KOMPOSIT
Maulindawati 40620036
Bedya Aidyanul Mardani 40620010
Dewa Ayu Indrayani40620012
Mahditha Rima Pratiwi 40620034
Dimas Iqbal Maulana 40620014
Eliza Devy Indung Masitoh 40620018
Shinta Ade Alvina 40620057
Vinty Permatasari 40620143
Nilton Freitas 40621082
Maria Toto 40621061
KLASIFIKASI RESIN KOMPOSIT
KLASIFIKASI RESIN KOMPOSIT
BERDASARKAN
VISKOSITAS
PACKABL FLOWABL
E E
ADHESON
KONSENTRASI WAKTU
TAHAP 1 TAHAP 2
i
CARA ETSA YANG BAIK
ETSA ASAM TUJUAN
Resin komposit mempunyai sifat koefisien ekspansi
• Kegunaan melakukan etsa asam pada
termal yang tinggi dibandingkan email dan dentin, jaringan gigi untuk mendapatkan
sehingga ikatan antara komposit dengan jaringan gigi
lemah
retensi tanpa perlu membuang jaringan
sehat gigi lebih banyak.
• Asam fosfat dengan konsentrasi 30-50
Agar terjadi perlekatan yang baik antara resin % (paling banyak digunakan di klinik):
komposit dengan jaringan gigi, caranya dengan
teknik etsa asam
sifat larutannya stabil, mudah didapat
dan iritasi terhadap jaringan yang
rendah
Generasi 1
Generasi 2
Generasi 3 TOTAL
Generasi 4
Generasi 5
ETCH SELF Generasi 6
ETCH Generasi 7
14
BONDING TOTAL ETCH
1. Gigi di isolasi menggunakan cotton roll atau rubber dam
2. Bagian kavitas dibersihkan dengan semprotan air dan kemudian dikeringkan dengan
semprotan udara (2-3 kali semprotan pendek). Kavitas harus benar-benar kering tanpa ada
sisa air di permukaan kavitas
3. Aplikasi bahan bonding pada dentin atau didaerah kavitas yang telah dietsa selama 20 detik
4. Semprot udara tekanan tinggi selama 5 detik untuk menghilangkan kelebihan
solvent (pelarut yang terkandung dalam primer yaitu acetone).
5. Lalu curing selama 10 detik (sesuai petunjuk pabrik) dengan jarak curing unit sedekat
mungkin dengan kavitas.
6. Selanjutnya kavitas diisi dengan resin komposit sampai setengah kavitas terisi (sesuai
anjuran dari pabrik, ketebalan maksimum per layer 2 mm), dilakukan curing selama 20
detik (curing unit sedekat mungkin dengan komposit).
7. Kemudian, ditambahkan lagi kompositnya dan diratakan dengan plastic filling instrument
hingga tumpatan sempurna tanpa ada kelebihan, kemudian di-curing lagi 20 detik seperti
lapisan pertama.
BONDING SELF ETCH
1. Gigi di isolasi menggunakan cotton roll atau rubber dam
2. Bagian kavitas dibersihkan dengan semprotan air dan kemudian dikeringkan dengan semprotan udara (2-3 kali semprotan
pendek). Kavitas harus benar-benar kering tanpa ada sisa air di permukaan kavitas.
3. Bahan bonding self etch dalam kemasan dicampur sesuai anjuran pabrik, dengan cara menekan dan memindahkan cairan
yang ada di dalam blister yang berwarna merah ke blister yang berwarna kuning hingga tidak ada sisa dengan
menggunakan jari jempol
4. Kemudian blister merah dilipat dan ditekankan ke blister kuning sehingga cairan dalam blister kuning berpindah semua
ke bagian yang berwarna hijau, aplikator dilepas dan dilihat apakah proses homogenisasi berjalan dengan baik, yang
ditandai warna bahan bonding kekuningan kemudian dimasukkan lagi biar lebih tercampur.
5. Kemudian bahan bonding diulaskan dengan menekankannya ke dalam kavitas dengan aplikator selama 15 detik dan
menyemprotkan udara secara perlahan selama 2 detik ke dalam kavitas untuk meratakan bahan bonding dalam kavitas.
6. Pengulasan diulang sekali lagi tanpa perlu menekan-nekan selama 15 detik dan menyemprotkan udara secara perlahan
lagi ke dalam kavitas selama 2 detik kemudian di-curing selama 10 detik (sesuai petunjuk pabrik) dengan jarak curing
unit sedekat mungkin dengan kavitas.
7. Selanjutnya kavitas diisi dengan resin komposit sampai setengah kavitas terisi (sesuai anjuran dari pabrik, ketebalan
maksimum per layer 2 mm), dilakukan curing selama 20 detik (curing unit sedekat mungkin dengan komposit).
8. Kemudian, ditambahkan lagi kompositnya dan diratakan dengan plastic filling instrument hingga tumpatan sempurna
tanpa ada kelebihan, kemudian di-curing lagi 20 detik seperti lapisan pertama.
MACAM – MACAM
MATRIX
INDIKASI KLAS 2
1. Gigi premolar atau molar yang mengalami karies hingga proksimal
2. Membutuhkan estetik yang tinggi
3. Gigi masih vital
4. Kavitas tidak terlalu besar
5. Kavitas pada gigi yang dapat di isolasi
KONTRAINDIKASI KLAS 2
1. Alergi terhadap bahan komposit
2. Pasien dengan Oral Hygiene buruk
3. Mempunyai kebiasaan buruk bruxism
4. Gigi non vital dikarenakan sebelum penumpatan dilakukan perawatan saluran
akar sehingga terjadi perluasan kavitas menjadi lebar dan tidak
memungkinkan untuk tumpatan biasa
DESAIN PREPARASI KLAS 2
SHADE
GUIDE
HUE :
Derajat percampuran ketiga warna primer; dalam bahasa yang
sederhana, nama warnanya, misalnya merah, kuning, atau biru
CHROMA :
Derajat saturasi warna; warna murni memiliki kromatisitas
tinggi dan warna lemah memiliki kromatisitas rendah.
NILAI :
Tingkat kecerahan warna; semakin putih warnanya, semakin
banyak Nilai yang dimilikinya, dan semakin gelap warnanya,
semakin sedikit Nilai yang dimilikinya.
SHADE SHADE GUIDE
GUIDE POSTERIOR
ANTERIOR
PEMILIHAN
KOMPOSIT
Pemilihan komposter tergantung pada Posisi preparasi gigi, Membutuhkan restorasi yang baik
seperti preparat kelas IV, kelas besar I, II dan kelas VI, pilihan komposit adalah yang memiliki
bahan anorganik tertinggi. Untuk restorasi gigi anterior estetika adalah perhatian utama sehingga
komposit lebih disukai dalam kasus ini. Komposit lebih disukai pada bagian servikal baik di
posterior maupun di anterior, untuk menghindari akumulasi plak pada daerah tersebut.
Syarat estetika: Dalam kasus khusus di mana estetika menjadi perhatian utama seperti perawatan
bentuk yang rusak, perubahan warna gigi, diastema, gigi malposisi dan untuk karies pada gigi
anterior, opasitas dan translusensi komposit harus diingat untuk mencapai hasil yang optimal.
PEMILIHAN WARNA
Panduan gigi dan pemilihan warna harus basah untuk mensimulasikan lingkungan
mulut. Pencocokan warna harus dilakukan di siang hari penyinaran alami. warna dentin
dipilih dari sepertiga servikal gigi, dan warna email dipilih dari sepertiga insisalnya.
Untuk mengkonfirmasi bayangan akhir, sedikit peningkatan yang dipilih komposit
ditempatkan berdekatan dengan area yang akan direstorasi dan kemudian dikalukan
pencocokan.
Incremental layering technique / teknik layering
inkremental
Annusavice. 2007. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi. Edisi 10. Jakarta: EGC
Kidd, Edwina A.M, Sally Joyston-Bechal. 2012. Dasar-dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya. Jakarta: EGC
Ritter et al. 2019. Strudevart’s Art and Science of Operative Dentistry. 7th Ed. New York.
Elsevier
TERIMA
KASIH