TRAFFICKING PADA
PEREMPUAN
Nama kelompok 1 :
1. Adfa Reza Safitri
2. Diah Ayu Ismawati
3. Diva Pratama Febrianty
4. M. Fahmi Syarif
5. Ummah Nazilah
6. Reynaldi Yusuf
Definisi
Trafficking adalah konsep dinamis dengan wujud yang berubah dari waktukewaktu, sesuai
perkembangan ekonomi, sosial dan politik. Sampai saat ini tidak ada definisi trafficking yang disepakati
secara internasional, sehingga banyak perdebatan dan respon tentang definisi yang dianggap paling
tepat tentang fenomena kompleks yang disebut trafficking ini.
Pada tahun 1994 PBB mendefinisikan trafficking sebagai pergerakan dan penyelundupan orang secara
sembunyi-sembunyi melintasi batas-batas negara dan internasional, kebanyakan berasal dari negara
berkembang dan negara-negara yang ekonominya berada dalam masa transisi, dengan tujuan untuk
memaksa perempuan dan anak-anak masuk ke dalam sebuah situasi secara seksual maupun ekonomi
terkompresi, dan situasi eksploitatif demi keuntungan perekrut, penyelundup, dan sindikat kriminal
seperti halnya aktivitas ilegal lainnya yang terkait dengan perdagangan ( trafficking), misalnya pekerja
rumah tangga paksa, perkawinan palsu, pekerja yang diselundupkan dan adopsi palsu.
B. Faktor- Faktor Penyebab
Trafficking Human
1. Faktor Ekonomi
Ekonomi yang minim atau disebut kemiskinan menjadi factor penyebab utama terjadinya
Human Trafficking. Ini menunjukkan bahwa perdagangan manusia merupakan ancaman
yang sangat membahayakan bagi orang miskin. Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi
bahwa rendahnya ekonomi membawa dampak bagi prilaku sebagian besar masyarakat.
Ekonomi yang pas-pasan menuntut mereka untuk mencari uang dengan berbagai cara.
Selain itu budaya konsumvitisme, juga ikut andil menambah iming-iming masyarakat untuk
mencari biaya penghidupan. Semua ini menjadikan mereka dapat terjerumus ke dalam
prostitusi dan tindak asusila lainnya.
2. Posisi Subordinat Perempuan
dalam Sosial dan Budaya
Seperti halnya kondisi pedagangan manusia yang terjadi di dunia, untuk Indonisia penelitian-
penelitia yang dilakukan di lembaga pendidikan dan LSM menunjukkan sebagian besar korban
perdagangan manusia adalah perempuan dan anak-anak. Indonisia adalah suatu masyarakat yang
patrialkhal, suatu struktur komonitas dimana kaum laki-laki yang lebih memegang kekuasaan dipersepsi
sebagai struktur yang mendegorasi perempuan baik dalam kebijakan pemerrintah maupun dalam prilaku
masyarakat. Misalnya perumusan tentang kdudukan istri dalam hokum perkawinan, kecenderungan
untuk membayar upah buruh wanita di bawah upah buruh laki-laki, atau kecenderungan lebih
mengutamakan anak laki-laki dari pada anak perempuan dalam bidang pendidikan, merupakan salah satu
refleksi keberadaan permpuan dalam posisi subordinat dibandingkan dengan laki-laki.
3. Faktor pendidikan
Dalam menjalankan operandinya para trafficker sering menggunakan mudus berupa iming-
iming. Di antara modus-modusnya antara lain yaitu:
1. Tawaran Kerja
Salah satu modus human trafficking yang sering dilakukan adalah penawaran kerja ke
luar pulau atau luar negeri dengan gaji tinggi. Pelaku biasanya mendatangi rumah calon
korbannya dan saat pemberangkatan juga tanpa dilengkapi surat keterangan dari
pemerintah desa setempat.
Cara tersebut dilakukan untuk menghilangkan kecurigaan sejumlah pihak, termasuk
memberi kemudahan kepada keluarga korban untuk dapat diterima kerja tanpa harus
mengurus sejumlah surat kelengkapan kerja di luar daerah atau negeri. Dari pihak orang
tua korban sudah tidak memperdulikan aturan atau kelengkapan surat-surat kerja karena
sudah termakan oleh bujukan pelaku.
Modusnya adalah para calo atau perantara memberi iming-iming bagi para korban
dengan menawarkan bekerja di mall dan salon dengan gaji besar. Selanjutnya korban
diserahkan pada germo yang kemudian dipekerjakan secara paksa sebagai wanita
penghibur di tempat-tempat hiburan malam.
2. Bius
Rayuan dan iming-iming pekerjaan bukan lagi menjadi modus yang paling sering dilakukan dalam human
trafficking, tetapi saat ini orang bisa menjadi korban perdagangan manusia dengan kekerasan seperti dibius.
Modus ini menggunakan kekerasan, cara modus ini berawal dari penculikan terhadap korban, kemudian
pelaku membiusnya dengan suntikan ataupun dengan alat yang lain yang digunakan untuk membius.
Kemudian korban dibawa dan dipertemukan dengan sang bos. Setelah itu korban diserahkan jaringan
lainnya untuk dibawa ke negara lain tanpa membawa paspor untuk dipekerjakan secara paksa sebagai
pekerja seks.
D. Dampak/ Pengaruh Trafficking Human
Berdasarkan perspektif historis, startegi dan tahapan, serta faktor penyebab human trafficking, maka hal
tersebut menempatkan perempuan korban trafficking dalam situasi yang beresiko tinggi yang berdampak
terhadap fisik, psikismaupu kehidupan sosial perempuan korban trafficking sebagaimana yang digambarkan
Course Instruction (2011: 13, 14) sebagai berikut.
1. Dampak Psikologi dan Kesehatan Mental
Menurut Williamson et al. (2010: 2), perempuan korban trafficking sering mengalami, menyaksikan, atau
dihadapkan dengan suatu peristiwa atau kejadian yang melibatkan cedera aktual atau terancam kematian yang
serius, atau ancaman terhadap integritas fisik diri sendiri atau orang lain" dan tanggapan mereka terhadap
peristiwa ini sering melibatkan "rasa takut yang sangat, dan ketidakberdayaan, sebagai reaksi umum dari post
traumatic stressdisorder (PTSD). Pengalaman traumatis dan ketakutan dialami perempuankorban trafficking
sejak awal mereka ditangkap secara paksa, mengalami penyekapan di daerah transit sebelum dikirim ke tempat
tujuan untuk dijual dan di eksploitasi (American Association, 2005: 467).
Para perempuan korban trafficking seringkali mengalami kondisi yang kejam yang mengakibatkan trauma
fisik, seksual dan psikologis. Kegelisahan, insomnia, depresi dan post traumatic stress disorder
menggambarkan standar evaluasi atau penilaian yang mengecewakan nilai diri dengan memandang
rendah diri sendiri (Taylor, 2012:1). Para perempuan korban trafficking seringkali kehilangan kesempatan
penting untuk mengalami perkembangan sosial, moral, dan spiritual. Hilang harapan tanpa tujuan hidup
yang jelas, suram dan gelap masa depan.
1. Memperbaiki kualitas pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menegah Atasuntuk
memperluas angka partisipasi anak laki-laki dan anak perempuan.
2. Mendukung keberlanjutan pendidikan dasar untuk anak perempuan setelah lulus sekolah dasar
3. Menyediakan pelatihan keterampilan dasar untuk memfasilitasi kenaikan penghasilan
4. Menyediakan pelatihan kewirausahaan dan akses ke kredit keuangan untuk memfasilitasi usaha
sendiri.
5. Merubah sikap dan pola pikir keluarga dan masyarakat terhadap trafficking anak.
Kasus Human Trafficking
Suara Ibu Sulis terdengar geram ketika bercerita mengenai apa Para pelaku praktek perdagangan orang ini diduga
yang terjadi pada salah satu putrinya, yang menjadi korban – dan menggunakan sistem sel yang terputus-putus di satu daerah ke
pada akhirnya penyintas – perdagangan orang pada pertengahan daerah lain., Hampir serupa dengan cara sindikat narkoba
2021. “Tidak bisa saya bayangkan ketakutannya., Dia jauh dari beroperasi. Sehingga gadis-gadis ini bertemu dengan orang
rumah, bekerja untuk rumah biadab itu. Dia melihat semuanya., yang berbeda yang membawa mereka. Dan cerita sedih
Dia seperti jadi orang lain ketika saya pertama kali mendengar berkepanjangan dimulai ketika mereka menginjakkan kaki di
suaranya (melalui telepon) setelah sekian lama tidak tempat kerja mereka.“Dia magang untuk 3 bulan baru boleh
berhubungan,” kata Ibu Sulis berapi-api. dibawa keluar. Selama itu dia kerja melayani tamu, menemani
minum. Setiap hari dia disuruh memakai pakaian seminim
“Keluarga kami broken home. Anak-anak melihat orangtua tidak
mungkin dan dipajang di ruang kaca. Bisa saya katakan
akur. Mungkin itu yang menyebabkan dia memutuskan pergi,”
separuh telanjang,” kata Ibu Sulis menceritakan apa yang dia
jelas Ibu Sulis“Anak saya mungkin frustasi dan tidak tahan
dengar dari anaknya.Bella dan teman-temannya melihat
kondisi keluarga kami,” tegas ibu Sulis, 45 tahun.Bella yang lahir
perlakuan buruk kepada perempuan yang bekerja di sana.;
pada tahun 1995, menurut ibunya, tergoda dengan iming-iming
Bukan hanya dari para pelanggan tetapi juga pekerja laki-laki
gaji Rp 10 juta per bulan sebagai SPG. Dia mendapat tawaran
serta pemilik tempat hiburan itu.“Mereka membuat
dari teman masa kecilnya yang memang sudah lebih dulu
perempuan menjadi binatang. Menjerat dengan hutang yang
bekerja.Bersama dengan teman lama dan sahabatnya, Bella pergi
jelas-jelas tidak akan sanggup mereka bayar. Ada ibu-ibu
diam-diam meninggalkan desa dan merasa bahwa mencari nafkah
yang sama sekali tidak bisa meninggalkan tempat itu karena
sendiri merupakan jawaban akan kegalauannya. Dari kampung
hutang banyak, anak banyak dan tidak jelas siapa saja
mereka, gadis-gadis sebaya ini berangkat. Menginap satu malam
bapaknya.”“Bella juga melihat teman-temannya yang sakit
di sebuah hotel dan bertemu dengan calon pemberi pekerjaan,
atau hamil dibawa pergi dari pulau dan tidak pernah kembali.”
yang ternyata adalah pemilik kelab malam. Lalu berangkat
dengan pesawat pada keesokan harinya.
I. IDENTITAS
Nama : Nn. B
Umur : 26
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : SPG
alamat dan no telp : rawamangun
Penanggung Jawab & : Ny. S (45 Tahun) sebagai Ibunya Hubungan dg Klien
X. POLASEKSUALITAS/REPRODUKI
Orang tua tidak akur
2 Do: Resiko harga diri rendah
Resiko HDR
1. Menurut ny.s “dia magang untuk 3bulan baru boleh
dibawa keluar. Selama itu dia kerja melayani tamu,
Kerja melayani tamu pria
menemani minum setiap hari dia disuruh memakai
pakaian seminim mungkin dan dipajang diruang
Memakai pakaian minim
kaca. Bisa saya katakan setngah telanjang”.
2. Menurut ny.s “mereka membuat perempuan seperti
binatang. Menjerat dengan hutang yang jelas-jelas Pekerjaan SPG
No Diagnos Perencanaan
a Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
5. Aktivitas kolaboratif
c. Pelopori konfensi multidisiplin perawatan pasien,
dengan melibatkan pasien/ keluarga dalam
menyelesaikan masalah dan fasilitasi komunikasi.
d. Berikan keperawatan berkelanjutan dengan
mempertahankan komunikasi yang efektif anatar
anggota staff melalui catatan kperawatan dan rencana
perawatan.
e. Anjurkan pelayanan konsultasi social untuk membantu
keluarga menentukan kebutuhan pascahospitalis dan
identifikasi sumber dukungan dari komunitas.
No Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
2 Gangguan Pasien mampu: Setelah pertemuan klien SP.1
konsep • Mengidentifikasi mampu:
diri harga kemampuan dan • Mengidentifikasi Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki
diri rendah aspek positif kemampuan aspek positif - Diskukisikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan
yang dimiliki yang memiliki dari aspek positif seperti kegiatan pasien dirumah adanya keluarga
• Memiliki • Memiliki kemampuan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
kemampuan yang yang dapat digunakan
- Beri pujian yang realistis dan hindarkan setiap kali bertemu
dapat digunakan. memilih kegiatan sesuai
• Menetapkan kemampuan dengan pasien penilaian yang negative.
memilih kegiatan • Melakukan kegiatan yang
yang sesuai sudah dipilih Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
dengan • Merencanakan kegiatan - Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih digunakan saat
kemampuan yang sudah dilatih\ ini.
• Memilih - Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatana terhadap
kegiatan yang kemampuan diri yang diungkapan pasien
sudah dipilih, - Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang
sesuai aktif.
kemampuan.
• Merencanakan Pilih kemampuan yang akan dilatih
kegiatan yang -diskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan
sudah dilatihnya. dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien pasien
No Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
lakukan sehari-hari.
- bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat dilakukan secara
mandiri
• Aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga
• Aktivitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau
lingkungan terdekat pasien
• Beri contoh pelaksanaan aktivitas yang dapt dilakukan pasien
• Susun bersama pasien aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien