LATAR BELAKANG
Sejak dimulainya era industrialisasi pada awal abad
lalu, pertumbuhan permintaan energi di masyarakat
meningkat pesat. Sebaliknya, sumber-sumber energi
komersial yang utama, yaitu bahan bakar fosil,
diketahui semakin terbatas jumlahnya. Selain itu, pola
pemanfaatan energi tersebut telah menghasilkan
emisi yang memiliki pengaruh dominan dalam
pemanasan global, atau efek-rumah kaca, serta
perubahan iklim global yang kita mulai rasakan akhir-
akhir ini. Karenanya semakin diakui saat ini tentang
perlunya mengendalikan pemanfaatan energi secara
lebih rasional dan optimal untuk setiap kebutuhan
kita. Kesadaran semacam inilah yang kemudian
menjadi pendorong berkembangnya manajemen
energi untuk memenuhinya
Meningkatnya kebutuhan dan biaya energi pada berbagai
aktivitas manusia telah mendorong tumbuhnya berbagai
upaya menggunakan energi lebih sedikit untuk fungsi dan
hasil yang sama, atau menggunakan jumlah energi yang
sama untuk hasil yang lebih bermanfaat. Upaya-upaya
semacam ini dinyatakan sebagai pemanfaatan energi
secara lebih efisien, atau umumnya disebut efisiensi
energi (energy efficiency). Istilah lain yang tampaknya
lebih populer adalah konservasi atau penghematan energi,
namun ada yang menganggap istilah ini memberikan
konotasi memakai lebih sedikit energi dengan menurunkan
fungsi atau kualitas penggunaannya. Walaupun demikian,
secara umum dapat dipakai istilah konservasi energi
dalam arti sama dengan efisiensi energi diatas.
Akhir-akhir ini, faktor perubahan lingkungan global
juga menjadi pendorong kuat bagi diadopsinya
prinsip-prinsip pemanfaatan energi yang lebih efisien,
selain faktor-faktor biaya dan keterbatasan sumber
energi komersial. Berbagai analisa menunjukkan
bahwa pola-pola pemakaian energi selama ini
berperan dominan terhadap terjadinya
kecenderungan pemanasan global, gas-gas rumah
kaca, dan berbagai perusakan lingkungan maupun
perubahan iklim secara global. Banyak pemikiran
mengenai pembangunan yang berkelanjutan telah
mengemukakan peranan penting dan saling-
keterkaitan pada peningkatan efisiensi dalam
mengelola energi, lingkungan dan ekonomi (atau
disebut faktor 3-E; energy, environment & economy).
DEFINISI
FILOSOFIS
Manajemen energi adalah semacam seni terapan
(applied art) yang bertujuan untuk secara sistematis
menyelesaikan masalah atau meraih peluang dengan
mengintegrasikan data & informasi, pengetahuan,
teknologi, hingga interaksi antara manusia yang
terlibat didalamnya,
sehingga Manajemen energi dalam hal ini menempati
peranan penting sebagai fungsi untuk merencanakan,
mengelola, hingga melaksanakan pencapaian tujuan
pemanfaatan energi yang lebih efisien tersebut
secara terus-menerus tanpa mengurangi manfaat dan
kenyamanan.
PENERAPAN
MIKRO
Penggunaan Energi pada:
- Rumah Tangga
- Gedung Perkantoran
- Gedung Komersial
- Industri
MAKRO
Penggunaan Energi secara Nasional
ILUSTRASI
SISTEM MANAJEMEN
ENERGI
KONSERVASI
ENERGI
Manajemen Energi Mikro: Konsep &
Pelaksanaan
Secara praktis, manajemen energi sering
dikaitkan dengan dua hal utama, yaitu biaya dan
ketersediaan energi. Biasanya, masing-masing
ditangani oleh bagian terpisah dan orang yang
berbeda; bagian keuangan/administrasi
menangani pembayaran atau pembelian energi,
sedangkan bagian teknis, seperti utiliti atau
perawatan, hanya menangani operasi dan kondisi
peralatan konversi atau penyediaan energi.
Interaksi keduanya terbatas pada rutinitas
administratif, sehingga peluang-peluang
penghematan biasanya terabaikan.
Dalam konsepsi konservasi energi, manajemen
energi mengintegrasikan faktor-faktor yang terkait
dengan keduanya dan juga aspek-aspek pemakai
atau penghuni gedung, untuk melakukan optimasi
sumberdaya. Tujuannya adalah untuk menjamin
pelayanan energi secara efisien dan sesuai
kebutuhan yang ada. Dalam hal ini, manajemen
energi juga membutuhkan adanya strategi yang jelas
dan dapat dilaksanakan, yang tidak saja melibatkan
pembelian, pengadaan hingga perawatan peralatan-
peralatan energi, tetapi juga bagaimana sebaiknya
pemanfaatan energi tersebut dilakukan oleh para
penghuni gedung.
Oleh karena itu, manajemen energi di bangunan
perkantoran dapat dipahami sebagai suatu
pendekatan sistematis dan terpadu untuk
melaksanakan pemanfaatan sumberdaya energi
secara efisien tanpa mengurangi kuantitas
maupun kualitas fungsi utama gedung, seperti:
kenyamanan kerja, estetika, kesehatan dan
standard keselamatan pengguna.
Untuk gedung perkantoran, fungsi manajemen energi
umumnya berhubungan dengan berbagai pola dan jenis
pemanfaatan energi yang sesuai dengan karakteristik
kegiatan dan penghunian dalam gedung. Dalam hal ini
biasanya terdapat empat pemakaian energi utama:
peralatan kantor (elektrik dan elektronik), Pengkondisian
Udara (AC, Ventilasi), Penerangan dan sistem mekanis
(pompa air, lift/elevator). Bisa saja terdapat jenis
penggunaan energi lainnya, tergantung dari jenis kegiatan
perkantoran tersebut ataupun jenis utilitas yang dipakai.
Selain itu, perlu diketahui bahwa usaha konservasi atau
efisiensi energi dapat dimulai dari atau meliputi disain dan
karakteristik bangunan hingga lanskapnya, untuk dapat
memberikan peluang penerapan efisiensi energi yang
lebih tinggi lagi.
Kegiatan Manajemen Energi Mikro
Terdapat berbagai model kegiatan manajemen energi
yang dapat diterapkan, dan hal ini dipengaruhi oleh
ukuran masalah yang ditangani serta strategi yang
ingin diterapkan. Dalam konteks penerapan
konservasi energi, berbagai bentuk kegiatan dapat
dilakukan, dari cara-cara sederhana seperti
kampanye peningkatan kesadaran menghemat energi
melalui pamflet-pamflet hemat energi di kawasan
gedung dan fasilitasnya, hingga tindakan perubahan
sistem & peralatan yang membutuhkan investasi
baru. Dari berbagai pendekatan yang ada, secara
umum dapat diuraikan kegiatan-kegiatan konservasi
energi ditingkat perusahaan/institusi berdasarkan
siklus 8 tahapan sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar 1.
Gambar 1
Dukungan Top manajemen:
- Membentuk Komite Energi
- Sosialisasi (dukungan karyawan/
penghuni/pengunjung)
Kegiatan Interim: 2.
8. ANALISA
- Analisa hasil/pencapaian PERENCANAAN
HASIL
- Tindakan Koreksi KEGIATAN
A u d it E n e r g i
Gambar 2 Pengumpulan & Penyusunan Data Historis
Energi Tahun Sebelumnya
Aw al
Data Historis Tahun
Sebelumnya
TIDAK
Periksa " IKE" > Target
YA
A u d it E n e r g i
Lakukan Penelitian & Pengukuran Konsumsi
Energi
R in c i
Data Konsumsi Energi
Hasil Pengukuran
TIDAK
Periksa " IKE" > Target
YA
Im p le m e n t a s i
& M o n it o r in g
Implementasi
YA
Periksa " IKE" > Target
TIDAK
Stop
Pelaksanaan & Hasil Audit Energi
Pelaksanaan audit dipengaruhi oleh spesifikasi dan karakteristik
teknologi yang dipakai. Karena sifat teknologi yang lebih cepat
perkembangannya bila dibandingkan dengan kemauan untuk
melakukan investasi baru, maka selain memahami teknologi yang ada
tersebut, diperlukan kreativitas pelaksana audit (auditor) dan
kemauannya untuk senantiasa meluaskan wawasan mengenai peluang-
peluang penghematan hasil perkembangan teknologi yang baru, yang
biasanya memiliki kinerja lebih baik/efisien.
Dari berbagai konsep pelaksanaan audit ataupun akuntansi energi,
setidaknya terdapat tiga bentuk hasil utama dari kegiatan audit, yaitu:
Evaluasi & analisa konsumsi serta biaya energi pada periode tertentu .
Identifikasi peluang dan kemungkinan tindakan penghematan energi.
Pelaporan
Evaluasi & analisa konsumsi energi pada
dasarnya bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang bagaimana energi dipakai dan berapa
besar manfaat maupun buangan/rugi-rugi dari
pemakaian tersebut, berikut alasannya masing-
masing. Secara teknis, pelaksanaan audit energi
pada dasarnya diawali dari analisa hk.I
Termodinamika, yaitu kesetimbangan energi &
material. Setidaknya ada dua aspek mendasar
yang dilakukan disini, yaitu memahami kebutuhan
energi dan juga alasan adanya kebutuhan
tersebut; secara kuantitatif dan kualitatif.
Infomasi tersebut, walaupun dalam tahapan audit
awal atau akuntansi energi, dapat bermanfaat untuk
mengarahkan pencarian pada peluang-peluang
penghematan energi. Misalnya dari variasi profil biaya
dan konsumsi energi harian, bulanan dan tahunan,
kemudian antara sub-sistem fasilitas yang berbeda,
hingga kegiatan yang terkait dengan masing-masing
fasilitas, dapat ditelusuri sumber keborosan energi.
Format pendataan konsumsi energi dapat dibuat
sesuai dengan sistem akuntansi yang dimiliki, atau
seperti contoh kartu penggunaan energi pada Buku
Pedoman Konservasi Energi yang dikeluarkan oleh
Ditjen Listrik & Pengembangan Energi pada Gambar
3.
Banyak pengalaman menunjukkan, terutama pada fasilitas-
fasilitas yang belum pernah diamati pemakaian energinya,
keborosan ditimbulkan hanya karena hal-hal sederhana yang
dapat ditangani dengan memperbaiki manajemen operasional
saja (good house-keeping) ataupun perawatan yang ringan.