R Dengan Tuberkulosis
Diruang IGD RSUD Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya
Di susun Oleh :
Kelompok 3
Muhammad Zaini
Serda Ervana
Silvia Lestari
Yeni Yuli Astuti
KONSEP DASAR
PENYAKIT
1.1 Pengertian
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam)
positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. TB dengan BTA negatif juga masih
memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang
kecil (Kemenkes RI, 2018).
Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC merupakan penyakit
menular yang menyebabkan masalah kesehatan terbesar kedua di dunia setelah HIV.
Penyakit ini disebabkan oleh basil dari bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis
sendiri dapat menyerang bagian tubuh manapun, tetapi yang tersering dan paling umum
adalah infeksi tuberkulosis pada paru-paru (Mutttaqin,2019).
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yang dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.(Price &
Wilson, 2019)
1.2 Etiologi
Tuberculosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kuman
ini dapat menyerang semua bagian tubuh manusia, dan yang paling sering
terkena adalah organ paru (Abd. Wahid, 2018). Satu satunya yang diketahui
menyebabkan tuberkulosis adalah infeksi mycobacterium tuberculosis, dan
ini dapat terjadi dengan menghirup droplet yang ditularkan di udara yang
mengandung nukleus organisme atau menghirup nukleus kering yang di
pindahkan melalui aliran udara. Ini dapat terjadi di tempat belanja ketika
penjamu berjalan melewati anda dan batuk atau bersin. Berbicara, tertawa,
atau menyanyi dapat mengeluarkan droplet yang terinfeksi ke udara. Tidak
setiap orang akan terkena Tb, karena organisme nukleus harus sampai ke
bagian jalan napas yang berlebih untuk dapat tersangkut di dalam alveoli
tempaat nukleus tersebut berkembang biak (Hurst, 2019).
1.3 Tanda dan gejala
1. Gejala respiratorik
• Batuk Darah
2. Gejala sistemik
• Demam
• Anoreksia
• penurunan berat badan
• Malaise
Pathway
1.5 Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2018), komplikasi yang muncul pada TB paru yaitu :
1.Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : Kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
2.Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) di paru.
3.Penyebaran infeksi keorgan lainnya seperti otak,tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
4.Insufisiensi kardiopulmonal (Chardio Pulmonary Insufficiency).
5.Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas.
6.Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
7.Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif ) pada paru.
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kemenkes (2019) pemeriksaan pada penderita TB
paru yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
2. Pemeriksaan dahak
3. Pemeriksaan biakan
4. Pemeriksaan Radiologi
1.1.8 Penatalaksanaan
Pengobatan TB paru menurut Kemenkes RI (2014):
1.Tujuan pengobatan
Pengobatan TB paru untuk menyembuhkan pasien, mencegah kekambuhan, mencegah kematian, memutuskan rantai
penularan serta mencegah resistensi mycobacterium tuberculosis terhadap OAT.
2.Prinsip pengobatan
Pengobatan yang dilakukan harus memenuhi prinsip sebagai berikut: OAT yang diberikan mengandung minimal 4
macam obat untuk mencegah resistensi, diberikan dalam dosis yang tepat, obat ditelan secara teratur dan diawasi oleh
PMO sampai selesai.
3. Tahapan pengobatan
• Pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan.
• Tahap awal
• Pada tahap awal, penderita mendapatkan obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung guna mencegah terjadinya
resisten obat.
• Tahap lanjutan
• Pada tahap lanjutan, penderita mendapatkan jenis obat yang lebih sedikit tetapi dalam jangka waktu lebih lama.
Penatalaksanaan Non Farmakologi
• Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada terdiri atas drainase postural,perkusi,dan vibrasi dada. Tujuannya
yaitu untuk memudahkan dalam pembuangan sekresi bronkhial, memperbaiki fungsi
ventilasi, dan meningkatkan efisiensi dari otot-otot sistem pernafasan agar berfungsi
secara normal
• Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif yaitu tindakan yang dilakukan agar mudah membuang sekresi
dengan metode batuk efektif sehingga dapat mempertahankan jalan nafas yang paten
• Penghisapan Lendir
Penghisapan lendir atau suction merupakan tindakan yang dilakukan untuk
mengeluarkan sekret yang tertahan pada jalan nafas. Penghisapan lendir bertujuan untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten.
Manajemen
Keperawatan
2.1 Pengkajian
1.Anamnesis
• Identitas Diri Pasien
Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain-lain
• Keluhan Utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru meminta pertolongan pada tenaga
medis dibagi menjadi 4 keluhan, yaitu :
Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan, apakah betuk bersifat
produktif/nonproduktif, sputum bercampur darah
Batuk Berdahak
Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berupa garis atau bercak-
bercak darah
Sesak Nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal
menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks, anemia, dll.
Nyeri Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural terkena TB
• Keluhan Sistematis
• Demam
Keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore hari atau pada malam hari mirip
dengan influenza.
• Keluhan Sistematis Lain
Keluhan yang timbul antara lain : keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan dan
malaise
• Riwayat Kesehatan
• Riwayat Kesehatan Sekarang :
• Keadaan pernapasan (napas pendek).
• Nyeri dada.
• Batuk, dan
• Sputum.
• Kesehatan Dahulu :
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera dan pembedahan
• Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan TB
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum dan tanda – tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh
secara signifikan, frekuensi napas meningkat disertai sesak napas, denyut nadi meningkat seirama
dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan tekanan darah biasanya sesuai
dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.
• Breathing
Inspeksi :
• Bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan TB Paru biasanya terlihat kurus sehingga
pada bentuk dada terlihat adanya penurunan proporsi anterior-posterior bading proporsi
diameter lateral
• Batuk dan sputum
• Batuk produktif disertai adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulen
• Palpasi :
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB Paru tanpa
komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal
dan seimbang bagian kiri dan kanan. Adanya penurunan gerakan dinding
pernapasan biasanya ditemukan pada klien TB Paru dengan kerusakan
parenkim paru yang luas.
• Perkusi :
Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan
atau sonor pada seluruh lapang paru. pada klien dengan komplikasi efusi
pleura didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai
dengan akumulasi cairan
• Aukultasi :
Pada klien TB Paru bunyi napas tambahan ronki pada sisi yang sakit
2.Brain
Kesadaran biasanya komposmentis, ditemukan adanya sianosis perifer apabila gangguan
perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif, klien tampak wajah meringis, menangis, merintih.
Pada saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan konjungtiva anemis pada TB
Paru yang hemaptu, dan ikterik pada pasien TB Paru dengan gangguan fungsi hati.
3.Bledder
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan. Memonitor adanya
oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal syok.
4.Bowel
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan
5.Bone
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB Paru. gejala yang muncul antara lain
kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap.
• Pemeriksaan Fisik Head To Toe
• Kepala
Kaji keadaan Kulit kepala bersih/tidak, ada
benjolan/tidak, simetris/tidak.
• Rambut
Kaji pertumbuhan rata/tidak, rontok, warna rambut.
• wajah
Kaji warna kulit, struktur wajah simetris/tidak.
• Sistem Penglihatan
Kaji kesimetrisan mata, conjungtiva anemia/tidak,
sclera ikterik/tidak
• Wicara dan THT
2.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut Nuratif dan Kusuma (2019) bahwa diagnosa keperawatan yang
lazim timbul pada klien dengan tuberculosis paru (TB Paru) adalah :
1.Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. sekresi yang berlebihan.
2.Gangguan pertukaran gas b.d. kongesti paru, gipertensi pulmonal.
3.Defisit nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. penurunan nafsu
makan.
4.Hipertermia b.d. reaksi inflamasi.
5.Resiko infeksi b.d. pemajanan penularan kontak (langsung, tidak
langsung, kontak dengan droplet).
(Nuarif Kusuma, 2019)
2.3 Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan kean bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang berlebihan (SDKI;D.0001.Hal,
18)
DX Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
NO Hasil
1. (SLKI;L.01001.Hal, 18) (SIKI;I.01011.Hal, 187) 1. Menjalin hubungan saling percaya antara perawat
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi warna, kekentalan dan dengan pasien, dapat memudahkan perawat dalam
keperawatan selama 1x4 jumlah sputum. melakukan wawancara dengan pasien.
jam diharapkan jalan napas 2. Atur posisi semi fowler. 2. Karakteristik sputum dapat menunjukkan berat
dapat kembaliefektif. 3. Ajarkan cara batuk efektif. ringannya obstruksi.
Kriteria hasil : 4. Pertahankan intake cairan sedikitnya 3. Dapat meningkatkan ekspansi dada.
1. Klien dapat 2500 ml/hari kecuali tidak 4. Batuk yang terkontrol dan efektif dapat
menjelaskan kembali diindikasikan. memudahkan pengeluaran dari sekret yang
tentang batuk efektif. 5. Lakukan fisioterapi dada dengan melekat dijalan napas.
2. Tidak ada suara napas teknik postural drainase, perkusi, 5. Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan
tambahan. dan fibrasi dada. sekret dan mengefektifkan bersihan jalan napas.
3. Tidak ada ronkhi (-). 6. Kolaborasi pemberian obat : 6. Postural drainase dengan perkusi dan fibrasi
4. Pernapasan kembali bronkodilator, nebulizer (via menggunakan bantuan gaya gravitasi untuk
normal (16- 20x/menit). inhalasi) dengan golongan membantu menaikkan sekresi sehingga dapat
5. Tidak ada penggunaan terbutaline 0,25 mg, fenoterol HBr dikeluarkan atau dihisap dengan mudah.
retraksi otot bantu 0,1% solution, orciprenaline sulfur 7. Pemberian bronkodilator via inhalasi langsung
napas. 0,75 mg. menuju area bronkus yang mengalami spasme
sehingga lebih cepat berdilatasi.
Diagnosa keperawatan Gangguan pertukaran gas b.d. kongesti paru, hipertensi pulmonal
(SDKI;D.0003.Hal, 22)