Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK

KELOMPOK 2

● RIKA YUNUS

● IRNA AGUSTIANI
Komunikator dapat langsung tatap muka, sehingga
stimulus yakni pesan atau informasi yang disampaikan oleh
komunikan, langsung dapat direspon atau ditanggapi pada
saat itu juga. Komunikasi terapeutik termasuk dari
komunikai interpersonal. Bentuk komunikasi yang lain
adalh komunikasi masa, komunikasi ini menggunakan
saluran media massa, atau berkomunikasi melalui media
masa. Komunikasi melalui media masa kurang efektif
dibanding dengan komunikasi interpersonal Notoatmodjo,
2003
PENGERTIAN

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan


atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau
perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang
dihadapinya melalui komunikasi Suryani, 2005. Menurut
Purwanto 1994, komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya
komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional
yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien.
PRINSIP DASAR KOMUNIKASI
TERAPEUTIK
Menurut Suryani 2005 ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami
dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik.
Pertama, hubungan perawat dengan klien adalah hubungan terapeutik yang
saling menguntungkan. hubungan ini didasarkan pada prinsip ”humanity of
nurse and clients”. Kualitas hubungan perawat-klien ditentukan oleh
bagaimana perawat mendefenisikan dirinya sebagai manusia. Hubungan
perawat dengan klien tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong
dengan kliennya tapi lebih dari itu, yaitu hubungan antar manusia yang
bermartabat. Kedua, perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap
individu mempunyai karakter yang berbeda-beda. Karena itu perawat perlu
memahami perasaan dan prilaku klien dengan melihat perbedaan latar
belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu.
LANJUTAN.....
Ketiga, semua komunikasi yang dilakukan harus dapat
menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan, dalam
hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan
harga diri klien. Keempat, komunikasi yang menciptakan
tumbuhnya hubungan saling percaya harus dicapai terlebih
dahulu sebelum menggali permasalahan dan Universitas
Sumatera Utara memberikan alternatif pemecahan masalah.
hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah
kunci dari komunikasi terapeutik.
Sikap Perawat Dalam Berkomunikasi
Perawat hadir secara utuh fisik dan psikologis pada waktu
berkomunikasi dengan klien. Perawat tidak cukup hanya
mengetahui teknik Universitas Sumatera Utara komunikasi dan
isi komunikasi tetapi yang sangat penting adalah sikap atau
penampilan dalam berkomunikasi. 1. Kehadiran diri secara fisik
Cara untuk menghadirkan diri secara fisik yaitu berhadapan,
mempertahankan kontak mata, membungkuk ke arah klien,
mempertahankan sikap terbuka dengan tidak melipat kaki
atau tangan dan tetap releks. Sikap fisik dapat pula disebut
sebagai perilaku non verbal yang perlu dipelajari pada setiap
tindakan keperawatan.
Beberapa perilaku non verbal yang dikemukakan
Clum 1991 dalam Mundakir, 2006 yang perlu diketahui
dalam merawat anak adalah
a. Gerakan mata Gerakan mata dapat dipakai untuk memberikan perhatian.
Kontak mata dan ekspresi muka adalah alat pertama yang dipakai untuk
pendidikan dan sosialisasi. anak sangat peka terhadap sikap perawat dalam
memberikan pelayanannya, misalnya perawat melotot menunjukkan perawat
tidak suka dengan perilaku pasien dan sikap ini menjadi ancaman bagi pasien.

b. Ekspresi muka Ekspresi muka umumnya dipakai sebagai bahasa non verbal
namun banyak dipengaruhi budaya. Orang yang tidak percaya pasti akan tampak
dari ekspresi muka tanpa ia sadari. Perawat perlu menyadari dan menjaga
tentang perubahan yang terjadi pada dirinya. Keberadaan Universitas Sumatera
Utara perawat adalah sebagai penolong bagi klien sehingga selalu dituntut
berekspresi yang sejuk dan hangat kepada klien.
Lanjutan...
c. Sentuhan Sentuhan merupakan cara interaksi yang mendasar. Konsep diri
didasari oleh asuhan ibu yang memperlihatkan perasaan menerima dan
mengakui. Ikatan kasih sayang dibentuk oleh pandangan, suara dan sentuhan
yang menjadi elemen penting dalam pembentukan ego, perpisahan dan
kemandirian. Sentuhan sangat penting bagi anak sebagai alat komunikasi dan
memperlihatkan kehangatan, kasih sayang yang pada kemudian hari
diharapkan mampu mengembangkan hal yang sama baginya. 2. Kehadiran Diri
Secara Psikologis Kehadiran diri secara psikologis dapat dibagi menjadi dua
dimensi yaitu dimensi respon dan dimensi tindakan. Dimensi respon merupakan
sikap perawat secara psikologis dalam berkomunikasi dengan klien. Dimensi
respon terdiri dari respon perawat yang ikhlas, menghargai, empati dan
konkrit.
Tahap Komunikasi Terapeutik Hubungan terapeutik perawat-klien sebagaimana disebutkan
Potter dan Perry 2005 terdiri dari empat fase yang masing-masing fase memiliki karakteristik
dan tujuan yang berbeda. Adapun fase-fase hubungan terapeutik tersebut terdiri dari:
1. Fase Pra-Interaksi Fase ini dimulai sebelum perawat bertemu dengan klien untuk pertama
kalinya dan merupakan fase dimana perawat merencanakan pendekatan terhadap klien.
2. Fase Orientasi atau Perkenalan Fase ini dimulai saat pertama kali perawat bertemu
dengan klien dan saling mengenal satu sama lainnya. Perawat perlu menampilkan sikap
yang hangat, empati, menerima dan bersikap penuh perhatian terhadap klien. Hubungan
pada fase ini masih bersifat superfisial, tidak pasti dan masih tentatif. Klien biasanya akan
menguji kemampuan dan komitmen perawat dalam memberikan asuhan sesuai dengan
harapan yang dimilkinya.
3. Fase Kerja Fase kerja merupakan dimana perawat dan klien bekerja sama untuk
memecahkan suatu masalah dan mencapai tujuan bersama. Perawat perlu memotivasi
klien untuk berekspresi, mengeksplorasi dan menetapkan tujuan yang hendak dicapai.
Pada fase ini perawat dapat menunjukkan sikap caring dengan memberikan informasi
yang dibutuhkan klien, melakukan tindakan yang sesuai dan menggunakan teknik
komunikasi terapeutik. Perawat juga dapat membantu klien dalam menggali pikiran dan
perasaannya, mengeksplorasi stressor, mendorong perkembangan kesadaran diri klien,
mendukung pemakaian mekanisme koping yang adaptif dan merencanakan program
selanjutnya yang sesuai dengan kemampuan klien.
Lanjutan. . .
4. Fase Terminasi Fase terminasi merupakan fase untuk mengakhiri
hubungan. Perawat bersama klien dapat saling mengeksplorasi
perasaan yang muncul akibat dari perpisahan yang akan dijalani. Pada
fase ini baik perawat maupun klien dapat merasakan perasaan puas,
senang, marah, sedih, jengkel dan perasaan lainnya yang mungkin
menimbulkan ketidaknyamanan. Perawat perlu menghadirkan
reaalitas perpisahan kepada klien dan melakukan evaluasi dari
pencapaian tujuan setelah interaksi dilakukan. Pada fase ini perawat
juga perlu menetapkan rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan
klien terkait intervensi yang baru saja dilakukan pada fase kerja dan
menetapkan kontrak untuk interaksi yang berikutnya.
TERIMA KASIH :)

Anda mungkin juga menyukai