Anda di halaman 1dari 42

Asuhan Keperawatan Pada Tn.

R Dengan Tuberkulosis
Diruang IGD RSUD Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya
Di susun Oleh :
Kelompok 3
Muhammad Zaini
Serda Ervana
Silvia Lestari
Yeni Yuli Astuti
KONSEP DASAR
PENYAKIT
1.1 Pengertian
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam)
positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. TB dengan BTA negatif juga masih
memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang
kecil (Kemenkes RI, 2018).
Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC merupakan penyakit
menular yang menyebabkan masalah kesehatan terbesar kedua di dunia setelah HIV.
Penyakit ini disebabkan oleh basil dari bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis
sendiri dapat menyerang bagian tubuh manapun, tetapi yang tersering dan paling umum
adalah infeksi tuberkulosis pada paru-paru (Mutttaqin,2019).
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yang dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.(Price &
Wilson, 2019)
1.2 Etiologi
Tuberculosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kuman
ini dapat menyerang semua bagian tubuh manusia, dan yang paling sering
terkena adalah organ paru (Abd. Wahid, 2018). Satu satunya yang diketahui
menyebabkan tuberkulosis adalah infeksi mycobacterium tuberculosis, dan
ini dapat terjadi dengan menghirup droplet yang ditularkan di udara yang
mengandung nukleus organisme atau menghirup nukleus kering yang di
pindahkan melalui aliran udara. Ini dapat terjadi di tempat belanja ketika
penjamu berjalan melewati anda dan batuk atau bersin. Berbicara, tertawa,
atau menyanyi dapat mengeluarkan droplet yang terinfeksi ke udara. Tidak
setiap orang akan terkena Tb, karena organisme nukleus harus sampai ke
bagian jalan napas yang berlebih untuk dapat tersangkut di dalam alveoli
tempaat nukleus tersebut berkembang biak (Hurst, 2019).
1.3 Tanda dan gejala
1. Gejala respiratorik
• Batuk Darah
2. Gejala sistemik
• Demam
• Anoreksia
• penurunan berat badan
• Malaise
Pathway
1.5 Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2018), komplikasi yang muncul pada TB paru yaitu :
1.Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : Kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
2.Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) di paru.
3.Penyebaran infeksi keorgan lainnya seperti otak,tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
4.Insufisiensi kardiopulmonal (Chardio Pulmonary Insufficiency).
5.Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas.
6.Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
7.Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif ) pada paru.
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kemenkes (2019) pemeriksaan pada penderita TB
paru yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
2. Pemeriksaan dahak
3. Pemeriksaan biakan
4. Pemeriksaan Radiologi
1.1.8 Penatalaksanaan
Pengobatan TB paru menurut Kemenkes RI (2014):
1.Tujuan pengobatan
Pengobatan TB paru untuk menyembuhkan pasien, mencegah kekambuhan, mencegah kematian, memutuskan rantai
penularan serta mencegah resistensi mycobacterium tuberculosis terhadap OAT.
2.Prinsip pengobatan
Pengobatan yang dilakukan harus memenuhi prinsip sebagai berikut: OAT yang diberikan mengandung minimal 4
macam obat untuk mencegah resistensi, diberikan dalam dosis yang tepat, obat ditelan secara teratur dan diawasi oleh
PMO sampai selesai.
3. Tahapan pengobatan
• Pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan.
• Tahap awal
• Pada tahap awal, penderita mendapatkan obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung guna mencegah terjadinya
resisten obat.
• Tahap lanjutan
• Pada tahap lanjutan, penderita mendapatkan jenis obat yang lebih sedikit tetapi dalam jangka waktu lebih lama.
Penatalaksanaan Non Farmakologi
• Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada terdiri atas drainase postural,perkusi,dan vibrasi dada. Tujuannya
yaitu untuk memudahkan dalam pembuangan sekresi bronkhial, memperbaiki fungsi
ventilasi, dan meningkatkan efisiensi dari otot-otot sistem pernafasan agar berfungsi
secara normal
• Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif yaitu tindakan yang dilakukan agar mudah membuang sekresi
dengan metode batuk efektif sehingga dapat mempertahankan jalan nafas yang paten
• Penghisapan Lendir
Penghisapan lendir atau suction merupakan tindakan yang dilakukan untuk
mengeluarkan sekret yang tertahan pada jalan nafas. Penghisapan lendir bertujuan untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten.
Manajemen
Keperawatan
2.1 Pengkajian
1.Anamnesis
• Identitas Diri Pasien
Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain-lain
• Keluhan Utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru meminta pertolongan pada tenaga
medis dibagi menjadi 4 keluhan, yaitu :
Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan, apakah betuk bersifat
produktif/nonproduktif, sputum bercampur darah
Batuk Berdahak
Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berupa garis atau bercak-
bercak darah
Sesak Nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal
menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks, anemia, dll.
Nyeri Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural terkena TB
• Keluhan Sistematis
• Demam
Keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore hari atau pada malam hari mirip
dengan influenza.
• Keluhan Sistematis Lain
Keluhan yang timbul antara lain : keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan dan
malaise

• Riwayat Kesehatan
• Riwayat Kesehatan Sekarang :
• Keadaan pernapasan (napas pendek).
• Nyeri dada.
• Batuk, dan
• Sputum.
• Kesehatan Dahulu :
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera dan pembedahan
• Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan TB

Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum dan tanda – tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh
secara signifikan, frekuensi napas meningkat disertai sesak napas, denyut nadi meningkat seirama
dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan tekanan darah biasanya sesuai
dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.
• Breathing
Inspeksi :
• Bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan TB Paru biasanya terlihat kurus sehingga
pada bentuk dada terlihat adanya penurunan proporsi anterior-posterior bading proporsi
diameter lateral
• Batuk dan sputum
• Batuk produktif disertai adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulen
• Palpasi :
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB Paru tanpa
komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal
dan seimbang bagian kiri dan kanan. Adanya penurunan gerakan dinding
pernapasan biasanya ditemukan pada klien TB Paru dengan kerusakan
parenkim paru yang luas.
• Perkusi :
Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan
atau sonor pada seluruh lapang paru. pada klien dengan komplikasi efusi
pleura didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai
dengan akumulasi cairan
• Aukultasi :
Pada klien TB Paru bunyi napas tambahan ronki pada sisi yang sakit
2.Brain
Kesadaran biasanya komposmentis, ditemukan adanya sianosis perifer apabila gangguan
perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif, klien tampak wajah meringis, menangis, merintih.
Pada saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan konjungtiva anemis pada TB
Paru yang hemaptu, dan ikterik pada pasien TB Paru dengan gangguan fungsi hati.
3.Bledder
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan. Memonitor adanya
oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal syok.
4.Bowel
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan
5.Bone
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB Paru. gejala yang muncul antara lain
kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap.
• Pemeriksaan Fisik Head To Toe
• Kepala
Kaji keadaan Kulit kepala bersih/tidak, ada
benjolan/tidak, simetris/tidak.
• Rambut
Kaji pertumbuhan rata/tidak, rontok, warna rambut.
• wajah
Kaji warna kulit, struktur wajah simetris/tidak.
• Sistem Penglihatan
Kaji kesimetrisan mata, conjungtiva anemia/tidak,
sclera ikterik/tidak
• Wicara dan THT
2.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut Nuratif dan Kusuma (2019) bahwa diagnosa keperawatan yang
lazim timbul pada klien dengan tuberculosis paru (TB Paru) adalah :
1.Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. sekresi yang berlebihan.
2.Gangguan pertukaran gas b.d. kongesti paru, gipertensi pulmonal.
3.Defisit nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. penurunan nafsu
makan.
4.Hipertermia b.d. reaksi inflamasi.
5.Resiko infeksi b.d. pemajanan penularan kontak (langsung, tidak
langsung, kontak dengan droplet).
(Nuarif Kusuma, 2019)
2.3 Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan kean bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang berlebihan (SDKI;D.0001.Hal,
18)
DX Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
NO Hasil

1. (SLKI;L.01001.Hal, 18) (SIKI;I.01011.Hal, 187) 1. Menjalin hubungan saling percaya antara perawat
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi warna, kekentalan dan dengan pasien, dapat memudahkan perawat dalam
keperawatan selama 1x4 jumlah sputum. melakukan wawancara dengan pasien.
jam diharapkan jalan napas 2. Atur posisi semi fowler. 2. Karakteristik sputum dapat menunjukkan berat
dapat kembaliefektif. 3. Ajarkan cara batuk efektif. ringannya obstruksi.
Kriteria hasil : 4. Pertahankan intake cairan sedikitnya 3. Dapat meningkatkan ekspansi dada.
1. Klien dapat 2500 ml/hari kecuali tidak 4. Batuk yang terkontrol dan efektif dapat
menjelaskan kembali diindikasikan. memudahkan pengeluaran dari sekret yang
tentang batuk efektif. 5. Lakukan fisioterapi dada dengan melekat dijalan napas.
2. Tidak ada suara napas teknik postural drainase, perkusi, 5. Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan
tambahan. dan fibrasi dada. sekret dan mengefektifkan bersihan jalan napas.
3. Tidak ada ronkhi (-). 6. Kolaborasi pemberian obat : 6. Postural drainase dengan perkusi dan fibrasi
4. Pernapasan kembali bronkodilator, nebulizer (via menggunakan bantuan gaya gravitasi untuk
normal (16- 20x/menit). inhalasi) dengan golongan membantu menaikkan sekresi sehingga dapat
5. Tidak ada penggunaan terbutaline 0,25 mg, fenoterol HBr dikeluarkan atau dihisap dengan mudah.
retraksi otot bantu 0,1% solution, orciprenaline sulfur 7. Pemberian bronkodilator via inhalasi langsung
napas. 0,75 mg. menuju area bronkus yang mengalami spasme
sehingga lebih cepat berdilatasi.
Diagnosa keperawatan Gangguan pertukaran gas b.d. kongesti paru, hipertensi pulmonal
(SDKI;D.0003.Hal, 22)

DX Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


NO Hasil
2. (SLKI;L.01002.Hal, 94) (SIKI;I.01014.Hal, 247) 1. Mengetahui tindakan yang akan
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola pernafasan klien monitor dilakukan selanjutnya.
keperawatan selama 1x4 jam TTV. 2. Memaksimalkan ventilasi.
diharapkan klien dapat batuk efektif 2. Posisikan klien untuk
3. Mengoptimalkan pernafasan.
dan suara nafas kembali efektif memaksimalkan ventilasi.
Kriteria hasil : 3. Keluarkan batuk atau suction. 4. Melakukan tindakan selanjutnya.
1. Mendemonstrasik an 4. Auskultasi suara nafas, catat 5. Mengoptimalkan jalan nafas.
peningkatan ventilasi dan adanya suara nafas. 6. Mengetahui adanya keabnormalan pada
oksigenasi yang adekuat. 5. Monitor respirasi dan status O2. pernafasan untuk mengoptimalkan
2. Memelihara kebersihan paru- 6. Catat pergerakan dada, amati tindakan.
paru dan bebas dari tanda-tanda kesimetrisan, penggunaan retraksi 7. Mengoptimalkan pengobatan yang
distress pernafasan. otot bantu pernafasan.
diberikan.
3. Tanda-tanda vital dalam rentang 7. Kolaborasi pemberian obat.
normal.
4. spO2 dalam batas normal.
5. Tidak ada penggunaan retraksi
otot bantu napas.
Diagnosa keperawatan Defisit nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. penurunan nafsu makan
(SDKI;D.0019.Hal, 56)
DX Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
NO Hasil
3. (SLKI;L.03030.Hal, 121) (SIKI;I.03119.Hal, 200) 1. Memvalidasi dan menetapkan derajat
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi status nutrisi pasien, turgor masalah untuk menetapkan pilihan intervensi
keperawatan selama 1x4 jam kulit, berat badan, derajat penurunan yang kuat.
diharapkan intake nutrisi dapat berat badan, intregitas mukosa oral, 2. Memperhitungkan keinginan individu dapat
terpenuhi. kemampuan menelan, mual muntah dan memperbaiki intak gizi.
Kriteria hasil : diare. 3. Berguna dalam mengukur kefektifan intake
1. Klien dapat 2. Fasilitas pasien untuk memperoleh diet gizi dan dukungan cairan.
mempertahankan biasa yang disukai klien (sesuai 4. Menurunkan rasa tak enak karena sisan
statusgizinya yang semula indikasi). makanan, sisa sputum atau obat pada
kurang jadi adekuat. 3. Pantau intake dan output, timbang berat pengobatan system pernapasan yang dapat
2. Klien mampu memakan badan secara periodic (sekali merangsang pusat muntah.
3. makanan dalam porsi seminggu). 5. Memaksimalkan intake nutrisi
sedikit tapi sering. 4. Lakukan dan anjurkan perawatan tanpakelelahan dan energy besar serta
4. BB klien dalam batas oralhygiene sebelum dan sesudah menurunkan iritasi saluran cerna.
normal. makan serta sebelum dan sesudah 6. Merencanakan diet dengan kandungan gizi
5. BUN, Protein, serum, dan intervensi atau pemeriksaan per oral. yang cukup untuk memenuhi peningkatan
albumin klien dalam batas 5. Fasilitas diet TKTP, berikan dalam kebutuhan energy dan kalori sehubungan
normal. porsi kecil tapi sering. 6. Kolaborasi dengan status hipermatabolik pasien.
dengan ahli gizi untuk menetapkan
jenis diet yang tepat.
Diagnosa keperawatan Hipertermia b.d. reaksi inflamasi. (SDKI;D.0130.Hal, 284)
NO Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil

4. (SLKI;L.14134.Hal, 129) (SIKI;I.14578.Hal, 388) 1. Menjadi data dasar dalam melakukan


Setelah dilakukan tindakan 1)Monitor suhu sesering mungkin. intervensi selanjutnya.
keperawatan selama 1x4 jam 2)Memberikan antipiretik dan 2. Digunakan untuk menurunkan demam
diharapkan reaksi berikan pengobatan untuk membantu perencanaanintervensi
inflamasi pasien dapat mengatasi demam. selanjutnya.
kembali normal. 3)Beri dan anjurkan banyak minum. 3. Air merupakan pengatur suhu tubuh,
Kriteria hasil : 4)Kaji pola pernafasan klien setiap kenaikan suhu tubuh kebutuhan
1. Suhu tubuh kembali monitor TTV. metabolism akan air juga meningkat
normal. 5)Kolaborasi pemberian obat. dari kebutuhan biasanya.
2. Nadi dan RR kembali 4. Mengetahui tindakan yang akan
normal. dilakukan selanjutnya.
3. Tidak ada perubahan 5. Mengoptimalkan pengobatan yang
warna kulit dan tidak ada diberikan.
pusing.
Diagnosa keperawatan Resiko infeksi
D Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
X Hasil
N
O
4. (SLKI;L. (SIKI;I.14539.Hal, 278) 1. Orang-orang beresiko perlu program
14137.Hal, 139) 1. Identifikasi orang- orang yang terap obat untuk mencegah
Setelah dilakukan tindakan beresiko terkena infeksi seperti penyebaran infeksi.
keperawatan selama 1x4 anggota keluarga, teman, orang 2. Untuk mencegah terjadinya penularan
jam diharapkan tidak dalam satu perkumpulan. infeksi.
terjadi penyebaran infeksi. 2. Anjurkan klien menutup mulut dan 3. Mengurangi resiko penyebaran
Kriteria hasil : membuang dahak di tempat infeksi.
1. Tidak terjadi infeksi. penampungan yang tertutup jika 4. Untuk mengawasi keefektifan obat
2. Menunjukan perubaha batuk. dan efeknya, serta respon klien
pola hidup untuk 3. Gunakan masker setiap melakukan terhadap terapi.
meningkatka tindakan. 5. Untuk menyembuhkan klien.
lingkungan yang aman. 4. Montor sputum BTA.
5. Kolaborasi pemberian terapi .obat
2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap
keempat yang merupakan tahap pelaksanaan
dari berbagai tindakan keperawatan yang
telah direncanakan. Dalam tahap
implementasi keperawatan, petugas
kesehatan harus sudah memahami mengenai
tindakan yang akan dilakukan terhadap
pasien. Suatu koordinasi dan kerja sama
sangatlah penting untuk dijaga dalam tahap
implementasi keperawatan sehingga ketika
terjadi hal yang tidak terduga, maka petugas
kesehatan akan berkoordinasi dengan
petugas kesehatan yang lainnya untuk saling
bekerjasama dalam pemecahan masalah.
2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap kelima atau tahap terakhir dari seluruh proses keperawatan. Tahap
evaluasi keperawatan adalah tahap penilaian dari hasil proses keperawatan dan untuk menilai dari seluruh
pelaksanaan proses keperawatan. Tahap evaluasi keperawatan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan
yang dicapai dan seberapa besar kegagalan yang terjadi. Dari hasil evaluasi, tenaga kesehatan dapat menilai
pencapaian dari tujuan serta dari hasil evaluasi ini, tenaga kesehatan akan menjadikan hasil evaluasi ini
sebagai bahan koreksi dan catatan untuk perbaikan tindakan yang harus dilakukan (Prabowo, 2018).
• Evaluasi keperawatan disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional, seperti :
S (Subjektif) adalah ungkapan perasaan maupun keluhan yang disampaikan ibu maupun keluarga setelah
dilakukan tindakan keperawatan secara subjektif.
O (Objektif) adalah pengamatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui sikap ibu ketika dan
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
A (Assesment) adalah analisa tenaga kesehatan setelah mengetahui respon subjektif dan objektif ibu
yang dibandingkan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ada pada rencana keperawatan.
P(Planning) adalah perencanaan untuk tindakan selanjutnya yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan
setelah melakukan analisa atau assesment.
ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian Primer
JALAN
PERNAPASAN SIRKULASI KETIDAKMAMPUAN KETERPAPARAN
NAPAS
(BREATHING) (CIRCULATION) (DISABILITY) (EXPOSURE) 
(AIRWAY)

□ Bebas □ Spontan Nadi : □ Kuat □ Lemah Respon : Jejas :

□ Gargling □ Tachipneu ✓ Teratur □ Tidak teratur ✓Sadar □ Nyeri □ Verbal ✓ Tidak

□ Stridor ✓ Dispneu CRT : ✓ < 2’ □ > 2’ □ Tidak merespon □ Ya:

□ Wheezing □ Apneu Warna kulit: ✓ Normal □ Pucat Pupil : Lokasi:

✓ Ronchi □ Ventilasi □ Kuning ✓ Isokor □ Anisokor Lengkapi pada lampiran


mekanik lembar anatomi tubuh.
□ Terintubasi Perdarahan : ✓ Tidak ada □ Pin Point □ Medriasis
□ Memakai  
✓ Terkontrol □ Tidak terkontrol Reflek cahaya Ka/Ki: +/+
ventilator
 
Turgor kulit : ✓Baik □ Buruk GCS : E 4 V 5 M 6 = 15
□ SpO2: 93%
 
   
 
Pengkajian Sekunder
Keadaan Umum : TTV :

Kepala : Normal, tidak ada lesi dan benjolan. TD : 110/78 mmHg


S : 36 °C
Leher : normal, tidak ada benjolan.
N : 110x/m
Thorax : Paru-paru Rh +/+
RR : 30x/m
Cor : Normal. SPO2 : 83%
Abdomen : normal, tidak ada benjolan.
Extremitas : Normal. Pergerakan tidak ada hambatan.
Lainnya : Tidak ada
Penatalaksanaan Medis
Nama Obat Dosis Pemberian Indikasi
No.
1. Inf. Hidromal 500 ml, 24tpm Untuk perawatan Kekurangan kalium,
Tetani hypocalcemic, Pemanis, Produk
rendah kalori, Ketidakseimbangan
elektrolit, Kadar natrium yang rendah,
Kadar kalium rendah, Kadar magnesium
yang rendah, Tingkat kalsium yang rendah,
Darah dan kehilangan cairan dan kondisi
lainnya.
2. Inj. Resfar 1x5 gr Digunakan untuk menangani pasien yang
mengalami keracunan paracetamol.
3. O² (Nasal canul) 3 Lpm Pemberian oksigen adalah adanya
hipoksemia, atau kondisi khusus seperti
pneumothorax dan keracunan karbon
monoksida. Oksigen diberikan sampai
target terapi tercapai.
Analisa Data
DATA SUBYEKTIF DAN DATA
KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
OBYEKTIF
DS : Tn. R mengeluh batuk berdahak, Ketidakmampuan membersihkan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
sesak napas sejak 1 minggu yang sekret atau obstruksi jalan napas
lalu. Pada saat malam hari batuk untuk mempertahankan jalan napas (SDKI;D.0001.Hal, 18)
menjadi lebih parah. tetap paten.
  Penyebabnya sekresi yang tertahan.
DO : K/U pasien lemah, sesak napas,
dan terdengar batuk.
- Dispnea.
- Bunyi napas Ronki.
 
TTV : TD :110/78 mmHg
S : 36 ℃.
RR : 30x/menit.
N : 110x/menit.
SpO² : 83 %
Prioritas Masalah
1. Bersihan jalan napas efektif b.d. Ketidakmampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap dan paten d.d adanya
sekret tertahan di saluran napas.
Intervensi
Tujuan dan Kriteria
Diagnosa Intervensi Rasional
Hasil
(SDKI;D.0001.Hal, (SLKI;L.01001.Hal, 18) (SIKI;I.01011.Hal, 187) 1. Menjalin hubungan saling percaya
18) antara perawat dengan pasien, dapat
Setelah dilakukan 1. Observasi warna, memudahkan perawat dalam
Bersihan jalan napas kekentalan dan jumlah melakukan wawancara dengan
tidak efektif tindakan keperawatan selama sputum.
1x4 jam diharapkan jalan pasien.
berhubungan dengan 2. Atur posisi semi fowler. 2. Karakteristik sputum dapat
Tn. R mengeluh batuk napas dapat kembaliefektif. 3. Ajarkan cara batuk menunjukkan berat ringannya
berdahak, sesak napas Kriteria hasil : efektif. obstruksi.
sejak 1 minggu yang 4. Pertahankan intake cairan 3. Dapat meningkatkan ekspansi dada.
lalu. Pada saat malam 1. Klien dapat sedikitnya 2500 ml/hari 4. Batuk yang terkontrol dan efektif
hari batuk menjadi menjelaskan kembali kecuali tidak dapat memudahkan pengeluaran dari
lebih parah dibuktikan tentang batuk efektif. diindikasikan. sekret yang melekat dijalan napas.
dengan pasien lemah, 2. Tidak ada suara napas 5. Lakukan fisioterapi dada 5. Hidrasi yang adekuat membantu
sesak napas, terdengar tambahan. dengan teknik postural mengencerkan sekret dan
batuk, dispnea dan 3. Tidak ada ronkhi (-) drainase, perkusi, dan mengefektifkan bersihan jalan napas.
bunyi napas ronki. 4. Pernapasan kembali fibrasi dada. 6. Postural drainase dengan perkusi dan
normal (16-20   fibrasi menggunakan bantuan gaya
x/menit). gravitasi untuk membantu menaikkan
5. Tidak ada sekresi sehingga dapat dikeluarkan
penggunaan retraksi atau dihisap dengan mudah.
otot bantu napas.
 
Implementasi
TANGGAL PUKUL IMPLEMENTASI TENAGA KESEHATAN
29 November 2021 11.00 WIB - Mengkaji fungsi pernapasan seperti suara napas, kecepatan, irama.
- Memantau respirasi klien.
- Mengajarkan klien batuk efektif.
- Memberikan klien posisi nyaman (posisi semi fowler).
Melakukan fisioterapi dada dengan teknik postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada.

29 November 2021 12.00 WIB - Memantau respirasi klien.


- Mengajarkan klien batuk efektif.
- Memberikan klien posisi nyaman (posisi semi fowler).
- Menganjurkan klien minum air hangat.
- Melakukan fisioterapi dada dengan teknik postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada.

29 November 2021 13.00 WIB - Mengobservasi dengan melakukan TTV.


- Memberikan oksigenasi (NC).
- Memberikan klien posisi nyaman (posisi semi fowler).
- Menganjurkan klien minum air hangat.
29 November 14.00 WIB - Memantau respirasi klien.
2021 - Mengajarkan klien batuk efektif.
- Memberikan klien posisi nyaman.
- Menganjurkan istirahat yang cukup.

29 November 15.00 WIB - Memantau respirasi klien.


2021 - Mengajarkan klien batuk efektif.
- Memberikan klien posisi nyaman
- (posisi semi fowler).
- Menganjurkan klien minum air hangat.
- Melakukan fisioterapi dada dengan teknik postural drainase,
perkusi, dan fibrasi dada.
- Memberikan terapi obat :
a. Inf. Hidromal 24tpm
b. Inj. Resfar 1x5 gr
c. Terapi O² 3 Lpm
Evaluasi
PUKUL EVALUASI TENAGA KESEHATAN (S.O.A.P)
TANGGAL
29 November 2021 11.00 WIB S:
- Klien mengatakan masih batuk berdahak dan sesak napas.
O:
- K/u Pasien lemah.
- Terpasang oksigen nasal canul 3 lpm dan Infus Hidromal 24 tpm.
- Kesadaran compos mentis.
- TTV, TD : 110/ 78 mmHg, N : 110 x/menit, RR : 30 x/menit, Temp : 36 °C, dan SpO² : 83 %.
- Klien masih batuk disertai dahak, dan sesak napas.
A:
- Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan Intervensi.
Memberikan terapi obat :
1. Inf. Hidromal 24tpm
2. Inj. Resfar 1x5 gr

29 November 2021 12.00 WIB S:


- Klien mengatakan masih batuk berdahak dan sesak napas.
O:
- Klien masih batuk disertai dahak, dan sesak napas, dan bunyi napas ronki.
- K/u Pasien lemah.
- Terpasang oksigen nasal canul 3 lpm dan Infus Hidromal 24 tpm.
- Kesadaran compos mentis.
- TTV, TD : 110/ 78 mmHg, N : 110 x/menit, RR : 30 x/menit, Temp : 36 °C, dan SpO² : 83 %.
A:
- Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan Intervensi.
 
29 November 2021 13.00 WIB S:
- Klien mengatakan masih batuk berdahak dan sesak napas.
O:
- Klien masih batuk disertai dahak, dan sesak napas, dan bunyi napas ronki.
- K/u Pasien lemah.
- Terpasang oksigen nasal canul 3 lpm dan Infus Hidromal 24 tpm.
- Kesadaran compos mentis.
- TTV, TD : 110/ 78 mmHg, N : 110 x/menit, RR : 30 x/menit, Temp : 36 °C, dan SpO² :
83 %.
A:
- Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan Intervensi.
 
29 November 2021 14.00 WIB S:
- Klien mengatakan masih batuk berdahak dan sesak napas.
O:
- Klien masih batuk disertai dahak, dan sesak napas, dan bunyi napas ronki.
- K/u Pasien lemah.
- Terpasang oksigen nasal canul 3 lpm dan Infus Hidromal 24 tpm.
- Kesadaran compos mentis.
- TTV, TD : 110/ 78 mmHg, N : 110 x/menit, RR : 30 x/menit, Temp : 36 °C, dan SpO² :
83 %.
A:
- Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan Intervensi.
 
29 November 15.00 WIB S:
2021 - Klien mengatakan sesak napas berkurang
- Klien mengatakan masih batuk berdahak.
O:
- Klien masih batuk disertai dahak.
- Klien sudah tidak sesak napas.
- K/u Pasien lemah.
- Terpasang oksigen nasal canul 3 lpm dan Infus Hidromal 24 tpm.
- Kesadaran compos mentis.
- TTV, TD : 110/ 78 mmHg, N : 110 x/menit, RR : 30 x/menit, Temp :
36 °C, dan SpO² : 98 %.
A:
- Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan Intervensi.
 
Sekian dan Terima Kasih
Semoga
Bermanfaat………

Anda mungkin juga menyukai