Anda di halaman 1dari 14

CORPORATE GOVERNANCE PADA BANK SYARIAH

Ilham Farhan Hidayatulloh


1804040049
A.Pengertian Corporate Governance
Corporate governance adalah rangkaian proses terstruktur yang digunakan untuk mengelola
serta mengarahkan atau memimpin bisnis atau usaha usaha korporasi dengan tujuan untuk
meningkatkan nilai-nilai perusahaan serta komunitas usaha. Terdapat beberapa pemahaman
tentang pengertian corporate governance.
Menurut, IICG (The Indonesian Institute for Corporate Governance), pengertian Good Corporate
Governance dapat didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh
organisasi perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara
berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku.
Sedangkan menurut OECD (The Organization for Economic Cooperation and Development)
(2003), sebagaimana dikutip oleh Wahyudin Zarkasyi (2008:35), Tata kelola perusahaan yang
baik (good corporate governance) merupakan struktur yang oleh stakeholders, pemegang
saham, komisaris dan manajer menyusun tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan
tersebut dan mengawasi kinerja.
Sedangkanmenurut Indra Surya (2006:25), good corporate governance terkait dengan
pengambilan keputusan yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem.
Berbagai proses, kebijakan-kebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk
mencapai bisnis yang menguntungkan, efisiensi dan efektif dalam mengelola risiko dan
bertanggungjawab dengan memerhatikan kepentingan stakeholder.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa GCG adalah peraturan yang mengelola, dan
mengawasi lainnya, mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan
(stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan
komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. Corporate Governance
dimaksudkan untuk mengatur hubungan-hubungan dan mencegah terjadinya kesalahan-
kesalahan (mistakes) signifikan dalam strategi korporasi dan untuk memastikan bahwa
kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki segera.
B. Konsep Dan Prinsip Dasar Corporate Governance
Dua teori utama yang terkait dengan corporate governance menurut Shaw (2003) adalah stewardship theory dan agency
theori. Stewardship theory dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya
dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain.
Dengan kata lain, stewardship theory memandang manajemen sebagai dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-
baiknya bagi kepentingan publik maupun stakeholder. Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Jensen dan
Meckling (1976) memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai agents bagi para pemegang saham, akan bertindak
dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap
pemegang saham.
Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respon lebih luas karena dipandang lebih mencerminkan
kenyataan yang ada. Berbagai pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada agency theory
dimana pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance yaitu: transparency, accountability, responsibility
independency dan fairness. Prinsip-prinsip tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1.Keterbukaan Informasi (Transparency)
Transparency bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam pengambilan keputusan
maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
Menurut peraturan pasar modal di Indonesia, yang dimaksud informasi material dan relevan
adalah informasi yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut, atau yang
mempengaruhi secara signifikan risiko secara prospek usaha perusahaan yang bersangkutan.
Perusahaan harus dapat menyediakan informasi yang cukup lengkap, akurat dan tepat waktu
kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau berkaitan dengan perusahaan sehingga
mengetahui risiko yang mungkin terjadi dan keuntungan yang dapat diperoleh dalam
melaksanakan transaksi dengan perusahaan sekaligus ikut serta dalam mekanisme pengawasan
dalam perusahaan.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban organ perusahaan
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Akuntabilitas dapat dicapai dengan baik
melalui pengawasan yang efektif yang mendasarkan pada keseimbangan kekuasaan antara pemegang
saham, komisaris, direksi dan auditor termasuk di dalamnya pembatasan kekuasaan antara direksi yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan perusahaan dan komisaris sebagai wakil pemegang saham yang
bertugas mengawasi direksi. Satu bentuk implementasi prinsip akuntabilitas adalah:
a.Praktek audit internal yang efektif
b.Kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab dalam anggaran dasar perusahaan dan
target pencapaian perusahaan di masa depan.
3.Pertanggungjawaban (Responsibilities)
Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian dan kepatuhan di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan
perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku termasuk yang berkaitan
dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup,
kesehatan atau keselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang
sehat. Penerapan prinsip ini diharapkan membuat perusahaan menyadari
bahwa dalam kegiatan operasional seringkali menghasilkan dampak luar
kegiatan perusahaan negatif yang harus ditanggung oleh masyarakat.
4. Kemandirian (Independency)
Independensi adalah suatu keadaan ketika perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)
Kesetaraan dan kewajaran dapat didefinisikan sebagai perlakuan yang adil
dan setara dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan
perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Fairness juga mencakup
adanya kejelasan hak-hak pemodal, sistem hukum dan penegakkan peraturan
yang melindungi hak-hak investor khususnya pemegang saham minoritas dari
berbagai bentuk kecurangan.
C. Corporate Governance Pada Bank Konvensional dan Bank Syariah
Di era Pasar Bebas ini, kegiatan bisnis dituntut untuk mengembangkan penerapan sistem dan
paradigma baru dalam mengelola bisnis. Pemicu dalam berkembangnya suatu bank adalah tata
kelola yang baik. Dimana pada tahun 1997 Indonesia mengalami krisis moneter sehingga
berkembang menjadi krisis multi dimensi termasuk perekonomian yang menyebabkan banyak
perbankan dan perusahaan mengalami kebangkrutan, ini akibat dari lemahnya penerapan good
corporate governance (tata kelola perusahaan).
Menurut pendapat Wilson (2010) kontribusi potensi bank syariah dan reformasi tata kelola
yang memulihkan kredibilitas dan stabilitas di pasar keuangan internasional. Berbeda dengan
kegagalan yang terjadi di sektor perbankan konvensional, bank syariah tidak memperlihatkan
adanya utang tak tertagih yang besar namun bertahan selama krisis keuangan. Sedangkan
Bank Konvensional menghadapi kesulitan besar, namun bank syariah masih terlihat baik
selama krisis ekonomi global.
D. Budaya Organisasi Pada Bank Syariah
Perkembangan perbankan syariah yang begitu pesat di Indonesia patut diapresiasi. Perbankan syariah
sebagai bagian dari perbankan nasional telah menjadi motor baru penggerak perekonomian nasional.
Meskipun dari segi pangsa pasar masih kecil, namun keterlibatannya di tengah masyarakat sudah
terasa. Peran bank syariah memajukan sektor riil adalah nilai tambah. Karena ada juga bank
konvensional yang justru bermain di sektor keuangan dibanding di sektor riil. Dan ini juga belum
tentu salah sepanjang aturan yang ada membolehkannya. Namun demikian, peran intermediasi bank
syariah sesungguhnya justru untuk membantu sektor riil berjalan.
Dengan adanya kesadaran masyarakat untuk menjalankan ajaran Islam yang lebih baik, semakin
banyak masyarakat menggunakan bank syariah sebagai tempat menaruh dana, berinvestasi maupun
untuk membiayai usahanya.
E. Kekhususan Good Corporate Governance pada Bank
Secara sepintas nampaknya penerapan GCG di bank umum tidak berbeda dengan perusahaan
lainnya, akan tetapi tidaklah demikian halnya. Good Corporate Governance pada lembaga
keuangan, khususnya bank memiliki keunikan bila dibandingkan governace pada lembaga
keuangan non bank. Dalam banyak perilaku manajer dan pemilik bank merupakan faktor utama
yang memerlukan perhatian dalam penerapan GCG. Dalam banyak hal konsep teori keagenan
(agency theory) yang sering digunakan dalam penerapan GCG tidak sepenuhnya dapat
digunakan dalam industri perbankan.
Menurut Ikatan Bankir Indonesia ( 2011 ), menyatakan bahwa bank pada
dasarnya mempunyai dua ciri khas yang tidak terdapat pada jenis industri lainnya
yaitu:
1. Informasi Asimetri dalam Industri Perbankan
2. Peran Regulasi dalam Corporate Governance Perbankan
F. Implementasi Good Corporate Governance pada Perbankan
Dalam pelaksanaan GCG di perbankan adalah penting bagi perbankan untuk melakukan pentahapan yang cermat
berdasarkan analisis atas situasi dan kondisi bank, dan tingkat kesiapannya, sehingga penerapan GCG dapat berjalan
lancar dan mendapatkan dukungan dari seluruh unsur di dalam bank.
Pedoman GCG Perbankan Indonesia menguraikan bahwa pengaturan dan implementasi GCG memerlukan komitmen dari
top management dan seluruh jajaran organisasi. Pelaksanaannya dimulai dari penetapan kebijakan dasar (strategic policy)
dan kode etik yang harus dipatuhi oleh semua pihak dalam perusahaan
Adapun pedoman yang terdapat dalam Pedoman GCG Perbankan Indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan GCG dapat dilakukan melalui lima tindakan, yaitu:
a. Penetapan visi, misi dan corporate values
b. Penyusunan corporate governance structure
c. Pembentukan corporate culture
d. Penetapan sarana public disclousures
e. Penyempurnaan berbagai kebijakan bank sehingga memenuhi prinsip GCG
2. Penetapan visi, misi dan corporate values merupakan langkah awal yang harus dilaksanakan dalam
penerapan GCG oleh suatu bank.
3. Corporate governance structure dapat diterapkan secara bertahap dan terdiri dari sekurang-
kurangnya:
a. Kebijakan corporate governance yang selain memuat visi dan misi bank, juga memuat tekad untuk
melaksanakan GCG dan pedoman-pedoman pokok penerapan prinsip GCG yaitu
Transparency,Accountability, Responsibility, Independency dan Fairness.
b. Code of Conduct yang memuat pedoman perilaku wajar dan dapat dipercaya dari pimpinan dan
karyawan bank.
c. Tata Tertib Kerja Dewan Komisaris dan Tata Tertib Kerja Direksi yang memuat hak dan kewajiban
serta akuntabilitas dari Dewan Komisaris dan Direksi maupun para anggotanya masing-masing.
d. Organisasi yang di dalamnya tercermin adanya risk management, internal control dan compliance.
e. Kebijakan risk management, audit dan compliance.
f. Human resourse policy yang jelas dan transparan.
g. Corporate plan yang menggambarkan arah jangka panjang yang jelas.
4. Pembentukan corporate culture untuk memperlancar pencapaian visi dan misi serta
implementasi corporate governance structure. Corporate culture terbentuk melalui
penetapan prinsip dasar (guilding principles), nilai-nilai (values) dan norma-norma (norms)
yang disepakati serta dilaksanakan secara konsisten dengan contoh konkrit dari pimpinan
bank. Corporate culture perlu didiskusikan secara berkesinambungan dan ditunjang oleh
social communication.
5. Pembentukan pola dan sasaran disclousure sangat diperlukan sebagai bagian dari
akuntabilitas bank kepada stakeholders. Sarana disclousure dapat melalui laporan tahunan
(annual report), situs internet (website), review pelaksanaan GCG dan sarana lainnya.

Anda mungkin juga menyukai