dapat mengikat vitamin B12, faktor bifidus,
enzim-enzim, dan antioksidan. 
SEL MAKROFAG
 Sel makrofag ASI merupakan sel fagosit (pemusnah bakteri) aktif

sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada saluran


cerna. 

 Selain sifat pemusnah, sel makrofag juga memproduksi enzim lisozim, zat

komplemen (komponen cairan tubuh yang berperan dalam perusakan


bakteri), laktoferin, sitokin, serta enzim lainnya.

 Makrofag pada ASI dapat mencegah infeksi saluran cerna melalui enzim

yang diproduksinya. 
SEL NEUTROFIL
 Neutrofil yang terdapat di dalam ASI mengandung sIgA yang dianggap

sebagai alat transpor IgA dari ibu ke bayi. 

  Peran neutrofil ASI lebih ditujukan pada pertahanan jaringan payudara

ibu agar tidak terjadi infeksi pada permulaan laktasi. 


LISOZIM
 Lisozim dapat menghancurkan dinding sel bakteri yang terdapat pada

selaput lendir saluran cerna.

 Kadar lisozim dalam ASI adalah 0,1 mg/ml yang bertahan sampai tahun

kedua menyusui, bahkan sampai penyapihan. Dibanding dengan susu


sapi, ASI mengandung 300 kali lebih banyak lisozim per satuan volume
yang sama.
KOMPLEMEN
 Komplemen adalah protein yang berfungsi sebagai penanda sehingga

bakteri yang ditempel oleh komplemen dapat dengan mudah dikenal


oleh sel pemusnah. Disamping itu, komplomen sendiri secara langsung
dapat menghancurkan bakteri.  
SITOKIN
 Sitokin meningkatkan jumlah antibodi IgA kelenjar ASI. Sitokin yang

berperan dalam sistim imun di dalam ASI adalah IL-l (interleukin-1)


yang berfungsi mengaktifkan sel limfosit T.
LAKTOFERIN
 Laktoferin bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri).

Efek ini dicapai dengan mengikat besi yang dibutuhkan untuk


pertumbuhan sebagian besar bakteri patogen (misalnya
Staphylococcus dan E. Coli). Kadar laktoferin dalam ASI adalah 1-6
mg/ml dan tertinggi pada kolostrum. 
PEROKSIDASE
 Peroksidase adalah enzim yang dapat menghancurkan kuman
patogen. Berbeda dengan susu sapi,  ASI tidak mengandung
laktoperoksidase yang dapat menyebabkan reaksi peradangan di
dinding usus bayi, kalaupun ada kadarnya kecil.  
FAKTOR PROTEKTIF LAIN
 ASI juga mengandung protein yang dapat mengikat vitamin B12
sehingga dapat mengontrol pertumbuhan mikroorganisme di dalam
saluran cerna. Makin banyak vitamin B12 yang diikat oleh protein
mengakibatkan makin sedikit vitamin B12 yang digunakan oleh bakteri
patogen.
 Air susu ibu juga mengandung glikoprotein (gabungan karbohidrat dan
protein), glikolipid (karbohidrat dan lemak), dan oligosakarida yang
berfungsi menyerupai bakteri pada permukaan mukosa saluran cerna
bayi, sehingga dapat menghambat perlekatan bakteri patogen.
FAKTOR PROTEKTIF LAIN
 Pada mukosa saluran cerna. Gabungan makronutrien ini juga berfungsi
mengikat racun kuman (toksin). 
 Di dalam ASI juga terdapat faktor ketahanan terhadap infeksi
stafilokokus (faktor antistafilokok) dan komponen yang menyerupai
gangliosida yang dapat menghambat bakteri E. Coli. 
PERTAHANAN SPESIFIK ASI
 Mekanisme pertahanan spesifik oleh ASI diperantarai oleh limfosit T

dan antibodi.
LIMFOSIT T
 Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat dalam ASI.

 Sel limfosit T ASI, merupakan subpopulasi T unik yang berfungsi untuk


memenuhi kebutuhan sistem imun lokal.
 Sel limfosit T dapat menghancurkan kapsul bakteri E. Coli dan
mentransfer kekebalan selular dari ibu ke bayi yang disusuinya. 
IMUNOGLOBULIN (ANTIBODI)
 Imunoglobulin dihasilkan oleh Sel limfosit B.  Sel limfosit B terutama
memproduksi sekretori IgA (sIgA) yang berfungsi melindungi IgA dari
enzim penghancur protein (tripsin, pepsin) di saluran cerna bayi dan
keasaman lambung.
 Imunoglobulin M (IgM) akan ditransfer pada awal kehidupan bayi
sebagai perlindungan terhadap E.coli dan polio, bila  ibu sudah pernah
terpajan sebelumnya. Imunoglobulin G IgG) dimiliki oleh bayi dari
transfer melalui plasenta. Imunoglobulin D hanya sedikit sekali
ditemukan dalam ASI, sedangkan IgE tidak ada. Kadar sIgA, IgG, dan
IgM, tidak dipengarui oleh usia ibu, jumlah anak yang pernah dilahirkan,
dan usia kehamilan.
IMUNOGLOBULIN (ANTIBODI)
 Imunoglobulin di dalam ASI tidak diserap oleh bayi tetapi berperan
memperkuat sistim imun lokal saluran cerna. Limfosit B pada saluran
cerna ibu diaktifkan oleh bakteri pada saluran cernanya, selanjutnya
limfosit aktif ini bermigrasi ke kelenjar payudara menjadi sel plasma dan
menghasilkan antibodi. Selain itu, beberapa kajian juga 
memperlihatkan kandungan antibodi terhadap jamur dan parasit pada
ASI.
IMUNOGLOBULIN (ANTIBODI)
 Air susu ibu juga dilaporkan dapat meningkatkan jumlah sIgA pada
saluran napas dan kelenjar ludah bayi usia 4 hari. Hal ini dibuktikan
dengan lebih rendahnya kejadian penyakit radang telinga tengah,
pneumonia, penyebaran bakteri ke bagian tubuh lainnya, meningitis
(radang selaput otak), dan infeksi saluran kemih pada bayi yang
mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat susu formula.
 Fakta ini lebih nyata pada 6 bulan pertama dan dapat terlihat sampai
tahun kedua. Demikian pula angka kematian bayi yang mendapat ASI
lebih rendah dibanding bayi yang mendapat susu formula. 
IGA SEKRETORI (SIGA)
 Imunoglobulin A banyak ditemukan pada permukaan saluran cerna dan
saluran napas. Dua molekul imunoglobulin A bergabung komponen
sekretori membentuk IgA sekretori (sIgA).  Fungsi utama sIgA adalah
mencegah melekatnya kuman patogen pada dinding saluran cerna dan
menghambat perkembangbiakan kuman di dalam saluran cerna. Begitu
pula terhadap protein makanan seperti susu sapi dan kedelai
(bergantung pada pajanan ibunya). Oleh karena itu, ASI dapat
mengurangi angka kesakitan infeksi saluran cerna dan saluran
pernapasan bagian atas. 
IGA SEKRETORI (SIGA)
 IgA sekretori di dalam ASI dilaporkan memiliki aktivitas antibodi
terhadap virus (polio, Rotavirus, echo, coxsackie, influenza,
Haemophilus influenzae, virus respiratori sinsisial/RSV), bakteri
(Streptococcus pneumoniae; E. coli, klebsiela, shigela, salmonela,
campylobacter), dan enterotoksin yang dikeluarkan oleh Vibrio
cholerae, E. coli serta Giardia lamblia.
KOLOSTRUM
 Kolostrum mengandung sIgA dengan kadar sampai 5000 mg/dL yang
cukup untuk melapisi permukaan saluran cerna bayi terhadap berbagai
bakteri patogen dan virus. Begitu pula dengan antibodi lainnya, paling
banyak terdapat dalam kolostrum. Selain itu, terdapat lebih dari 50
proses pendukung perkembangan imunitas termasuk faktor
pertumbuhan dan perbaikan jaringan.
  Perbedaan usia ibu mempunyai pengaruh terhadap kadar antibodi
yang terkandung dalam kolostrum. Ibu yang masih remaja,
kolostrumnya memiliki kadar IgA dan IgM sekretorik lebih banyak
dibanding ibu yang usianya lebih tua.
KOLOSTRUM
 Adanya kadar antibodi yang masih tinggi terhadap virus polio dalam
kolostrum perlu dipertimbangkan pada pemberian imunisasi polio per
oral. Pada keadaan ini sebaiknya ASI tidak diberikan 2 jam sebelum
dan sesudah pemberian vaksin polio per oral pertama, agar tidak terjadi
netralisasi vaksin polio oleh sIgA kolostrum. 
HUBUNGAN ASI DENGAN
KEJADIAN ALERGI
 Mukosa saluran cerna bayi menunjukkan kemampuan serap yang
tinggi terhadap molekul besar seperti protein utuh (misalnya protein
susu sapi). Pada bayi yang memiliki risiko tinggi alergi, maka masuknya
molekul besar ini menjadi proses pengenalan pertama dari alergen
(molekul penyebab reaksi alergi). Paparan molekul yang sama
selanjutnya akan menyebabkan timbulnya gejala penyakit alergi seperti
gejala saluran cerna, eksema dan asma.
HUBUNGAN ASI DENGAN
KEJADIAN ALERGI
 Pada beberapa penelitian memperlihatkan pemberian ASI eksklusif
selama 4-6 bulan berhubungan dengan rendahnya kejadian penyakit
alergi. Penelitian yang dilakukan di Australia pada 2187 anak selama 6
tahun menyimpulkan bahwa risiko terjadinya asma berkurang pada bayi
yang mendapat ASI eksklusif. Penelitian lain menunjukkan adanya
antibodi terhadap protein susu sapi pada bayi yang mengalami diare
akut. 
AIR SUSU IBU DAN
PENULARAN INFEKSI
 Beberapa penyakit virus ibu dapat ditularkan kepada bayi melalui ASI.
Walaupun virus dapat ditemukan dalam ASI, tetapi tidak selalu virus ini
ditularkan ke bayi. Risiko tinggi penularan melalui ASI adalah infeksi
akut saat lahir, yaitu saat antibodi untuk menetralisir virus masih sedikit
terbentuk. 
CYTOMEGALOVIRUS
 Virus sitomegalo (CMV) dapat ditemukan dalam ASI dan ditularkan ke

bayi. Dari data yang ada, CMV yang ada di dalam ASI tidak
menimbulkan efek yang membahayakan bayi. Antibodi terhadap CMV
dapat dipindahkan ke janin melalui plasenta.
VIRUS RUBELLA
 Virus rubella baik pada infeksi alamiah maupun pasca imunisasi pada

ibu, dapat ditularkan ke bayi melalui ASI tetapi tidak menimbulkan efek
yang membahayakan . 
VIRUS HERPES SIMPLEKS
 Virus herpes simpleks dapat ditularkankan kepada bayi melalui ASI dan

dapat menimbulkan penyakit, bahkan dapat mengenai seluruh tubuh.


Hal ini terjadi terutama bila luka herpes pada permukaan payudara. 
VIRUS HEPATITIS B
 Antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) dapat ditemukan pada ASI ibu

pengidap hepatitis B. Tetapi belum ada bukti kongkrit yang


membuktikan bahwa virus hepatitis B tersebut dapat ditularkan ke bayi
melalui ASI. Dilaporkan, lebih kurang 40% ASI dari ibu HBsAg positif
juga menunjukkan HBsAg positif.
VIRUS HEPATITIS B
 Walaupun demikian, penelitian tersebut tidak memperlihatkan
perbedaan bermakna dari frekuensi penularan infeksi virus hepatitis B
pada bayi yang mendapat ASI dengan bayi yang tidak mendapat ASI.
Penelitian menggunakan mikroskop elektron memperlihatkan hanya
partikel HbsAg yang terkandung di dalam ASI ibu dengan HBsAg positif
(tidak ada partikel Dane); hal ini menandakan bahwa ASI tidak
menularkan penyakit hepatitis B. 
HUMAN IMMUNODEFICIENCY
VIRUS
 Virus HIV dapat ditemukan dalam cairan ASI. Penularan makin tinggi

bila stadium infeksi ibu makin berat. Kemungkinan penularan sekitar


10-15% bergantung lamanya pemberian ASI. Oleh karena itu pada
pencegahan penularan HIV, salah satunya adalah dengan tidak
memberikan ASI. 
PENYIMPANAN ASI DAN
KUALITAS KANDUNGAN
SIFAT KEKEBALAN
 Penyimpanan ASI yang diperah memiliki risiko menurunnya kadar

kandungan kekebalan. Penyimpanan dengan memakai bahan dari


gelas merupakan pilihan ideal karena sifat gelas yang inert akan
membuat komponen imunoglobulin dan komponen lain tidak akan
menempel pada dinding wadah penyimpan.
MM FAKTOR YANG
BERPENGARUH PADA
SISTEM IMUN
Learning Issues 5
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SISTEM IMUN
a. Genetik (keturunan)
Seseorang yang memiliki riwayat penyakit menurun seperti
diebetes mellitus akan beresiko menderita penyakit tersebut dalam
hidupnya.
b. Fisiologis
Fungsi Organ yang terganggu akan mempengaruhi kerja organ
yang lain seperti berat badan yang berlebihan akan menyebabkan
sirkulasi darah kurang lancar sehingga dapat meningkatkan
kerentanan terhadap penyakit.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SISTEM IMUN
c. Tidur
Kadar sitokinin yang sistem kerjanya sangat dipengaruhi oleh pola
tidur seseorang ketika kadar hormone ini berubah-ubah dapat
mempengaruhi imunitas selular sehingga kekebalan tubuh akan
melemah.
d. Penggunaan Obat – obatan
Konsumsi obat antibiotik yang berlebihan akan menyebabkan
bakteri menjadi lebih resistan, sehingga ketika bakteri menyerang lagi
maka sistem kekebalan tubuh akan gagal melawannya.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SISTEM IMUN
e. Usia
Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin menurun pula
aktifitas dari sel – sel imunnya. Saat beranjak tua, sel imun termasuk
kemampuan produksi protein untuk melawan infeksi virus pun bakal
menurun
f. Stress
Stress yang gagal dikelola akan mempengaruhi pola makan, siklus
tidur, susanan hati yang tentunya dapat mempengaruhi sistem imun.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SISTEM IMUN
g. Nutrisi Makanan
Sangat dianjurkan untuk memasukkan buah dan sayuran dalam
diet sehari – hari. Hal ini dikarenakan Vitamin C, A, E, B6 dan B12
serta mineral seperti zat besi dan seng yang bisa ditemukan di buah
dan sayuran ini sangat penting untuk memelihara fungsi kekebalan.
h. Lingkungan
Penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan memainkan peran
dalam pengembangan komponen sistem imun. Lingkungan yang baik
dan bersih tentunya juga akan sangat berpengaruh terhadap sistem
kekebalan tubuh.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SISTEM IMUN
i. Olahraga
Olahraga tentunya sangat berpengaruh terhadap kekebalan tubuh.
Biasanya seseorang hanya memiliki sejumlah kecil sel kekebalan yang
beredar di seluruh tubuh. Sel-sel itu lebih suka berkumpul di jaringan
dan organ limfoid, seperti limfa, yaitu tempat tubuh membunuh virus,
bakteri, dan mikroorganisme lain yang menyebabkan penyakit. Oleh
karena olahraga meningkatkan aliran darah dan getah bening saat otot
berkontraksi, olahraga juga kemudian akan meningkatkan sirkulasi sel
kekebalan. Sehingga membuat sel kekebalan menjelajah tubuh
dengan kecepatan yang lebih tinggi dan jumlah yang lebih tinggi. 
MM IMUNISASI PADA
ANAK-DEWASA

Learning Issues 6
MM PENGENALAN DAN
CARA KERJA SISTEM
IMUN
Learning Issues 7
MM PROGRAM GERMAS
TERHADAP IMUNISASI

Learning Issues 8

Anda mungkin juga menyukai