Anda di halaman 1dari 23

Nama kelompok 4:

HANISA
RINDIANI SAPITRI
ISRO HAYATI
YOSI ARPIKA SARI
FITRIANI
LILI NURHAYATI
YULIA NURSALINDA
Definisi
 Ulkus dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai
jaringan di bawah kulit, bahkan menembus otot sampai
mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area
secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan
sirkulasi darah setempat
 Suatu area kerusakan kulit, otot dan jaringan dibawahnya yang
terlokalisir akibat peregangan, gesekan dan penekanan yang
terus menerus
ETIOLOGI
 Tekanan yang cukup kuat dalam jangka waktu lebih pendek
atau dengan tekanan yang rendah dalam jangka waktu yang
lebih lama  mengganggu jalannya aliran darah ke kapiler 
Kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan juga terganggu
 Tekanan > tekanan arteri yang menyebabkan gangguan aliran
darah iskemia  kerusakan jaringan.
 Menurut Bouten, ulkus dekubitus disebabkan oleh 3 teori:
 Teori pertama  tekanan yang terus menerus pada jaringan
tertentu  kerusakan pada jaringan e.c terhambatnya alirah darah
ke kapiler yang akhirnya jaringan menjadi hipoksia.
 Teori kedua  ulkus dekubitus dapat disebabkan karena tegangan
geser.Gesekan ini mengakibatkan keadaan yang lebih parah dan
secara signifikan mempercepat timbulnya ulkus dekubitus.
 Teori yang terakhir ditujukan pada interstitium diantara sel dan
kapiler terminal.
Lokasi dan Persentase Ulkus Dekubitus
EPIDEMIOLOGI
 Epidemiologi ulkus decubitus bervariasi di beberapa tempat
 insiden berkisar antara 0,4% - 38% di unit perawatan akut
 2,2 % - 23,9% di unit long term care (perawatan) jangka panjang
 0% - 7% di home care (perawatan di rumah)
 Prevalensi ulkus dekubitus di Indonesia dilaporkan dari RS Dr.
Sardjito Yogyakarta sebesar 40 % (Purwaningsih,2001).
 Di RS Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Oktober 2002 ditemukan
kejadian ulkus dekubitus sebesar 38,18% (Setyati,2002).
 Laporan mutu dari RS Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
pada tahun 2009 menunjukkan rata – rata angka kejadian ulkus
dekubitus periode November – Desember 2009 di Unit Bedah pada
tiga ruangan yaitu Mawar 0,5, Kutilang 12,8% dan Gelatik 0,45%.
FAKTOR RESIKO

Mobilitas

Nutrisi Intrinsik Komorbid

Usia
 Ekstrinsik
 Penekanan dari permukaan yang keras
 (tempat tidur, kursi roda, tandu)
 Gesekan karena ketidakmampuan pasien bergerak di
tempat tidur
 Pergeseran karena pergerakan otot
 Kelembapan
 Inkontinensia urin atau alvi
 Keringat berlebihan
 Aliran udara pada luka
PATOFISIOLOGI
Tipe Ulkus Dekubitus
Tipe Manifestasi Klinis Perkiraan
Lama
Perawata
n
Normal Beda temperatur dengan kulit 6 Minggu
sekitarnya hingga dibawah lebih
kurang 2,5ºC
Arterioske Selain faktor tekanan, terdapat 16 Minggu
loris gangguan aliran darah akibat
arteriosklerosis. Beda temperatur
dengan kulit sekitarnya < 1ºC
Terminal Terjadinya pada pasien yang akan Tidak
Stadium Ulkus Dekubitus
Tatalaksana

 Non Medikamentosa
 Diet tinggi kalori tinggi protein
 Rehabilitasi Medik
 Medikamentosa
 Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya
 Mengangkat jaringan nekrotik.
 Menurunkan dan mengatasi infeksi.
 Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi.
 Tindakan bedah
LAPORAN KASUS
 Nama : M. I.
 Umur : 25 Tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Jl. Dharmawangsa Rambipuji Jember
 No. Telepon : 081235129046
 Agama : Islam
 Suku : Madura
 Pendidikan : SD
 Pekerjaan : Tidak bekerja
 Status Pembiayaan : Jamsostek
 No. RM : 45.19.20
 Tanggal pemeriksaan : 15 Juni 2015
 Keluhan Utama :
Luka di daerah pantat
 RPS:
Pasien mengeluhkan luka di daerah pantat sejak sekitar 3 minggu
yang lalu. Pasien mengaku sekitar 3 minggu yang lalu pasien baru
mengetahui bahwa ada luka di daerah pantatnya. Sebelumnya pasien
tidak menyadari ada luka di daerah pantatnya. Pada saat awal luka
berupa lubang kecil dengan luka kemerahan disekitarnya. Pada
awalnya luka berukuran kecil namun semakin lama semakin
membesar. Kemudian pasien juga tidak merasakan nyeri pada daerah
luka. Pasien mengaku sejak 2 tahun yang lalu tidak bisa berjalan atau
duduk sendiri karena sebelumnya pasien mengalami kecelakaan dan
menjadi lumpuh hingga sekarang. Pasien mengatakan sehari-hari
lebih banyak berbaring dan tidak begitu sering berpindah-pindah
posisi karena tidak bisa melakukannya sendiri. Pasien juga
mengatakan sehari-hari pasien mengenakan pampers karena
semenjak lumpuh pasien tidak bisa menahan BAK maupun BAB.
 Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Trauma Tulang Belakang 2 tahun yang lalu, Hipertensi -, DM -,


asma -, alergi -

 Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti penderita

 Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah anak terakhir dari 3 bersaudara. Ayah bekerja sebagai


petani dan ibu penderita tidak bekerja. Pasien juga tidak bekerja,

Kesan : Sosial ekonomi kurang

 Riwayat Pengobatan

Keluarga menggunakan rivanol dan betadine 2x/sehari untuk


merawat luka.
ANAMNESIS SISTEM
 Sistem serebrospinal : pusing (-), demam (-)
 Sistem kardiovaskular: palpitasi (-), nyeri dada (-)
 Sistem pernapasan : sesak (-), batuk (-),
 Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-),
inkontinensia alvi (+)
 Sistem urogenital : Penis : glans penis (+), sulcus
coronaria (+), lesi (-), eritema (-), chordae (-),
orificium discharge (-)
 Sistem integumentum : ulkus (+) pada reg. glutteus
 Sistem muskuloskeletal : edema (-) pada keempat,
paraparese inf. ekstremitas, atrofi (+)
PEMERIKSAAN UMUM
 Keadaan Umum : cukup
 Kesadaran : compos mentis
 Vital Sign : TD : 110/80 mmHg
 Nadi : 88 x/menit
 RR : 20 x/menit
 suhu : 36,6 oC
 Pernapasan : sesak (-), batuk (-), pusing (-)
 Kulit : turgor kulit normal, sianosis (-), ikterik (-),
ulkus (+) reg. glutteus
 Kelenjar limfe : pembesaran KGB (-), pembesaran
tiroid (-)
 Otot : atrofi (+) ext inf.
 Tulang: tidak ada deformitas
PEMERIKSAAN
KHUSUS
Kepala
 Bentuk : bulat-lonjong, simetris
 Rambut : hitam, lurus
 Mata : konjungtiva anemis : -/-
sklera ikterus : -/-
eksoftalmus : -/-
refleks cahaya : +/+
isokor, diameter 3/3 mm
 Hidung : sekret (-), bau (-), pernapasan cuping
hidung (-)
 Telinga : sekret (-), bau (-), perdarahan (-)
 Mulut : sianosis (-), bau (-),
Leher
 KGB : tidak ada pembesaran
 Tiroid : tidak ada pembesaran
 JVP : tidak meningkat
Thorax
1. Cor :
 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : redup di ICS IV MCL D s/d ICS V MCL S
 Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, e/g/m: -/-/-
 Pulmo :
 Inspeksi : Simetris, Retraksi -/-, gerak tertinggal -/-
 Palpasi : Fremitus raba +/+ normal, deviasi trakea (-), nyeri tekan -/-
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen
 Inspeksi : flat
 Auskultasi : bising usus (+) normal
 Perkusi : tympani
 Palpasi : soepel, nyeri tekan abdomen (-), hepatomegali (-)
splenomegali (-)
Ekstremitas
 Superior : akral hangat +/+, edema -/-
 Inferior : akral hangat +/+, edema -/-

Status R. Glutteus
 L: ulkus (+) Ø 2-3cm mengenai dermis dan Ø 5-6cm menembus fascia
bentuk elips, darah (-), nekrosis (-), pus (+)
 F: nyeri (-), paraesthesia (+)
 M: paraplegia ext inf (+)
 ASSESMENT
Ulkus Dekubitus + Paraplegia Ext Sup. e.c Spinal Cord
Injury
 PLANNING
Terapi :
Pro debridement,
TE RI MA KA SIH

Anda mungkin juga menyukai