Anda di halaman 1dari 12

KEBIJAKAN MONETER DAN

INFLASI

KELOMPOK I

SRI NINGSIH (1760118015)

ADE ASTRI ARIANTO (1954201021)

REZKY YULIANTI (1954201026)

NURHIKMA (1954201028)

FAHRUL (1954201037)
A. Pengertian kebijakan moneter

 Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah Negara untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menahan inflasi, mencapai
pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, “margin requirement”, kapitalisasi
untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha melalui negoisasi dengan pemerintahan lain. Bisa juga Kebijakan moneter adalah
proses mengatur persediaan uang sebuah Negara untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih
sejahtera atau upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan
harga,
 Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan)dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya
tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca
pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter pertama kali
akan dirasakan oleh sector perbankan, yang kemungkinan ditransfer pada sector riil.
 Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap
mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan
antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam
pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrument sebagai berikut
yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang
apabila mengalami kesulitan luikiditas.
B. Jenis Jenis Kebijakan Moneter
 Kebijakan Moneter Ekspansif

Jenis kebijakan moneter yang melakukan pengelolaan dan pengaturan peredaran uang dalam aktivitas ekonomi disebut
sebagai kebijakan moneter ekspansif. Dalam hal ini, tujuan utamanya meningkatkan peredaran uang di masyarakat sehingga
roda perekonomian meningkat.Wujud dari jenis kebijakan moneter ini melalui peningkatan pembelian sekuritas pemerintah
oleh Bank Indonesia, penurunan suku bunga, menurunkan persyaratan cadangan untuk bank. Dampak kebijakan ini tak hanya
merangsang kegiatan bisnis atau daya beli konsumen, tetapi juga mengurangi tingkat pengangguran.
 Kebijakan Moneter Kontraktif

Jenis kebijakan moneter kontraktif ialah, dimana kebijakan diambil sebagai langkah mengurangi peredaran uang di
masyarakat saat terjadi inflasi. Hal ini diwujudkan melalui penjualan obligasi pemerintah, peningkatan suku bunga bank, dan
meningkatkan persyaratan cadangan untuk bank.
C.    Instrumen kebijakan moneter

Seperti diketahui, kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi terhadap kontrol peredaran uang dan pertumbuhan ekonomi. Ukuran
utama sebagai variabel makro ekonomi yaitu tingkat pengangguran dan inflasi. Namun tak hanya itu, masih ada instrumen kebijakan
moneter lainnya, diantaranya sebagai berikut.
1. Operasi pasar terbuka (Open market operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah
(government security). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintahan akan membeli surat berharga pemerintah. Namaun, bila
ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga
pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SPBU atau singkatan atas Surat Berharga
Pasar Uang.

2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)


Fasilitas diskonto (Discount Rate) adalah pengaturan jumlah uang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank
umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang
bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikan tingkat bunga demi membuat uang yang
beredar berkurang.

3. Rasio cadangan wajib (Reserve Requirement Ratio)


Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus
disimpan oleh pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah
uang beredar, pemerintah menaikan rasio.
4. Himbauan moral (moral persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan member himbauan kepada
pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit
untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk
memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian

5. Pengawasan Pinjaman Secara Terpilih.


Bank sentral melakukan pengawasan agar pinjaman dan investasi yang dilakukan sesuai dengan ketentuan dan keinginan
pemerintah. Hal ini dilakukan terutama untuk mengendalikan dan mengawasi corak pinjaman dan investasi yang dilakukan
oleh bank-bank.

D. Tujuan kebijakan moneter


Sebagaimana yang dijelaskan dalam UU No. 3 Tahun 2004 tentang Kebijakan Moneter Bank Indonesia, tujuan
kebijakan moneter yang utama yakni menjaga kestabilan nilai rupiah. Demi mewujudkan hal tersebut, banyak aspek yang
berpengaruh dalam pengambilan keputusan kebijakan moneter Bank Indonesia. Di bawah ini berbagai tujuan kebijakan
moneter adalah berikut ini.

 Menjamin Stabilitas Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi suatu negara harus berjalan dengan terkontrol dan berkelanjutan. Hal ini dapat diwujudkan melalui
keseimbangan arus barang/jasa dengan peredaran uang. Oleh karena itu, tujuan kebijakan moneter adalah menjaga
stabilitas ekonomi melalui pengaturan dan penetapan terkait peredaran uang di masyarakat.
 Mengendalikan Inflasi
Agar inflasi dapat ditekan, maka Bank Indonesia menetapkan kebijakan bertujuan mengurangi uang yang beredar di masyarakat dan
menjaga ketersediaan uang di bank. Sehingga, salah satu tujuan kebijakan moneter adalah mengendalikan inflasi.

 Meningkatkan Lapangan Pekerjaan


Tujuan kebijakan moneter Bank Indonesia berikutnya yaitu meningkatkan lapangan pekerjaan. Kestabilan peredaran uang membuat
aktivitas produksi meningkat. Dengan naiknya kegiatan produksi, maka diperlukan sumber daya manusia dalam pengelolaannya. Sehingga
hal ini mampu menyerap tenaga kerja dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.

 Melindungi Stabilitas Harga Barang di Pasar


Tujuan kebijakan moneter diharapkan mampu melindungi stabilitas harga pasar. Ketika harga stabil maka menumbuhkan rasa percaya
masyarakat terhadap tingkat harga sekarang dan di masa mendatang. Sehingga tingkat daya beli antar periode tetap sama. Kestabilan harga
ini bisa diatur melalui keseimbangan peredaran uang, permintaan barang, dan produksi barang.

 Menjaga Keseimbangan Neraca Pembayaran Internasional


Kebijakan moneter tidak hanya berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dalam negeri saja, namun juga luar negeri. Salah satu tujuan
kebijakan moneter adalah menjaga keseimbangan neraca pembayaran Internasional. Hal ini dapat diwujudkan melalui kestabilan jumlah
barang ekspor dan impor sama besarnya. Oleh sebab itu, tak heran pemerintah sering melakukan devaluasi dalam hal ini.

 Mendorong Pertumbuhan Ekonomi


Seluruh dampak atas kebijakan moneter diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebab demi mencapai
tujuan tersebut, diperlukan berbagai kesuksesan tiap komponen. Misalnya seperti, tersedia lapangan pekerjaan, kontrol
tingkat inflasi, aktivitas produksi dan permintaan barang, dan lainnya.
A. Pengertian inflasi
Inflasi merupakan salah satu indikator penting dalam menganalisis perekonomian suatu negara,terutama berkaitan dengan
dampaknya yang luas terhadap variabel makroekonomi agregat, pertumbuhan ekonomi, keseimbangan eksternal,daya saing, tingkat
bunga dan bahkan distribusi pendapatan. Inflasi juga sangat berperan dalam mempengaruhi mobilisasi dana lewat lembaga keuangan
formal. Tingkat harga merupakan opportunity cost bagi masyarakat dalam memegang (Holding) asset finansial. Semakin tinggi
perubahan tingkat harga maka semakin tinggi pula opportunity cost untuk memegang asset fenansial.Artinya masyarakat akan merasa
beruntung jika memegang aset dalam bentuk riil dibandingkan aset finansial jika tingkat harga tetap tinggi. Jika aset finansial luar
negeri dimasukan sebagai salah satu pilihan aset, maka perbedaan tingkat inflasi dalam negeri dan internasional dapat menyebabkan
nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing menjadi overvalued dan pada gilirangnya akan menghilangkan daya saing komoditas
indonesia.
Definisi yang paling umum adalah menurut Venieris dan Sebold (Gunawan, 1995) yang mendifinisikan inflasi sebagai “a sustainned
tendency for general price”. Kenaikan harga umum yang terjadi sekali waktu saja, menurut definisi ini, tidak dapat dikatakan sebagai
inflasi. Di dalam pengertian tersebut tercakup tiga aspek, yaitu:

1. Tendency atau kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti mungkin saja tingkat harga yang terjadi atau aktual pada
waktu tertentu turun atau naik dibanding dengan sebelumnya, tetapi secara umum tetap menunjukkan kecenderungan meningkat.

2. Sustained. Peningkatan harga tersebut tidak hanya terjadi pada waktu tertentu atau sekali waktu saja, melainkan secara terus
menerus dan dalam jangka waktu yang lama.

3. General level of prices. Tingkat harga yang dimaksud adalah tingkat harga barang-barang secara umum sehingga tidak hanya satu
macam barang saja.
B. Penggolongan inflasi
a. Jenis inflasi menurut sifat

1) Inflasi ringan (creeping inflation)


Inflasi ringan ditandai dengan laju inflasi yang rendah, biasanya bernilai satu digit per tahun (kurang dari 10%).
Kenaikan harga pada jenis inflasi ini berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang
relatif lama.

2) Inflasi menengah (galloping inflation)


Inflasi menengah ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya duoble digit, yaitu diantara 10% - 30%
per tahun) dan kadang-kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya, harga-
harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.

3) Inflasi tinggi (hyper inflation)


Inflasi tinggi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali (lebih dari 30%).
Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi.
b. Jenis inflasi menurut sebab

1) Demand-pull inflation
Demand pull inflation adalah inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan permintaan agregat (agregate demand ), sedangkan
produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh.
Menurut golongan keynesian, penyebab utama inflasi adalah kelebihan penawaran uang dan kedua, menurut kelompok monetaris
disebabkan oleh adanya peningkatan konsumsi, investasi dan pengeluaran pemerintah.

2) Cost-push inflation
Cost-push inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya penurunan
dalam penawaran agregat (aggregate supply, AS) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Beberapa contoh penyebab inflasi dari
sudut penawaran adalah kenaikan upah pekerja, kenaikan BBM dan kenaikan tarif listrik serta kenaikan tarif angkutan. Kenaikan
variabel-variabel ini akan menyebabkan kenaikan pada biaya produksi.

3) Mixed inflation
Dalam prakteknya, jarang sekali dijumpai inflasi dalam bentuk yang murni, yaitu inflasi karena tarikan permintaan dan inflasi
karena penurunan penawaran yang terjadi secara sendiri-sendiri. Inflasi yang terjadi di berbagai negara di dunia ini pada umumnya
adalah campuran dari kedua macam inflasi tersebut di atas, atau apa yang biasa disebut sebagai inflasi campuran (mixed inflation).
Inflasi campuran disebabkan karena adanya campuran antara inflasi tarikan permintaan dengan inflasi dorongan biaya. Sekalipun
sering terjadi pada awalnya yang menimbulkan inflasi adalah murni tarikan permintaan atau dorongan biaya, namun dapat terjadi
setelah gejala inflasi mulai terasa dampaknya terhadap perekonomian, unsur penyebab timbulnya macam inflasi yang lainnya
mulai ikut bergabung bersama memperbesar laju inflasi.
c. Jenis inflasi menurut asal

1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation).


Inflasi ini dapat timbul antara lain karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru ataupun
terjadinya kegagalan panen.

2) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).


Inflasi ini merupakan inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga (inflasi) di luar negeri atau di luar negara tersebut.
Dalam hubungan ini pengaruh inflasi dari luar negeri ke dalam negeri dapat terjadi melalui kenaikan harga barang-barang
impor maupun kenaikan harga barang-barang ekspor.
KESIMPULAN

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan
dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter
berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali,
tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.

Inflasi merupakan salah satu indikator penting dalam menganalisis perekonomian suatu negara, terutama berkaitan
dengan dampaknya yang luas terhadap variabel makroekonomi agregat, pertumbuhan ekonomi, keseimbangan
eksternal,daya saing, tingkat bunga dan bahkan distribusi pendapatan. Inflasi juga sangat berperan dalam
mempengaruhi mobilisasi dana lewat lembaga keuangan formal.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai