KELOMPOK 1
EKA ELIYANA
HILAL BAKHTIYANA
NORMA PITRIA DEWI
TARPI SETIAWAN
VINNA DWIYANTI
A. TAKHALLI
Takhalli atau penarikan diri. Takhalli merupakan segi filosofis terberat, karena terdiri dari mawas diri, pengekangan
segala hawa nafsu dan mengkosongkan hati dari segala-galanya, kecuali dari diri yang dikasihi yaitu Allah SWT.
Hal ini akan dapat dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dengan segala bentuk dan berusaha
melepaskan dorongan hawa nafsu jahat.
Menurut kelompok sufi, maksiat dibagi menjadi dua : maksiat lahir dan batin.
A. Maksiat lahir Adalah segala maksiat tercela yang di kerjakan oleh anggota lahir.
B. maksiat batin adalah segala sifat tercela yang dilakukan oleh anggota batin dalam hal ini adalah hati, sehingga
tidak mudah menerima pancaran nur Illahi, dan tersingkaplah tabir (hijab) , yang membatasi dirinya dengan
tuhan. dengan jalan sebagai berikut :
1.Menghayati segala bentuk ibadah, sehingga pelaksananya tidak sekedar apa yang terlihat secara lahiriyyah, namun
lebih dari itu, memahami makna hakikinya.
2.Riyadhoh (latiahan) dan mujahadah (perjuangan) yakni berjuang dan berlatih membersihkan diri dari kekangan
hawa nafsu, dan mengendalikan serta tidak menuruti keinginan hawa nafsuny tersebut. Menurut Al-Ghozali,
riyadoh dan mujahadah itu adalah latihan dan kesungguhan dalam menyingkirkan keinginan hawa nafsu (shahwat)
yang negativ dengan mengganti sifat yang positive.
3.Mencari waktu yang tepat untuk mengubah sifat buruk dan mempunyai daya tangkal terhadap kebiasaan buruk
dan menggantikanya dengan kebiasaannya yang baik.
4.Mukhasabah (koreksi) terhadap diri sendiri dan selanjutnya meninggalkn sifat-sifat yang jelek itu. Memohon
pertolongan Allah dari godaan syaitan.
sifat-sifat kemkasiatan , sifat itu diantaranya :
2. Tamak 4. Riya’
Pengertian tamak menurut Ahmad Rifa’i adalah Yang dimaksud riya’ menurut Ahmad Rifa’i adalah
hati yang rakus terhadap dunia sehingga tidak memperlihatkan atas kebaikannya kepada manusia
memperhitungkan halal dan haram yang biasa. Sedangkan menurut istilah adalah melakukan
mengakibatkan adanya dosa besar. ibadah dengan sengaja dalam hatinya yang bertujuan
karena manusia (dunia) dan tidak beribadah semata-
mata tertuju karena Allah.
lanjutannya
6. HasudAhmad Rifa’i mengartikan hasud adalah berharap akan nikmatnya tuhan yang ada
pada orang Islam baik itu ilmu, ibadah maupun harta benda.
1. ZuhudSecara harfiah zuhud adalah bertapa di dalam dunia.Sedangkanmenurut istilah yaitu bersiap-siap di dalam
hatinya untuk mengerjakan ibadah, melakukan kewajiban semampunya dan menyingkir dari dunia yang haram serta
menuju kepada Allah baik lahir maupun batin
2. Qona’ahSecara harfiah qona’ah adalah hati yang tenang. Sedangkan menurut istilah adalah hati yang tenang
memilih rihda Allah, mencari harta dunia sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan kewajiban dan menjauhkan
maksiat.
3. SabarSabar secara harfiah bermakna menanggung penderitaan. Sedangkan menurut istilah menanggung penderitaan
yang mencakup tiga half yaitu: a. Menanggung penderitaan karena menjalankan ibadah yang sesungguhnya.b.
Menanggung penderitaan karena taubat dan berusaha menjauhkan diri dari perbuatan maksiat baik lahir maupun
batin.
4. TawakalTawakal adalah pasrah kepada Allah terhadap seluruh pekerjaan, sedangkan secara istilah adalah pasrah
kepada seluruh yang diwajibkan Allah dan menjauhi dari segala yang haram.
5. MujahadahArti harfiah dari mujahadah ialah bersungguh-sungguh dalam melaksanakan perbuatan sedangkan secara
istilah adalah bersungguhsungguh sekuat tenaga dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan
Lanjutannya
6. RidhaRidha berarti dengan senang 7. SyukurAhmad Rifa’i memjelaskan 8. IkhlasApa yang disebut
hati, sedangkan menurut istilah kata syukur yakni mengetahui akan ikhlas menurut Ahmad Rifa’i
adalah sikap menerima atas segala nikmat Allah berupa nikmat adalah membersihkan,
pemberian Allah dibarengi dengan keimanan dan ketaatan dengan jalan sedangkan secara istilah
sikap menerima ketentuan hukum memuji Allah yang telah ikhlas adalah membersihkan
syari’at secara ikhlas dan penuh memberikan sandang dan pangan. hati untuk Allah semata
ketaatan serta menjauhi dari segala sehingga dalam beribadah
macam kemaksiatan baik lahir tidak ada maksud lain
maupun batin. kecuali kepada Allah.
C. TAJALLI
Tajalli bermakna pecerahan atau penyngkapan. Suatu term yang berkembang di kalangan sufisme sebagai
pencerahan hati hamba-hamba saleh.Tajalli adalah tersingkapnya tirai penyekap dai alam gaib sebagai hasil dari
suatu meditasi.Tajalli berarti Allah menyingkapkan diri-Nya kepada makhluk-Nya. Penyingkapan diri Tuhan tidak
pernah berulang secara sama dan tidak pernah pula berakhir. Apabila seseorang bisa melalui dua tahap tkhalli dan
tajalli maka dia akan mencapai tahap yang ke tiga, yakni tajalli, yang berarti lenyap tau hilangnya hijab dari sifat
kemanusiaan. Setiap tajalli melimpahkan cahaya demi cahaya sehingga seorang yang menerimanya akan
tenggelam dalam kebaikan. Tajalli melampaui kata-kata. Tajalli adalah ketakjupan.
Al-Jilli membagi tajalli menjadi empat tingkatan yaitu :
a. Tajalli Af`al, yaitu tajalli Allah pada perbuatan seseorang, artinya segala aktivitasnya itu disertai qudratn-Nya,
dan ketika itu dia melihat-Nya
b. .b. Tajalli Asma`, yaitu lenyapanya seseorang dari dirinya dan bebasnya dari genggaman sifat-sifat kebaruan
dan lepasnya dari ikatan tubuh kasarnya. Dalam tingkatan ini tidak ada yang dilihat kecuali hannya dzat Ash
Shirfah (hakikat gerakan), bukan melihat asma`.
c. c. Tajalli sifat, yaitu menrimanya seorang hamba atas sifat-siafat ketuhanan, artinya Tuhan mengambil tempat
padanya tanapa hullul dzat-Nya.
d. d. Tajalli Zat, yaitu apabila Allah menghendaki adanya tajalli atas hamba-Nya yang mem-fana` kan dirinya
maka bertempat padanya karunia ketuhanan yang bisa berupa sifat dan bisa pula berupa zat, disitulah terjadi
ketunggalan yang sempurna.
Al-Kalabadzi membagi tajalli menjadi tiga macam , yaitu
sebagai berikut :
Dalam ittihad, “identitas telah hilang, identitas telah menjadi satu.” Sufi yang
bersangkutan, karena fana‟nya telah tak mempunyai kesadaran lagi, dan berbicara
dengan nama Tuhan. Pencetus konsep al-ittihad adalah Abu Yazid al-Busthami.
Nama lengkapnya adalah Thaifur Ibn Isa ibnu Sarusyan. Dia berasal dari Bustham.
Kakeknya, Sarusyan sebelum masuk Islam adalah seorang pemeluk agama Majusi,
selanjutnya masuk Islam. Abu Yazid meninggal tahun 261 H. (Al-Qusyairi, al-
Risalah al-Qusyairiyah, Pakistan, 1964, hal.115).
Selain itu, Ittihad adalah tahapan selanjutnya yang dialami seorang sufi setelah melalui tahapan fana’ dan baqa’.
Dalam tahapan ittihad, seorang sufi bersatu dengan tuhan.
Proses terjadinya fana’ hingga mencapai ittihad atau menyatu dengan wujud Allah digambarkan sebagai berikut :
Pada awal mulanya lenyap kesadaran akan diri dan sifat-sifat pribadinya lantaran telah menghayati sifat-sifat
Allah, lalu lenyapnya kesadaran akan penghayatan terhadap sifat-sifat Allah lantaran telah memulai menyaksikan
keindahan wajah Allah, lalu lenyapnya kesadaran akan penghayatan terhadap sifat-sifat Allah, lalu lenyapnya
kesadaran akan penghayatan terhadap sifat-sifat Allah lantaran telah mulai menyaksikan keindahan wajah Allah,
kemudian akhirnya lenyap kesadaran akan kefanaannya itu sendiri lantaran telah merasa lebur atau menyatu
dalam wujud Allah.
seorang sufi harus melalui tiga tahapan, Yaitu pertama, lenyapnya kesadaran akan alam sekelilingnya lantaran
seluruh kesadarannya telah beralih dan terpusat ke alam batin. Itulah baqa’ dalam penghayatan ghaib yang dalam
tasawuf dinamakan kasyf. Pada tingkat kedua mulai menyaksikan langsung apa yang mereka yakini sebagai zat
AlHaqq (Tuhan). Itulah penghayatan ma’rifatullah. Yang mereka hayati dalam alam kejiwaan sewaktu fana’.
Pada tingkat ketiga atau pada puncak penghayatan ma’rifah adalah fana’ al-fana’, yakni lenyapnya kesadaran akan
keberadaan dirinya lantaran telah terhisap dan luluh dalam kesatuan dengan Tuhannya.
E.HULUL
Kata al-hulul adalah bentuk masdar dari kata kerja halla yang berarti tinggal atau
berdiam diri. Secara terminologis kata al-hulul diartikan dengan paham bahwa
Tuhan dapat menitis ke dalam makhluk atau benda.
Secara harfiah hulul berarti Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia
tertentu, yaitu manusia yang telah dapat melenyapkan sifat-sifat kemanusiaannya
melalui fana’.
Dalam sufistik-mistis, orang yang mengalami hulul akan mengeluarkan gumaman-
gumaman syatahat (kata-kata aneh) yang menurut para mistikus disebabkan oleh
rasa cinta yang melimpah.
Hulul atau juga sering disebut “peleburan antara Tuhan dan manusia” adalah paham
yang dipopulerkan Mansur al-Hallaj. Paham ini menyatakan bahwa seorang sufi
dalam keadaan tertentu, dapat melebur dengan Allah. Dalam hal ini, aspek an-nasut
Allah bersatu dengan aspek al-lahut manusia.
AJARAN HULUL
Menurut al-Hallaj manusia mempunyai sifat dasar yang ganda, yaitu sifat
Ketuhanan atau lahut dan sifat kemanusiaan atau nasut. Demikian juga halnya
tuhan memiliki sifat ganda, yaitu sifat-sifat Ilahiyat dan lahut dan sifat Insaniyah
atau nasut.