Anda di halaman 1dari 10

Kerajaan Islam di Pulau Jawa

RENDI MAHENDRA
2010712011
Kerajaan Demak

A.Sejarah Berdirinya
Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa. Kerajaan Demak menjadi
pusat penyebaran agama Islam di Jawa di bawah kepemimpinan raja pertamanya. Kerajaan Demak berdiri
pada awal abad ke-16 Masehi seiring kemunduran Majapahit.

Pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah. Raden Patah adalah putra Raja Majapahit dan istrinya yang
berasal dari China dan menjadi mualaf, seperti dikutip dari buku Sejarah 8 Kerajaan Terbesar di Indonesia
oleh Siti Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM.

Kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di bawah kepemimpinan Raden Patah dengan
adanya peran sentral Wali Songo. Periode kepemimpinan Raden Patah adalah fase awal semakin
berkembangnya ajaran Islam di Jawa.
Raja Kerajaan Demak setelah Raden Fatah wafat pada 1518 yaitu Adipati Unus (1488 - 1521). Adipati Unus
adalah putra Raden Patah.

Sebelum menjadi sultan, Pati Unus terkenal dengan keberaniannya sebagai panglima perang. Julukan Pati
Unus yaitu Pangeran Sabrang Lor muncul dari keberaniannya sebagai panglima tersebut. Pati Unus
memimpin penyerbuan kedua ke Malaka melawan Portugis pada 1521. Pati Unus wafat pada pertempuran
tersebut.
B. Masa kejayaan Kerajaan Demak

Masa kejayaan Kerajaan Demak berlangsung saat dipimpin Sultan Trenggana


(1521 - 1546). Sultan Trenggana naik takhta setelah Pati Unus. Letak Kerajaan Demak
berada di Demak, Jawa Tengah. Pada periode Sultan Trenggana, wilayah kekuasaan
Demak meluas ke Jawa bagian timur dan barat. Pada 1527, pasukan Islam gabungan
dari Demak dan Cirebon yang dipimpin Fatahillah atas perintah Sultan Trenggana
berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.
Nama Sunda Kelapa lalu diganti menjadi Jayakarta yang berarti kemenangan yang
sempurna. Jayakarta kelak berganti nama menjadi Batavia, lalu Jakarta, ibu kota
Republik Indonesia. Sultan Trenggana wafat pada 1546. Insiden saat menyerang
Panarukan, Situbondo, yang saat itu dikuasai Kerajaan Blambangan (Banyuwangi)
membuat Sultan Trenggana terbunuh.
Wafatnya Sultan Trenggana membuat tampuk kepemimpinan Kerajaan Demak
diperebutkan. Pangeran Surowiyoto atau Pangeran Sekar berupaya untuk menduduki
kekuasaan mengalahkan Sunan Prawata, putra Sultan Trenggana. Sunan Prawata lalu
membunuh Surowiyoto dan menduduki kekuasaan.
C. Runtuhnya Kerajaan Demak
Keruntuhan Kerajaan Demak disebabkan oleh pemberontakan Adipati Hadiwijaya,
penguasa Pajang pada 1556. Hadiwijaya semula sangat setia pada Demak.
Pemberontakan Hadiwijaya disebabkan oleh Arya Penangsang yang membunuh Sunan
Prawata dan Pangeran Kalinyamat.
Pemberontakan Adipati Hadiwijaya menyebabkan runtuhnya Kerajaan Demak menjadi
vazal atau wilayah kekuasaan Kesultanan Pajang.
Kerajaan pajang

A. Sejarah Berdirinya
Sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa selalu diwarnai dengan dendam dan
pertumpahan darah. Sebagamana ketika Hadiwijaya (Jaka Tingkir) menyingkirkan
pemimpin Kerajaan Demak, Arya Penangsang. Lalu berdirilah Kerajaan Pajang
pada tahun 1568 Masehi. Sebelum berdiri sendiri menjadi kerajaan, Pajang
merupakan wilayah di bawah kekuasaan Kerajaan Demak. Wilayah Pajang
dipimpin oleh Adipati Jaka Tingkir. Jaka Tingkir masih memiliki hubungan
dengan Kerajaan Demak. Ia merupakan menantu dari Sultan Trenggono.
Setelah Arya Penangsang Lengser, Jaka Tingkir diangkat menjadi pemimpin
Demak. Ia mendapat gelar Sultan Hadiwijaya, yakni gelar pengukuhan dari
wilayah-wilayah yang berada di bawah Kerajaan Demak.
Sultan Hadiwijaya kemudian memindahkan pusat pemerintahan dari Demak ke
Pajang. Selain kekuasaan, Hadiwijaya juga memindahkan seluruh benda pusaka
Kerajaan demak ke Pajang. Ia pun menjadi raja pertama Kerajaan Pajang.
B. Masa Kejayaan
Saat dipimpin oleh Hadiwijaya, Kerajaan Pajang mencapai
puncak masa kejayaannya. Raja-raja penting di Jawa Timur pada
saat itu mengakui kedudukan dan wilayah kekuasaannya. Selain
itu, Raja Hadiwijaya juga berhasil membuat kekuasaannya
bertambah luas. Dari tanah pedalamannya, ia berhasil memegang
wilayah ke arah timur, yakni sampai madiun. Tahun 1554, ia
berhasil menggulingkan Blora. Ia juga menaklukan Kediri pada
tahun 1577.
Tak hanya sukses dalam hal politik. Pajang juga mempunyai
sumber daya alam dan sosial budaya yang maju. Daerah Kerajaan
Pajang merupakan lumbung padi yang besar. Di kawasan tersebut
saluran irigasi berjalan lancar. Hadiwijaya juga memperoleh
penobatan sebagai Sultan Islam. Penghargaan tersebut diberikan
oleh raja-raja penting di Jawa Timur.
C. Runtuhnya Kerajaan Pajang
Tahun 1582 terjadi perang antara Pajang dan Mataram. Usai perang, Raja
Hadiwijaya sakit dan wafat. Lepas dari kepemimpinannya, kekuasaan Pajang menjadi
rebutan putranya Pangeran Benawa dengan menantunya Arya Pangiri.
Tahta Kerajaan Pajang pun diambil alih oleh Arya Pangiri. Sedangkan Pengeran
Benawa bertolah ke Jipang. Namun kepemimpinan Arya Pangiri tidak sebijak raja
sebelumnya. Ia sibuk mengurusi upaya balas dendam terhadap Mataram. Karena hal
itu, kehidupan rakyat Pajang tidak diperhatikan.
Pangeran Benawa yang merasa prihatin mengetahui kondisi Pajang.
Tahun 1586, Pangeran Benawa bekerja sama dengan Sutawijaya untuk menyerang
Pajang. Meski sebelumnya Sutawijaya melawan ayahnya Hadiwijaya, tetapi Pangeran
Benawa masih merangkulnya sebagai saudara. Arya Pangiri pun kalah di tangan dua
persekutuan tersebut. Ia dipulangkan ke daerah asalny,  Demak. Kepemimpinan
Kerajaan Pajang kemudian diambil oleh Pangeran Benawa. Tahun 1587, pemerintahan
Pangeran Benawa berakhir. Namun tidak ada putera mahkota yang meneruskan
tahtanya. Karena hal itu, Pajang pun diwariskan menjadi wilayah kekuasaan Mataram.
Kerajaan Banten
A. Sejarah berdirinya
Kerajaan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam di Provinsi Banten. Pada
awalnya kawasan Banten juga dikenal dengan Banten Girang merupakan
bagian dari Kerajaan Sunda. Kerajaan ini memiliki hubungan erat dengan
Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak. Sunan Gunung Jati atau Syarif
Hidayatullah, Sultan Cirebon kedua adalah ayah dari Maulana Hasanuddin.
Kedatangan pasukan Kerajaan Demak di bawah pimpinan Maulana
Hasanuddin ke kawasan tersebut selain untuk perluasan wilayah juga sekaligus
penyebaran dakwah Islam. Ia menjadi pemimpin pertama Kerajaan Banten
yang memerintah pada 1522 sampai dengan 1570.
Kerajaan Banten didirikan oleh Maulana Hasanudin, putra dari Syarif
Hidayatullah, Sultan Cirebon. Selain mulai membangun benteng pertahanan di
Banten, Maulana Hasanuddin juga melanjutkan perluasan kekuasaan ke
kawasan penghasil lada di Lampung.
B. Masa Kejayaannya
Kerajaan Banten merupakan kerajaan maritim dan mengandalkan
perdagangan dalam menopang perekonomiannya. Kesultanan Banten
berkembang pesat dengan menjadi salah satu pusat niaga yang penting pada
masa itu.
Perdagangan laut berkembang ke seluruh Nusantara. Banten kemudian
menjadi kawasan multietnis. Banten juga berdagang dengan Persia, India,
Siam, Vietnam, Filipina, Tiongkok dan Jepang, dibantu orang Inggris,
Denmark, dan Tionghoa.
Sultan Ageng Tirtayasa yang memerintah pada 1651-1682 dipandang
sebagai masa kejayaan Kerajaan Banten. Di bawah kekuasannya, Banten
memiliki armada. Ia mengupah orang Eropa untuk memperagakan pekerjaan
pada Kesultanan Banten.
Dalam mengamankan jalur pelayarannya Banten juga mengirimkan
armada lautnya ke Sukadana atau Kerajaan Tanjungpura (sekarang
Kalimantan Barat) dan menaklukkannya pada 1661. Pada masa ini Banten
juga berupaya keluar dari tekanan yang dilakukan VOC, yang sebelumnya
telah melaksanakan blokade atas kapal-kapal dagang menuju Banten.
C. Kemunduran
Kerajaan Banten mengalami kemunduran yang bermula dari perselisihan Sultan
Ageng Tirtayasa dengan sang putra, yakni Sultan Haji karena perebutan kekuasaan.
VOC lalu memanfaat keadaan tersebut dengan cara memihak Sultan Haji dan membuat
Sultan Ageng bersama dengan 2 orang puteranya, yakni Pangeran Purbaya serta Syekh
Yusuf harus mundur menuju pedalaman Sunda.
Pada 14 Maret 1683, Sultan Ageng kemudian ditangkap dan ditahan di Batavia. Ini
menyusul pada 14 Desember 1683, Syekh Yusuf juga ditangkap VOC serta Pangeran
Purbaya yang kemudian juga menyerahkan dirinya.
Bantuan dan dukungan VOC kepada Sultan Haji mesti dibayar dengan memberikan
kompensasi kepada VOC. Antara lain, pada 12 Maret 1682 wilayah Lampung
diserahkan kepada VOC. Ini seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac
de Saint Martin, Laksamana kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten.
Akhirnya VOC juga memeeroleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung.
Berdasarkan perjanjian pada 17 April 1684, Sultan Haji juga mesti mengganti kerugian
akibat perang tersebut kepada VOC. Sultan Haji kemudian meninggal pada 1687 dan
VOC menguasai Banten. Ini membuat pengangkatan Sultan Banten harus disetujui oleh
Gubernur Jenderal Hindian Belanda di Batavia. Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya
untuk menggantikan Sultan Haji dan kemudian digantikan kembali oleh Sultan Abul
Mahasin Muhammad Zainul Abidin.

Anda mungkin juga menyukai