Anda di halaman 1dari 37

Epidemiologi Tuberkulosis dan

Upaya Pengendaliannya

Oleh:
Ismen Mukhtar, SKM, M.Epid
ISMEN MUKHTAR, SKM., M.Epid
•Lahir: Padangganting Sumatera Barat
•Pendidikan Terakhir:
Epidemiologi Komunitas, Pasca sarjana FKM-UI
•Pekerjaan:
- PNS di Dinkes Prov.Lampung
(Fungsional Epidemiologi Ahli Madya)
•Organisasi:
-Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Lampung: Ketua
-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Lampung: Ketua I
-Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Lampung: Sekretaris
-Ikatan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) Lampung: Anggota
-Perkumpulan Entomologi Kesehatan Indonesia (PEKI) Lampung: Penasihat
-Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasit Indonesia (P4I) Lampung: Penasihat
- Generasi Tanpa Rokok (GETAR): Pendiri
Dimana kita
sekarang?
(ANALISA SITUASI)

SIKLUS Sampai dimana kita


berhasil capai?
Kemana kita
ingin pergi?
MANAJEMEN (EVALUASI) (TUJUAN)

Apakah semua berjalan Jalan mana


sesuai rencana? seharusnya ditempuh?
(MONITORING) (STRATEGI)

Bagaimana kita menuju


kesana?
POA (Rencana Kegiatan)

Tidak layak suatu program, jika tidak ada


sistem evaluasinya
“TRIPLE BURDEN”
PENGENDALIAN PENYAKIT DI INDONESIA

• Penyakit menular
(salah satunya
TBC) masih jadi
masalah.
nya kit
Peenular • Munculnya
M
M

penyakit baru
PT

Nerwgi n g
Em e • PTM terus naik
Sekilas Tentang COVID-19
Jika tanpa pencegahan transmisi virus
tidak bersifat linear tapi bersifat
exponensial. Dengan transmisi yang Keterangan
bersifat exponensial jumlah kasus
Nh: Jumlah kasus perhari
barunya akan bertambah sangat cepat
secara exponensial. R : Jumlah rata rata
orang yang bertemu
kasus positif Covid-19
P : Peluang orang yg
bertemu dng kasus(+)
Sijabat (2020) Covid-19 untuk tertular
dan menjadi (+)

Nh+ x = (1 + R.P)x . Nh
Cara mengurangi Jumlah kasus
(+) Covid-19 pada hari ke x
adalah dengan mengurangi R
dan P

R P
Mengurangi R berarti mengurangi Mengurangi P berarti
jumlah rata rata orang yang bertemu mengurangi peluang orang
dengan pasien (+) Covid-19.: yang sehat untuk bertemu
Stay at home pasien (+) Covid-19 sehingga
WFH (work from home)/bekerja di tertular:
rumah, Physical distancing
PJJ (pembelajaran jarak jauh)/belajar di Penggunaan masker
rumah Cuci tangan pakai
Ibadah di rumah. sabun(CTPS)/hand sanitizer
Pola hidup sehat
Dikutip dari slide Dr.dr.Arta Duarsa
Upaya Penurunan Kasus
1. Turunkan Time (Durasi penularan)
1. Early diagnosis (test + trace)
2. Early intervention (isolasi + treatment)
2. Turunkan kemampuan penularan
– Masker
– Jaga jarak
– Pola hidup sehat: Cuci tangan,
– makan bergizi, istirahat cukup, olahraga
3. Turunkan Jml kontak
4. Physical dictancing, karantina,
5. Pembatasan komunitas
Karakteristik & Cara Penularan Covid-19

• Infektifitas/ penularan:
Tinggi dan cepat (High)
• Patogenesitas: Low-moderate
• Virulensi/Fatality: Moderate
• Dampak sosial ekonomi:
Besar dan merusak

Bagaimana dengan TBC?


DISKRIPSI SINGKAT TUBERKULOSIS

• TBC Penyakit infeksi yang


menular
• Disebabkan Mycobacterium
tuberculosis
• Penularan melalui udara
• sumber penularan adalah
pasien TBC BTA+
TBC...Penyakit Menular Yang Masih
Menjadi Masalah (Unfinish Agenda)

• Insidens: 397 per


100.000 pddk. = 4 orang
setiap 1000 pddk.
• Jumlah penderita TBC
di Indonesia No.3 di
dunia setelah India dan
China
SITUASI TBC DI INDONESIA
Baru 35% Ditemukan
Sisanya (65%) berisiko
menularkan pada orang
lain.
Dari yg ditemukan, 85%
• Jml Pasien TBC baru : menyelesaikan pengobatan
1.020.000/tahun dan sembuh
Sisanya putus berobat,
• Jml kematian Akibat meninggal, atau tidak
TBC : 110.000/tahun sembuh. Resisten,
menularkan.
TUJUAN

2020 2030 2050


TB SO: CDR : > 70%, Insidens
SR : > 85%
Tidak Ada
MDR : CDR > 80%
menurun 80% Kasus baru
SR >75% Mortalitas
menurun 90%

245/100.000 DDK 1/1.000.000 DDK 0

13
MASALAH TBC DI INDONESIA
SEMAKIN KOMPLEKS
• Jumlah kasus TBC yg tinggi
• MDR (Multi Drug Resitan)
• TB-HIV
Faktor Resiko Kejadian TBC
transmisi
Jml kasus TB BTA+
Faktor lingkungan
Resiko mjd TB bila dg HIV:
 Ventilasi • 5-10% setiap tahun
 Over Crowded • >30% lifetime
 Indoor
Faktor Perilaku
HIV(+) SEMBUH

PAPARAN INFEKSI TBC MATI


Konsentrasi Kuman  Keterlambatan diagnosis &
 Malnutrisi
Lama kontak pengobatan
 Penyakit DM,
 Tatalaksana tak memadai
Immunosupresan  Kondisi kesehatan buruk
DOTS
TB Epidemic
HIV Epidemic
MODEL INTERVENSI TB
TB
transmisi
do+s
FAKTOR RISIKO

EXPOSURE INFEKSI TB SEMBUH

• Preventif • Profilaksis MATI


• BCG
• Gizi
• Intervensi Lingkungan • BCG
• Dampak Sosek
• PSB
STRATEGI DOTS

Pemeriksaan
Komitme dahak
n mikroskopis yg
Politis bermutu
Strategi Terapi
DOTS jangka
Pencatatan pendek &
& diawasi
Pelaporan Penyediaan langsung
OAT yg
bermutu

DOTS = Directly Observed Treatment Short-course, Pengobatan


Jangka Pendek dengan Pengawasan Langsung.. Dapat memberi angka
kesembuhan yang tinggi, dengan biaya paling efektif.
Under-reporting
Best estimate (95% CI)

Total 41% (36% - 46%)


Facility type
Puskesmas 15% (11% - 20%)

Non-puskesmas 71% (61% - 79%)

Rumah Sakit 62% (52% - 72%)

Lain2 (DPM, Klinik) 96% (92% - 98%)


TB Inventory Study Team
Kemana Pasien TBC berobat?
(Riskesdas 2010: Pola pencarian pengobatan TBC di Sumatera)

Ada juga
yg ke
dukun

Apakah Semua Standar?


MASALAH UTAMA: RENDAHNYA PENEMUAN

Diobati, Tapi
Target SR 90%

Tidak Sembuh

in g
i s
s es
SR:93% M as
C

CDR: 26 %

CDR = Case Detection rate


SR = Treatment Sucses rate Target CDR 70%
Mengapa kasus TB ”tak terdeteksi”?
Apa Yang harus Dilakukan?
Promosi &
Penemuan Jumlah kasus TBC • Deteksi
Aktif Dini
• KIE
(Pelacakan
Kunj. kasus ke sarkes • PPM
kontak, dll)

• Kenyam
Kunj. kasus ke sarkes
standar (DOTS) anan
• Mutu
Kasus terdiagnosa • Sarana
dg benar oleh Sarkes
• Pelatihan
• Feedback
• Supervisi
Kasus yg dilaporkan • Reward &
Punishmen
KIE = Komunikasi, Edukasi, Informasi
PPM = Public Private Mix
DILAPOR
KAN notified cure

SEMBUH

DIOBATI

DIAGNOSIS notified cases

? ?
PRAKTEK
PUSKESMAS RUMAH SAKIT SWASTA/PRIBADI

PENDERITA YANG MENCARI PELAYANAN

PENDERITA YANG PEDULI DENGAN PENYAKITNYA

TOTAL KASUS Real cases


Beberapa opsi untuk pelayanan
penderita TB di RS
Mulai Konsul
Diagno Klasifi Peng
Peng tasi RR
sa kasi obatan
obatan klinis
1

di Rumah Sakit
di Puskesmas
JIKA SUMBER DAYA DPM TERBATAS
UNTUK MELAKSANAKAN
TATALAKSANA KASUS TBC STANDARD,

SEBAIKNYA
DIRUJUK KE PUSKESMAS
SPM : Pelayanan kesehatan orang terduga TBC

1. Definisi operasional:
Persentase jumlah orang terduga TBC yang mendpatkan pelayanan TBC
sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.

2. Rumus perhitungan:

Jumlah orang terduga TBC yang mendapatkan pelayanan


TBC sesuai standar di fasyankes dalam kurun waktu satu
Persentase Pelayanan
tahun
orang terduga TBC
Jumlah orang terduga TBC yang ada di wilayah kerja pada x 100
mendapatkan =
kurun waktu satu tahun yang sama %
pelayanan TBC sesuai
standar
Strategi Penemuan Kasus TB
1. Penemuan pasien TBC dilakukan secara pasif
intensif di fasilitas kesehatan dengan jejaring
layanan TBC
2. Penemuan pasien TBC secara aktif dan atau masif
berbasis keluarga dan masyarakat :
– Investigasi kontak pada paling sedikit 10 - 15 orang
kontak erat dengan pasien TBC.
– Penemuan di tempat khusus: Lapas/Rutan, tempat kerja,
asrama, pondok pesantren, sekolah, panti jompo.
– Penemuan di populasi berisiko: tempat penampungan
pengungsi, daerah kumuh
PERAN PROFESI KESEHATAN

• Profesional menerapkan standar profesi


yang sesuai dengan Pedoman Nasional
Penanggulangan TBC
• Diseminasi Informasi mengenai masalah
TBC
• Pelatihan & pendidikan berkelanjutan
• Penelitan & kegiatan Ilmiah
• Pengabdian masyarakat
PERAN RUMAH SAKIT

• Kontribusi dlm pelayanan TB dgn strategi


DOTS yg bermutu
• Penguatan Jejaring Internal, agar:
→ Tidak ada pasien TB yg hilang di RS
→ Tidak ada pasien TB yg DO di RS
• Penguatan Jejaring Eksternal (rujukan
dan rujuk balik)
Peran Dokter Praktek Mandiri (DPM)
1. Menjaring suspek TBC, dan apabila suspek dikirimkan ke fasyankes
lain harus dicatat di buku bantu.
2. Mengirimkan pasien untuk dilakukan pemeriksaan dahak ke
puskesmas,Rumah Sakit, Laboratorium swasta dll untuk penegakan
diagnosis TB.
3. Melakukan tatalaksana pasien TB berdasarkan Panduan Tatalaksana
Tuberkulosis sesuai dengan Strategi DOTS.
4. Memberikan penyuluhan kepada pasien TBC
5. Melakukan pencatatan sesuai format baku.
6. Berkoordinasi dengan Puskesmas dan Dinkes untuk masalah logistik,
pasien mangkir berobat, pencatatan dan pelaporan.
7. Berkoordinasi dengan IDI di wilayahnya dalam masalah jejaring yang
tidak berjalan dengan baik.
8. Berkoordinasi dengan fasyankes rujukan apabila ada rujukan kasus
yang tidak bisa ditanggulangi (diagnostik, kasus sulit, berat dan
komplikasi).
9. Berkoordinasi dengan sarana lain (Apotik swasta, laboratorium
swasta, rontgen, patologi, dll).
TANTANGAN SDM dan ANGGARAN
1. Rekrutmen, distribusi dan Kualitas SDM
2. Beban kerja, Turn over yang tinggi dan
Motivasi Petugas
3. Anggaran kurang
PELUANG
1. KERJASAMA DENGAN ORGANISASI PROFESI
2. PERAN MEDIA
3. PARTISIPASI MASYARAKAT DAN SWASTA (CSR)
Masalah
• Rendahnya Penemuan Kasus
• Kurangnya jejaring dalam penemuan dan
pencatatan/pelaporan kasus (PKM, RS,
Klinik, DPM dll)
• Rendahnya angka keberhasilan pengobatan,
terutama Praktek Mandiri.
• Kurangnya pemanfaatan data utk analisis
situasi dan monitoring-evaluasi Program TB
Rekomendasi
• Bimtek dan On The Job
Training
• Meningkatkan peran PMO
selain pemantauan
pengobatan, utk penemuan
terduga TBC di sekitar kasus.
• Deteksi dini Kasus TBC
• Penguatan jejaring TBC
(Pemerintah dan swasta)
Keberlangsungan Pelayanan Tuberkulosis
Selama Masa Pandemi Covid-19

Surat Kemenkes tentang:


Keberlangsungan Pelayanan Tuberkulosis Selama Masa
Pandemi Covid-19
1.Rujukan spesimen
2.Layanan alternatif
3.Mekanisme pemantauan minum obat
4.Penggunaan APD
5.Surveilans ketat

Protokol tatalaksana Pasien TB dalam masa pandemi COVID 19


1. Tindakan Pencegahan
2. Manajemen dan Perencanaan
3. Sumber Daya Manusia
4. Perawatan dan Pengobatan
• Prinsip DOTS adalah Menemukan dan
Menyembuhkan, bukan sekedar mengobati
• Yang Terbaik: Temukan sebanyak-
banyaknya, sembuhkan sebanyak
banyaknya pula
Semoga
bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai