Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN FARMASI

APOTEK PANEL

Kelompok 2
Mariando N. Ering (16101105053) Nur Mahraini (16101105002)
Christy Purukan (16101105027) Novia Purnomo (16101105040)
Gwendolyn Kapondo (16101105014) Chelsi Stelin (16101105020)
Natalia Lumentut (16101105033) Febriany Mundung (16101105008)
Rafi’a Putri (16101105047) Iriana Tarek (16101105063)
DEFINISI

 Apotek Panel adalah apotek yang bekerjasama dengan PBF dalam


mendistribusikan obat keras kepada pihak-pihak yang diinginkan oleh PBF
yaitu : Dokter,Rumah Sakit tanpa apoteker,poliklinik tanpa apoteker,
paramedic,toko obat dan perorangan/freelancer

 Jalur distribusi obat keras yang benar adalah dari Pabrik obat-> PBF->
Apotek->Dokter. Dari PBF langsung kedokter tanpa lewat apotek menyalahi
peraturan tentang jalur distribusi , maka terjalinlah kerjasama antar PBF dan
apotek untuk mendistribusikan obat-obatan kepada dokter ,apotek menjadi
perpanjangan tangan PBF yang disebut Apotek Panel.
APOTEK PANEL
Praktek distribusi obat oleh apotek berupa penyerahan obat keras yang
bukan berdasar resep, akan tetapi berdasarkan kesepakatan antara
apotek, Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan dokter , sering terjadi.
Fenomena seperti ini dikatakan sebagai apotek panel, dimana apotek
bekerjasama dengan PBF dalam mendistribusikan obat keras kepada
pihak-pihak yang diinginkan PBF misalnya dokter, dengan kata lain
apotik panel menjadi perpanjangan fungsi dari PBF dalam menjual obat
ke dokter.

Kegiatan apotek ini melanggar ketentuan karena obat keras keluar dari
apotek bukan berdasar resep. Resep adalah permintaan tertulis dari
dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan
dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang
berlaku.
Add Image

APOTEK PANEL

Kewenangan dokter untuk menyimpan dan menyerahkan


obat diatur dalam UU No. 29 tahun 2004 yang menyebut
kan bahwa:

‘Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda


registrasi mempunyai wewenang melakukan praktik
kedokteran sesuai dengan pendidikan dan kompetensi yang
dimiliki, yang antara lain adalah menyimpan obat dalam
jumlah dan jenis yang diijinkan, dan meracik dan
menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di
daerah terpencil yang tidak ada apotek’
Add Image

STUDI KASUS
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) sempat mengeluarkan surat edaran pada tahun
2011 ketika waktu itu ramai adanya Praktik Panel dimana ditemukan adanya
kasus apoteker yang menjadi korban antara salesmen dan distributor Pedagang
Besar Farmasi (PBF).

Surat yang ditandatangani oleh Ketua Pengurus Pusat IAI, Drs. M. Dani Pratomo,
Apt, MM pada waktu itu, berisi tiga pernyataan sikap dari PP IAI, pernyataan ini
dikeluarkan setelah merebaknya Praktik Panel (Surat Pesanan “Bodong”) dalam
pelaksanaan pelaksanaan praktik kefarmasian maka perlu segera diambil langkah
strategis oleh semua perangkat organisasi dan seluruh apoteker.

Hal ini demi menjaga martabat luhur profesi apoteker, menegakkan wibawa
organisasi, dan mencegah semakin memburuknya citra profesi akibat praktik
illegal tersebut. Kasus terkini yang ditangani PP IAI akibat Praktik PANEL ini
adalah adanya sejawat yang menjadi korban persekongkolan antara salesman dan
distributor (PBF), sehingga menjadi perkara di pengadilan dan sejawat apoteker
digugat membayar samapi ratusan juta.
DAMPAK APOTEK PANEL

Dampak dari apotek panel tersebut antara lain :

 Profesi lain akan tetap dispensing karena kebutuhan obatnya selalu


terpenuhi

 Peran apoteker dalam pharmaceutical care tidak ada

 Apotek tidak dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang


semestinya ,merugikan apotek lain terutama apotek kecil

 Masyarakat tidak mendapatkan KIE dengan benar terkait obat


yang didapatkan dari profesi lain,DRP tidak dapat ditelusuri oleh
dokter.
TIPE APOTEK PANEL
E8
ID
SL

TIPE III
TIPE I

Medical Representative pabrik Medical Representative pabrik


mencari order, apotik aktif mencari order, PBF mengambik
mengirim obat dab melakukan alih tugas apotik seluruhnya
penagihan, PBF memberi dalam mengirim dan melakukan
“Back Up”. penagihan, apotik pasif total.

TIPE IV
TIPE II

Medical Representative pabrik


Salesman apotik mencari order,
mencari order, PBF mengambil

in t
o
mengirim obat dan melakukan

erP
alih sebagian tugas apotik dalam

ow
penagihan, PBF memberi “Back

P
mengirim obat dan melakukan

of
Up”.

er
ow
penagihan.

eP
Th
APOTEK PANEL TIPE I
E9
ID
SL

MR yang seharusnya hanya


mempromosikan obat ke dokter
atau klinik, melakukan juga
1 tugas salesman, yaitu 4 Apotik panel membuat surat
menawarkan penjualan obat ke pesanan resmi ke PBF.
dokter atau klinik.

PBF menjual obat ke apotik


Dokter menuliskan pesanan
2 melalui resep. 5 dengan diskon khusus,
diskon biasanya 5% lebih
besar dari diskon reguler.

3 Oleh MR resep di bawa ke apotik 6 Apotik mencatatkan transaksi

in t
panel. dalam administrasinya.

o
erP
owP
of
er
ow
eP
Th
0
E1
ID
SL

Apotik mengirimkan obat


Segala resiko yang
ke dokter atau klinik dan
7 selanjutnya melakukan
8 timbul dari transaksi
ditanggung apotek.
penagihan ke pihak
tersebut.

Kesalahan yang dilakukan :

 MR melakukan fungsi  Penyalahgunaan arti “R/”


pencarian order yang dalam “resep”. Penulisan

in t
o
erP
merupakan fungsi distribusi. resep tanpa nama pasien

owP
dan cara pakai.

of
er
ow
eP
Th
APOTEK PANEL TIPE II
1
E1
ID
SL

1 Salesman apotik secara aktif mencari order pesanan obat ke


dokter atau klinik, paramedis dan toko obat.

2 Dokter menuliskan pesanan melalui resep.

3 Apotik panel membuat surat pesanan resmi ke PBF.

4 PBF menjual obat ke apotik dengan diskon khusus.

Apotik mencatatkan transaksi dalam


5 administrasinya.
Apotik mengirimkan obat ke dokter atau klinik
dan selanjutnya melakukan penagihan ke pihak

in t
6

o
erP
tersebut.

owP
of
7

er
Segala resiko yang timbul dari transaksi

ow
eP
ditanggung apotik.

Th
APOTEK PANEL TIPE III
2
E1
ID
SL

1. Apotik menyerahkan blanko surat pesanan obat, Faktur Penjualan Apotik


dan stampel apotik kepada PBF.
2. MR yang seharusnya hanya mempromosikan obat ke dokter atau klinik,
melakukan juga tugas salesman yaitu menawarkan penjualan obat ke
dokter atau klinik.
3. Dokter menuliskan pesanan melalui resep.
4. MR menyerahkan resep kepada PBF.
5. PBF menyelesaikan administrasi transaksi seolah-olah pesanan dari apotik.
6. PBF menyerahkan faktur penjualan asli ke apotik, memberi kesan apotik
sebagai pihak pembeli.
7. Apotik mencatatkan atau tidak mencatatkan transaksi dalam
administrasinya.
8. PBF mengirimkan obat ke dokter dengan memakai faktur penjualan apotik

in t
dan selanjutnya PBF melakukan penagihan kepihak tersebut.

o
erP
9. Apotik mendapat fee ( biasanya 2-2,5 % ) dari total transaksi sebagai biaya

owP
pemutihan.

of
er
ow
eP
Th
APOTEK PANEL TIPE IV
3
E1
ID
SL

1. Apotik menyerahkan surat blanko 6. Apotik membubuhkan stampel surat


pesanan obat, faktor penjualan pesanan obat, Faktur penjualan PBF ke
apotik pada PBF, kecuali stampel. apotik dan faktur penjualan apotik ke
2. MR yang seharusnya hanya dokter. Faktur penjualan PBF
mempromosikan obat ke dokter diserahkan ke pihak apotek.
melakukan juga tugas salesman 7. PBF menyerahkan faktur penjualan ke
yaitu menawarkan penjualan obat apotik, memberi kesan apotik sebagai
ke dokter. pihak pembeli.
3. Dokter menuliskan pesanan 8. Apotik mencatatkan atau tidak
melalui resep. transaksi dalam adminitrasinya.
4. MR menyerahkan resep kepada 9. PBF mengirimkan obat ke dokter
PBF. dengan memakai faktur penjualan
5. PBF menyelesaikan administrasi apotik dan selanjutnya PBF melakukan

in t
penagihan ke pihak tersebut.

o
transaksi seolah-olah pesanan

erP
ow
datang dari apotik. Berkas 10. Apotik mendapat upah 2,5 % dari total

P
of
administrasi di bawa ke apotik. transaksi sebagai biaya pemutihan.

er
ow
eP
Th
ETIKA DAN PERUNDANG-UNDANGAN

4
E1
ID
SL

Fee dari PBF untuk Apotek


Kode Etik Apoteker Indonesia Bab I tentang Kewajiban
Umum Pasal 5 :

Apoteker menghalalkan segala cara untuk mencari keuntungan yang


sebesar besarnya dengan cara menjadi apotek panel.

in t
o
erP
owP
of
er
ow
eP
Th
SL
ID
E1
5

Th
eP
ow
er
of
P ow
erP
o in t

Anda mungkin juga menyukai