Anda di halaman 1dari 17

TOKSISITAS OBAT NSAID

Dosen Pengampu :
Apt. Jenny Pontoan, M.Farm
1. VINA BARIE DAMAYANTI 17334028
KELOMPOK 1 2. ERNI ANDRIYANI
3. FIQI FUZIATHUSYANI
17334031
17334049
4. IKA WIDYAWATI 17334050
5. FITRIA PUJIASTUTI 18334009
6. DANI NURUR CHORIYAH 18334010
7. ADE PUTRA 18334022
8. LIONI CITRA DEWI 18334024
9. PUTRI AULIA RAHMAWATI 18334026
10. NURUL UMI HAFILDA 19334008
11. SITI FARIDAH FARHAH 19334012
12. TRI SOEHARTATI 19334015
LATAR BELAKANG TOKSISITAS
NSAID
Obat antiinflamasi nonsteroid atau biasa disingkat NSAID secara kimiawi bervariasi (asam asetat, asam fenamat, oxicam, asam
propionic) namun memiliki efek terapi dan efek samping yang serupa. Semua obat dalam kelas tersebut bekerja untuk mengurangi
peradangan, rasa sakit, dan demam melalui penghambatan sintesis enzim endoperoksida, yang dikenal sebagai enzim
cyclooxygenase (COX).

NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda
nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Mekanisme kerja NSAID didasarkan atas penghambatan
isoenzim COX-1 (cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-2). Enzim cyclooxygenase ini berperan dalam memacu
pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari arachidonic acid. Prostaglandin merupakan molekul pembawa pesan pada
proses inflamasi (radang).

Efek samping yang dapat terjadi sehubungan dengan pemakainan obat analgetik dapat terjadi dalam bentuk ringan maupun
yang lebih serius. Pada umumnya manifestasi obat tersebut dalam bentuk ringan berupa reaksi alergi, rash, dan sebagainya
dengan angka kejadian yang relatif kecil untuk paracetamol, metamizol, dan ibuprofen, sedang pada aspirin lebih besar.
EPIDEMIOLOGI
 NSAID telah lama digunakan sebagai obat bebas dan aman juga efektif untuk menghilangkan rasa sakit dan
mengurangi demam.

 Diperkirakan 14 juta orang Amerika berusia lebih dari 45 tahun menggunakan NSAID setiap hari. Seiring
dengan pertambahan populasi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat
memperkirakan kenaikan tajam dalam penggunaan kelas obat ini yang akan mencerminkan peningkatan
prevalensi kondisi nyeri seperti osteoarthritis dan penyakit radang.

 Maka tidak mengherankan bahwa tingkat efek samping yang terkait dengan konsumsi NSAID juga
kemungkinan akan meningkat. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa 5% - 7% pasien datang ke
rumah sakit akibat toksisitas obat, dimana toksisitas NSIAD non aspirin berkontribusi 11% - 12%.
MEKANISME
TOKSISITAS
NSAID
MEKANISME TOKSISITAS
NSAID
Golongan obat NSAID bekerja dengan menghambat enzim siklo-oksigenase, sehingga dapat mengganggu perubahan asam

arakhidonat menjadi prostaglandin.

Enzim siklooksigenase ini terdiri dari dari 2 tipe, yaitu COX-1 dan COX-2. Enzim COX-1 dan COX-2 memiliki peran

menghasilkan prostaglandin yang memiliki fungsi tertentu. Enzim COX-1 terdapat di perut; berfungsi mengontrol produksi

prostaglandin yang bertugas melindungi lambung dari asam. Enzim COX-2 terdapat dalam sel darah putih; berfungsi

mengontrol produksi prostaglandin yang berperan menghasilkan rasa sakit dan peradangan.

Efek antipiretik dari NSAID dari sebagian obat disebabkan oleh kemampuannya untuk menekan PGE2 yang dipicu
peningkatan kerja hipotalamus yang menyebabkan peningkatan temperature tubuh sebagai respon dari adanya infeksi atau
peradangan. Peran NSAID dalam trombosis dan pelindung jantung bekerja dengan mencegah pembentukan tromboksan A2 dan
efek potensinya pada aktivasi trombosit dan vasokonstriksi.
TOKSIKOKINETIK NSAID
Selain dari independen toksisitas, NSAID juga dapat menyebabkan efek
samping ketika dikonsumsi bersamaan dengan berbagai obat lain. Sebagai
akibat dari proses farmakokinetik, NSAID dapat berinteraksi dengan obat-
obatan lain yang ikatan protein plasmanya tinggi sehingga dapat meningkatan
konsentrasi obat bebas dari obat-obatan ini.
ADME Obat-obatan dengan jendela terapi yang sempit, seperti warfarin atau
fenitoin, secara teroritis toksisitasnya meningkat akibat interaksi ini. Selain itu,
NSAID dapat meningkatkan toksisitas obat yang tergantung pada pembersihan
ginjal (seperti lithium) atau metabolisme hati karena beberapa NSAID
mengurangi perfusi ginjal dan menghambat enzim sitokrom P450 (CYP) atau
glukuronidasi.
Mekanisme toksisitas NSAID pada overdosis tampaknya
sebagian besar disebabkan oleh penghambatan berlebihan
COX-1 dan pengurangan sintesis prostaglandin selanjutnya.
Asidosis metabolik yang terlihat pada toksisitas NSAID tidak
terkait dengan penghambatan COX, tetapi pada akumulasi
metabolit asam. Sistem pencernaan, ginjal dan sistem saraf
pusat (SSP) sebagian besar dipengaruhi, baik dalam
penggunaan terapeutik dan dalam overdosis akut.
TOKSIKODINAMIK NSAID

Toksikodinamika membahas tentang bagaimana suatu NSAID mempengaruhi tubuh. Jika


senyawa tersebut bersifat toksik, maka fase toksodinamik adalah proses ketika senyawa tersebut
mempengaruhi tubuh hingga menimbulkan efek toksik. Efek toksik sangat bervariasi dalam sifat,
organ sasaran, maupun gejalanya. Pemahaman tentang toksodinamika ini berguna untuk menilai
bahaya suatu racun bagi kesehatan, dan untuk mengembangkan upaya pencegahan dan terapi.
Semua efek toksik terjadi karena interaksi biokimiawi antara toksikan dan atau metabolitnya
dengan struktur sasaran yaitu reseptor tertentu dalam tubuh. Struktur ini dapat bersifat spesifik
dan nonspesifik. Reseptor non spesifik seperti jaringan tubuh yang berkontak langsung dengan
bahan korosif.
EX : Obat NSAID
IBUPROFEN
Merupakan jenis obat derivate asam propionate yang termasuk dalam jenis NSAID yang dapat berfungsi sebagai anti inflamasi, analgesic, dan
antipiretik.

a) Farmakokinetik

Ibuprofen diabsorbsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal. Obat-obatan ini mempunyai waktu paruh singkat tetapi tinggi berikatan
dengan protein. Jika Bersama-sama dipakai obat lain yang tinggi juga berikatan dengan protein, dapat terjadi efek samping berat. Obat ini
dimetabolisme dan diekskresi sebagai metabolit inaktif di urin.

b) Farmakodinamik

Ibuprofen menghambat sintesis prostaglandin sehingga efektif dalam meredakan inflamasi dan nyeri. Perlu waktu beberapa hari agar efek
antiinflamasinya terlihat.Juga dapat menambah efek koumarin, sulfonamid, banyak dari falosporin, dan fenitoin.Dapat terjadi hipoglikemia jika
ibuprofen dipakai bersama insulin atau obat hipoglikemik oral.Juga berisiko terjadi toksisitas jika dipakai bersama-sama penghambat kalsium.
c)Mekanisme Obat

Aktivitas analgesik (penahan rasa sakit) Ibuprofen bekerja dengan cara menghentikan Enzim Sikloosigenase yang berimbas pada terhambatnya pula

sintesis Prostaglandin yaitu suatu zat yang bekerja pada ujung-ujung syaraf yang sakit. Aktivitas antipiretik (penurun panas) Ibuprofen bekerja di

hipotalamus dengan meningkatkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan aliran darah.

d)Indikasi

Karena efek analgesik dan antiinflamasinya maka dapat digunakan untuk meringankan gejala-gejala penyakit rematik tulang, sendi dan non-sendi. Karena

efek analgesiknya maka dapat digunakan untuk meringankan nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada dismenore primer (nyeri haid), nyeri pada

penyakit gigi atau pencabutan gigi, nyeri setelah operasi.

e)Kontra Indikasi

Kontraindikasi absolut atau orang yang tidak dapat menggunakan ibuprofen adalah orang yang alergi terhadap obat anti-inflamasi non–steroid (AINS).

Kontraindikasi relatif antara lain gangguan perdarahan, luka pada lambung/duodenum, penyakit lupus, kolitisulseratif, dan wanita hamil trimester 3 (karena

dapat menyebabkan penutupan prematur pembuluh darah jantung). Orang yang mengalami asma, radang mukosa hidung, jika menggunakan aspirin atau

obat AINS lain sebaiknya tidak menggunakan ibuprofen. Hindari penggunaan pada penderita gangguan hati berat dan gangguan ginjal.
f) Efek Samping

Walaupun jarang terjadi, tapi timbul efek samping sebagai berikut : gangguan saluran pencernaan termasuk mual, muntah, gangguan
pencernaan, diare, konstipasi dan nyeri lambung. Juga pernah dilaporkan terjadi ruam pada kulit, bronchospamae (penyempitan bronkus),
trombositopenia (penurunan sel pembeku darah).

g) Dosis

- Dewasa : Sehari 3-4 kali 200 mg (1 tablet)

- Anak-anak : 1-2 th (Sehari 3-4 kali 50mg (1/4 tab)

3-7 th (Sehari 3-4 kali 100mg (1/2 tab)

8-12 th (Sehari 3-4 kali 200mg (1 tab)

HARUS DIMINUM SETELAH MAKAN


PENATALAKSANAAN TOKSISITAS
NSAID
Dalam kondisi akut apa pun, pasien yang mengalami toksisitas NSAID akut harus terlebih dahulu dinilai

untuk jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi, dan semua hal terkait dengan stabilitas hemodinamik pasien.

Penelusuran terkait apa saja yang dikonsumsi pasien sebelum gejala keracunan terjadi penting untuk

menentukan terapi yang diperlukan, karena pasien yang datang dalam dua jam setelah mengkonsumsi hal

beracun dapat diobati dengan arang aktif jika tidak ada kontraindikasi.

Kalau tidak, tidak ada obat penawar khusus yang diformulasikan untuk pengelolaan toksisitas NSAID,

dan umumnya, skenario ini memerlukan perawatan suportif, seperti memperbaiki gangguan elektrolit, mengisi

ulang volume intravaskular, atau memperbaiki gangguan asam-basa. Tujuan perawatan untuk toksisitas kronis

yaitu meminimalkan paparan atau sepenuhnya menghilangkan obat NSAID dari rejimen medis pasien jika

memungkinkan.
KESIMPULAN

NSAID biasanya digunakan untuk mengatasi nyeri dengan intensitas rendah


atau sedang. Obat-obatan ini sering menjadi bagian dari rencana perawatan untuk
cedera muskuloskeletal akut, sakit kepala, artralgia, nyeri pasca operasi, nyeri yang
berhubungan dengan peradangan, dan nyeri haid. Prostanoid, seperti PGE2,
dikenal sebagai efektor nyeri dan inflamasi. Tanda-tanda khas peradangan, seperti
rubor, kalor, tumor, dan dolor, hasil dari peningkatan aliran darah dan permeabilitas
pembuluh darah melalui pelebaran arteri yang diperantarai PGE2, sementara
persepsi nyeri telah ditemukan sebagian karena eksitasi PGE2 terhadap neuron
sensorik perifer serta bagian tertentu dalam sistem saraf pusat.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Gong L, Thorn CF, Bertagnolli MM, Grosser T, Altman RB, Klein TE. 2012. Celecoxib pathways:
pharmacokinetics and pharmacodynamics. Pharmacogenet. Genomics; 22(4):310-8

2. Saad, Jennifer., Pellegrini, Mark V. 2019. Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAID) Toxicity.
StatPearls Publishing LLC. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing

3. Ari Sudewa Ida Bagus, Budiarta I Gede. Siklooksigenase Jalur Arakidonat dan Non Steroidal Anti
Inflamation Drugs. Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana. 2017

4. Putri Imananta Fadhilla, Sulistiyaningsih. Artikel Tinjauan : Penggunaan NSAIDs (Non Steroidal
Anti Inflamation Drugs) menginduksi peningkatan tekanan darah pada pasien Arthritis. Universitas
Padjajaran. 2018

 
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai